Hari Olahraga Nasional : Sejauh Mana Pembinaan Olahraga di Kota Yogya?

Setiap tanggal 9 September sejak tahun 1983 diperingati sebagai Hari Olahraga Nasional (Haornas). Pada tahun 2022 ini merupakan Peringatan Haornas ke-39. Haornas juga menjadi tonggak pertanda penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) yang pertama.

Dalam sejarahnya, olahraga di Indonesia begitu mendarah daging. Meski hanya segelintir cabang yang bisa mendunia, namun di dalam negeri antusiasme terhadap olahraga sangat tinggi. Termasuk di Kota Yogyakarta yang sejak 1 September lalu juga turut serta dalam perhelatan olahraga terbesar di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu Pekan Olahraga Daerah atau PORDA DIY XVI di Kabupaten Sleman. Dengan mengirimkan lebih dari 700 atlet untuk bertanding di 45 Cabang Olahraga.

Euforia kemenangan dan raihan medali atlet Kota Yogyakarta pada PORDA DIY XVI tentu saja merupakan buah hasil dari proses dan persiapan yang matang. Mulai dari penyaringan serta seleksi atlet yang kompetitif, proses pembinaan dan pelatihan yang disiplin, dan pastinya desain pembangunan bidang olahraga yang terukur dan terencana.

Kepala Bidang Pemuda dan Olahraga Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Agus Trimadi menjelaskan, menjadi seorang atlet merupakan proses dan perjalanan yang panjang. Dimulai dari level junior, kemudian berkompetisi di level pelajar mewakili sekolah, bersaing untuk menjadi atlet kontingen Kota Yogyakarta, dan seterusnya hingga tingkat Nasional bahkan Internasional.

“Pemerintah Kota Yogyakarta hadir memberikan akses kepada masyarakat untuk mengembangkan dan meningkatkan prestasi di bidang olahraga. Dengan skema dan desain pembangunan bidang olahraga yang sedang kami susun dan sebagian sudah dilaksanakan, tentunya bertujuan untuk mendorong peningkatan kualitas dan prestasi atlet. Didukung dengan pendanaan, fasilitasi, dan kelengkapan sarana pra sarana olahraga yang memadahi,” jelas Agus Trimadi saat ditemui di Kantor KONI Kota Yogyakarta pada Rabu (7/9).

Pembinaan Atlet Usia Dini

Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dindikpora) Kota Yogyakarta berupaya membangun sistem pembinaan atlet sejak usia dini secara terpadu untuk peningkatan prestasi di bidang olahraga. Salah satunya adalah dengan menerapkan sport set dalam mencari bibit atlet muda yang berpotensi dan berbakat di Kota Yogyakarta. Di mana dilakukan pengukuran kepada sejumlah murid sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) rentang usia 11-15 tahun.

"Proses pengukuran dilakukan dengan metode sport set yang dibagi ke dalam dua bagian yakni kondisi fisik murid kemudian biomekanik. Dari sini kami akan melihat kemampuan murid pada bidang ketangkasan dan daya tahan tubuh, postur badan, dan fungsi koordinasi, murid dilihat kecepatannya saat berlari dalam jarak pendek. Hasilnya nanti berupa tiga norma pengukuran yang dibagi menjadi kurang berpotensi, potensi sedang dan sangat berpotensi," ujar Agus Trimadi. 

Upaya pembinaan atlet sejak usia dini diharapkan juga berjalan beriringan dengan peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di sektor olahraga. Hal ini menjadi satu kesatuan yang saling melengkapi dalam upaya peningkatan prestasi keolahragaan di Kota Yogyakarta. Untuk itulah Dindikpora Kota Yogyakarta membuat Rumah Olahraga, yang saat ini masih dalam tahap pembangunan dan segera diresmikan dalam waktu dekat.

Dindikpora Kota Yogyakarta juga membuat program Sentra Pembinaan Olahragawan Muda (SPOM) bekerjasama dengan KONI Kota Yogyakarta, dalam melakukan pemusatan pembinaan dan pelatihan atlet muda di setiap cabang olahraga yang organisasi kepengurusannya sudah terdaftar di KONI DIY.

“Kami juga punya SPOM yang tujuannya adalah untuk menjaga dan meningkatkan kualitas regenerasi atlet di setiap cabang olahraga, terutama untuk cabor unggulan. Pelaksanaannya adalah dengan pemusatan latihan dan gelaran event serta multi event berkelanjutan untuk evaluasi dan penyaringan atlet. Kemudian kami datangkan juga senior mereka yang sudah berprestasi di tingkat Nasional dan Internasional supaya atlet muda dapat termotivasi dan memiliki role model yang lebih dekat,” tambah Agus Trimadi.

