Diskusi Buku Kerja Produktif Pikiran Aktif untuk Wujudkan Work Life Balance

Gondokusuman – Perpustakaan hadir tidak hanya sebatas memberikan layanan peminjaman buku tapi lebih dari itu, perpustakaan merupakan tempat dan sarana belajar sepanjang hayat yang tujuan utamanya adalah untuk memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Pengelolaan Perpustakaan dan Pengembangan Budaya Gemar Membaca Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kota Yogyakarta Nunun Zulaikha, pada acara Diskusi Buku Kerja Produktif Pikiran Aktif, yang dilaksanakan secara hybrid di Perpustakaan Kotabaru dan melalui zoom meeting, Kamis (22/9).

Peserta kegiatan ini adalah beberapa perwakilan Organisasi Perangkat Daerah dan Unit Kerja di lingkungan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta, perwakilan anggota kampung baca, serta masyarakat secara umum. Dengan menghadirkan pembicara Sekretaris Komisi D DPRD Kota Yogyakarta Muhammad Ali Fahmi dan Dosen sekaligus Psikolog Shinta atau yang kerap disapa Bunda Cinta.

Dalam sambutannya Nunun Zulaikha menyampaikan bahwa perpustakaan membuka ruang seluas-luasnya untuk masyarakat dalam melakukan aktivitas berbasis pemberdayaan sebagai salah satu upaya peningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Salah satu kegiatan yang rutin kami adakan adalah diskusi dan bedah buku yang tujuannya untuk meningkatkan literasi masyarakat dengan cara yang lebih interaktif. Tema yang diangkat kali ini harapannya bisa menjadi salah satu refleksi bagi kita semua bagaimana bisa merasa nyaman dan menikmati pekerjaan di tengah tuntutan dan problematika yang sering ditemui. Agar dalam bekerja kita bisa menyeimbangkan semuanya dan tercipta work life balance,” ujarnya.

Dalam paparannya Muhammad Ali Fahmi memberikan beberapa poin inti dari buku "Kerja Produktif, Pikiran Aktif: Karena Sibuk Saja Tidak Cukup" karya Heny Sulistiyani terbitan tahun 2022. Menurutnya salah satu kunci supaya bisa merasa nyaman dan produktif dalam suatu pekerjaan adalah dengan memahami apa motivasi sebenarnya dari melakukan pekerjaan itu sendiri dan bekerja sesuai dengan waktu yang ditentukan.

“Jangan sampai kita bekerja sampai lupa waktu dan lupa bahwa kita adalah manusia sosial, di mana kita memiliki peran lain di luar pekerjaan itu. Peran untuk diri sendiri, dalam keluarga, lingkungan, dan kehidupan bermasyarakat. Ketika pekerjaan terlalu menyita waktu biasanya yang timbul adalah stres, merasa sangat sibuk, tapi belum tentu waktu yang digunakan sudah efektif dan produktif,” paparnya.

Bunda Cinta sebagai narasumber utama juga menyampaikan bahwa dalam bekerja, diibaratkan jangan sampai seperti makan kuaci. Memakan banyak waktu tapi tidak mengeyangkan, tidak ada isinya dan hanya menghasilkan banyak sampah.

“Bekerja dengan senang, senang dalam bekerja. Hal ini memang tidak mudah dilakukan, tapi satu langkah pertama untuk mencintai pekerjaan kita adalah bersyukur, sebab kita masih diberikan Tuhan pekerjaan dan kesempatan untuk berkarya, melakukan sesuatu yang berdampak sekecil apapun itu,” jelasnya.

Untuk bisa menekan dan mengurangi energi negatif dalam pekerjaan, lanjut Bunda Cinta, bisa dilakukan dengan memiliki kontrol ataupun remot pada diri sendiri untuk memprioritaskan mana yang harus dikerjakan, dan tidak mengizinkan orang lain untuk mempengaruhi pikiran hingga perilaku kita yang tidak sesuai dengan visi misi dalam bekerja. (Jul)