Menari Bersama Lansia Meriahkan Pesta Budaya HUT RI di Kotabaru

 


Gondokusuman - Semarak kemeriahan HUT Kemerdekaan RI Ke-77 masih terasa di Kota Yogyakarta. Salah satunya yang di lakukan oleh Sanggar Budaya Omah Kotabaru Yogyakarta yang menampilkan beberapa tarian klasik bertema 'Pesta Budaya' untuk meneladani leluhur terdahulu melalui seni dan budaya. 

Mantri Pamongpraja Gondokusuman Guritno mengatakan, kegiatan ini diikuti para lansia yang berusia 50-70 tahun yang masih belajar menari khususnya pada tarian klasik seperti Tari Sari Tunggal, Tari Sari Kusuma, Tari Klasik Ngayogyakarta, Tari Madyataya Gagrak Pakualam, Tari Kreasi Jathilan, serta linedance.

"Sesuatu yang sangat kami apresiasi dalam pelestarian seni dan budaya. Semoga kegiatan ini terus diadakan untuk menambah minat belajar tari klasik di sanggar budaya Omah Kotabaru," ujarnya.

Penanggungjawab Sanggar Budaya Omah Kotabaru Luki mengatakan, sajian beberapa tarian klasik ini dominannya adalah para lansia yang sudah sepuh dan ingin berkegiatan. Harapannya ini menjadi salah satu upaya melestarikan tarian klasik di Kota Yogyakarta.

"Kami menyajikan Tari Saritungga, Tari Sari Kusumo dan Tari Gagrak Pakualam ketiga tarian ini merupakan tari awal untuk belajar tarian klasik. Selama enam bulan kami belajar untuk pementasan ini dengan usia rata-rata 60 tahun ada sekitar 15 penari satu kelompoknya ada lima penari," ungkap Luki saat diwawancara pada Minggu (28/8) di Sanggar Omah Budaya Kotabaru.

Pihaknya mengajak bagi para lansia baik ibu-ibu atau bapak-bapak yang ingin belajar tarian klasik bisa langsung mengikuti di sanggar budaya omah Kotabaru. "Semoga dengan belajar tarian ini nantinya dapat kita tularkan ke anak, cucu, sodara kita untuk ikut menari agar dapat dinikmati generasi selanjutnya, walaupun awalnya hanya menonton tapi akhirnya juga ikut latihan untuk mencoba menari," ujarnya.

Luki mengajak bagi para lansia mari lestarikan seni budaya bersama di sanggar budaya omah Kotabaru dengan mengikuti jadwal belajar tari dari Senin hingga Jumat dengan kelas yang berbeda-beda agar nantinya dapat menjadi kesibukan dan memperbanyak teman dimasa tua. "Kita pelan-pelan memberikan pelatihan dan ini terbuka bagi umum dan kita mulai dari senior," jelasnya.

Selain itu, di sanggar budaya omah kotabaru ini juga sudah tersedia WiFi gratis dari Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Komunikasi Informatika dan Persendian Kota Yogyakarta agar semakin memberikan keleluasaan bagi penari ataupun pengunjung dengan memanfaatkan Wifi gratis.

"Terimakasih permohonan kami untuk memiliki WiFi publik gratis terpenuhi. Ini bisa di manfaatkan bagi penari, UMKM, atau teman alumni yang senang dengan adanya fasilitas free WiFi," ujarnya. 

Sementara itu, salah satu penari Tari Madyataya Pakualaman Tinon mengungkapkan, walaupun sulit dan butuh kesabaran dalam menarikan tarian klasik ini, pihaknya sangat senang dan bangga bisa berlatih dan mendapat banyak teman untuk menghilangkan sejenak penat setelah bekerja dengan menari.

"Kami berlatih seminggu dua kali setiap Rabu dan Jumat selama enam ban. Saya pertama kali belajar ternyata masing-masing keraton memiliki tarian yang berbeda-beda," ujarnya.

Ia juga mengatakan, dengan menari timbul rasa senang dan bahagia sekaligus menambah teman. "Dengan menari saya dapat mengolah rasa, jiwa, dan raga atau mencari teman dan sebagai me time ala kami," jelasnya. (Hes)