Kelas Khusus Olahraga

Sejak tahun 2010, sebagai bagian dari upaya pembangunan olahraga Pemerintah Kota Yogyakarta mengadakan Kelas Khusus Olahraga atau KKO di SMP Negeri 13 Yogyakarta. Di mana siswa yang diterima dan masuk dalam KKO merupakan siswa yang telah memiliki raihan prestasi bidang olahraga saat duduk di bangku Sekolah Dasar.

Kepala SMPN 13 Yogyakarta Sudaryanto menyampaikan, di tahun ajaran 2022/2023 membuka dua KKO dengan kuotas 34 siswa di masing-masing kelas, setelah tahun sebelumnya hanya membuka satu kelas.

“Syarat masuk KKO ini maksimal usia 15 tahun, penduduk asli Kota Yogyakarta, mempunyai prestasi di bidang olahraga sebagai pra syarat, dan nanti akan diuji sesuai cabang olahraga yang dipilih. Pelaksanaan seleksinya kami bekerjasama dengan Universitas Negeri Yogyakarta,” ungkap Sudaryanto ditemui di SMPN 13 Yogyakarta pada Senin (5/9).

Dalam proses pembelajaran, siswa yang masuk dalam KKO secara umum akan mendapatkan mata pelajaran yang sama dengan kelas reguler. Hanya saja yang membedakan adalah adanya jam tambahan pada pagi hari yaitu latihan sesuai cabang olahraga yang dipilih. Kemudian jam tambahan mata pelajaran sebagai pengganti selama waktu latihan.

“Untuk program pengajaran selain menggali potensi di bidang olahraga, tentu saja di bidang akademik juga harus seimbang. Untuk KKO dan kelas reguler yang membedakan adalah ada tambahan jam khusus di pagi hari mulai setengah 7 setiap selasa rabu kamis. Setelah itu pulangnya juga lebih siang untuk mengejar satu jam mata pelajaran yang waktunya digunakan untuk latihan,” kata Sudaryanto.

Sesuai dengan buku panduan akademik, sebetulnya cabang olahraga yang menjadi fokus pengembangan adalah atletik. Tapi seiring berjalannya waktu, dikatakan Sudaryanto potensi yang dimiliki siswa semakin beragam. Hingga saat ini SMPN 13 Yogyakarta memiliki cabang olahraga unggulan lainnya yaitu sepak bola, bola voli, dan panahan.

“Target jangka pendek KKO ini pastinya setiap tahun dalam kompetisi KKO di DIY, Kota Yogyakarta yang diwakili SMPN 13 ini bisa berprestasi. Dari situ kemudian bisa memberikan pengalaman dan jam terbang bagi siswa untuk semakin naik kelas. Bertanding di level lanjutan, bisa bersaing dengan senior untuk menjadi atlet kotingen Kota Yogya bahkan di tingkat nasional,” tambah Sudaryanto.

Kualitas atlet jebolan KKO SMPN 13 Yogyakarta memang sudah tidak diragukan lagi. Meski tergolong masuk dalam kategori atlet junior, tapi tidak sedikit siswa yang pada akhirnya terpilih menjadi atlet kontingen Kota Yogya pada gelaran PORDA DIY. Bersanding dengan atlet senior terbaik di Kota Yogya dan bertanding melawan atlet pilihan empat kabupaten lain di DIY. Seperti pada cabang olahraga bola voli, panahan, dan sepak bola.

Bahkan dua siswa alumni SMPN 13 Yogyakarta telah menorehkan prestasi untuk tim nasional sepak bola Indonesia U-16 pada ajang  AFF U-16 Youth Championship beberapa waktu lalu. Selain itu tiga siswa lainnya direkrut tim sepak bola PSIS Semarang dan Borneo FC Kalimantan Timur, serta direkrut tim balap motor Yamaha di Makassar.

“Bisa dibilang KKO ini salah satu akases atau pintu masuk untuk menjadi atlet profesional nantinya. Ketika pun nanti di tengah perjalanan siswa itu tidak ingin melanjutkan menjadi atlet, keseimbangan akademik yang diterapkan di sini kemudian siswa bisa memilih melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi,” tutup Sudaryanto. (Jul)