TERHENTINYA PERTANDINGAN KARENA FORCE MAYOR

Walikota Yogyakarta Herry Zudianto mengatakan, kerusuhan yang terjadi pada pertandingan sepakbola antara PSIM dengan PSS Sleman kemarin adalah sebuah tragedi yang tidak diharapkan. Kesalahan tidak terletak pada satu pihak saja namun semua memiliki peran dan andil masing-masing dalam hal itu. Kejadian tersebut mengundang keprihatinan banyak pihak. Hal itu disampaikan Herry di Balaikota, Senin (15/02).

“Kejadian kemarin adalah suatu tragedi persepakbolaan di Yogya dan Indonesia. Tragedi yg menurut pemahaman saya tidak harus terjadi. Saya menyebut tragedi krn : ada anak2, ada wanita, ada ibu yg jualan diluar stadion, bahkan pemain senior, dan wartawan yang kesemuanya itu tidak berbuat sesuatu yg tercela tetapi menjadi korban. Dan khususnya utk anak-anak dan wanita pasti menimbulkan trauma kejiwaan yg tdk kecil.”

“Tragedi di mandala Krida kemaren harus dijadikan hikmah semua pihak (Panpel, Bradjamusti dan Aparat Keamanan) untuk interospeksi peran masing-masing atas terjadinya tragedy kemarin dan dengan legowo mengakui jika ada yg memang melakukan kekhilafan dalam menjalankan perannya. Hal tersebut bertujuan untuk perbaikan mutu tanding dan peradaban  persepakbolaan di Yogya dan Indonesia kedepan serta pencegahan tragedy tersebut tidak terulang lagi di Yogya maupun Indonesia.” jelasnya

“Saya ingin ada dialog dengan semua pihak terkait dengan kerusuhan pada pertandingan sepakbola antara PSIM Yogyakarta dengan PSS Sleman di Stadion Mandalakrida Yogyakarta Jumat (13/2) lalu. Melalui dialog saya harapkan semua mengakui kesalahan masing-masing untuk penataan persepakbolaan kita yang lebih baik ke depannya.”

Dialog ini merupakan bentuk kearifan local Yogyakarta dalam menyelesaikan permasalahan. Untuk itu pihaknya berharap kepada Kapolda DIY sebagai pimpinan aparat kepolisian yang juga salah satu Bapak masyarakat Yogyakarta untuk melakukan dialog dengan semua pihak Kerusuhan tersebut terjadi juga bukan karena kapasitas stadion yang kurang memadai. Stadion Mandala krida sangatlah cukup untuk menampung supporter PSIM dan PSIS.

Herry juga menegaskan bahwa Pemkot akan menanggung seluruh biaya perawatan bagi korban yang terluka karena insiden tersebut. Sedangkan ganti rugi atas kendaraan yang mengalami kerusakan saat parkir di Wisma PSIM, pihaknya tengah berkoordinasi tentang hal itu dengan Kapoltabes Yogyakarta bagaimana mekanisme dan prosedurnya untuk mengganti rugi.

Herry juga mendukung langkah PSIM agar PSSI tdk menjatuhi sanksi atau tidak ada sanksi berat kepada PSIM dgn pertimbangan fakta bahwa PSIM, Bradjamusti dan Kapoltabes sudah membuat terobosan yg sangat positip bagi peningkatan citra dan peradaban persepakbolaan Yogya dan Indonesia. Mereka telah melakukan pertemuan bersama Slemania yg menghasilkan kesepakatan bahwa Slemania boleh menonton dengan memakai atribut Slemania. Hal tsb menunjukkan bahwa PSIM, Bradjamusti dan Poltabes akan menjaga pertandingan PSIM dan PSS berjalan dengan sportivitas. Juga ingin  menunjukkan filosofi bahwa tidak boleh ada permusuhan antar suporter dan citra yg positip dunia persepakbolaan di Yogyakarta.

Poltabes yogyakarta bersama Panpel benar-benar telah membuat rencana pengamanan yg sudah sebaik baiknya. Hal itu terbukti dengan lebih seribu orang Slemania datang ke stadion tanpa gangguan phisik apapun. Selama pertandingan babak I tidak ada insiden sekecil apapun antara Bradjamusti dengan Slemania. Tidak ada kerusuhan antar suporter Bradjamusti dgn PSS sampai pertandingan dihentikan.

Menurut Herry, Jika ada pelemparan batu ke pemain PSS itu hanya dilakukan oleh oknum suporter, bukan dalam bentuk anarkhis masa suporter. Sehingga kondisi stadion dan lapangan pertandingan menjadi tidak kondusif dan tdk terkendali. Hal itu menyebabkan pertandingan jadi terhenti, karena lapangan pertandingan sudah menjadi ajang penyelamatan korban yang (sesak nafas, luka serpihan tabung gas air mata, terinjak sesama penonton, schok krn ketakutan ) dan pelarian masa penonton yg menghindar dari pedihnya gas air mata. Efek gas air mata sampai juga di lapangan pertandingan. Hal ini bukan disebabkan kebrutalan suporter. PSIM dan Panpel siap melanjutkan pertandingan, tetapi PSS tidak sanggup. Panpel beserta satuan aparat keamanan (dibantu pasukan TNI AD) dapat mengevakuasi Slemania dengan baik dan aman tanpa ada keributan dan korban lanjut.

Ditarik kesimpulan menurut Herry terhentinya pertandingan kemarin adalah bisa dipersepsikan sebagai force mayor. (ism)


Salam sepakbola Indonesia !!!