PKK KOTA DEPOK JABAR KUNJUNGI RUMAH PEMULIHAN GIZI

Sebanyak 38 orang ibu-ibu TP PKK Kota Depok Jawa Barat menyambangi Rumah Pemulihan Gizi, Senin (01/02). Rombongan dipimpin Ketua TP PKK Kota Depok Ibu Dra Hj Nur Azizah Tamhid, MA,  dan diterima oleh Ketua TP KK Kota Yogyakarta Ibu Hj Dyah Suminar didampingi segenap pengurus TP PKK Kota Yogyakarta.

Prestasi TP PKK Kota Yogyakarta dalam berbagai bidang telah mencuri perhatian dari pengurus TP PKK Kota Depok. “Kami sangat terkesan dengan program-program yang dijalankan TP PKK Kota Yogyakarta seperti kampung hijau, sapa anak kos, pengelolaan sampah. Namun lebih dari itu kami juga ingin belajar dari PKK Kota Yogyakarta tentang Rumah Pemulihan Gizi,” ujar Nur Azizah.

Ibu Dyah Suminar mengatakan, Lokomotif perekonomian Kota Yogyakarta adalah pariwisata dan pendidikan. Untuk itu program-program yang dijalankan oleh TP PKK Kota Yogyakarta dikonsepkan untuk mendukungnya. Selain juga program bidang kesehatan. “Inovasi terbaru kami saat ini adalah pembentukan Rumah Pemulihan Gizi. Dengan RPG diharapkan penanganan gizi buruk akan lebih komprehensif,” jelas Ibu Dyah.

Berbagai penghargaan baik tingkat daerah maupun tingkat nasional telah diraih oleh TP PKK Kota Yogyakarta. Pada akhir 2009 lalu penghargaan bidang kesehatan Ksatria Bakti Husada Arutala dianugerahkan kepada Ibu Dyah Suminar atas sumbangsihnya di bidang kesehatan. Begitu juga dengan gebrakan baru dibentuknya Rumah Pemulihan Gizi (RPG), merupakan prestasi monumental TP PKK bersama Pemkot Yogyakarta tahun ini.

Sesuai tematik pembangunan tahun 2010 untuk menjadikan Kota Yogyakarta sebagai Kota Sehat dan Nyaman Huni, RPG menunjukkan komitmen yang konkrit terhadap pembangunan kesehatan. Inovasi RPG ini merupakan pertama di Indonesia. RPG disamping sebagai rumah perawatan bagi anak balita dengan gizi buruk/kurang, juga dikonsepkan sebagai pusat informasi gizi, dan tempat pendidikan dan pelatihan gizi bagi masyarakat.

Data Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta menyebutkan masih terdapat 11 anak di Kota Yogyakarta yang menderita gizi buruk, 59 anak dengan status gizi kurang dan 157 anak calon gizi buruk, atau sekitar 0,9 persen dari keselurahan jumlah anak balita. Angka kematian balita di Indonesia masih cukup tinggi. Data WHO, di Negara berkembang 19% penyebab kematian balita disebabkan penyakit diare, 18 % disebabkan penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) dan penyakit yang berhubungan dengan bayi 1 %, serta gizi buruk menyumbang angka kematian terbesar yakni 54%.(ism)