Warga Blunyahrejo Sulap Lahan Mangkrak Jadi Produktif 

TEGALREJO- Masyarakat RW 4 Kampung Blunyahrejo, Karangwaru, Kota Yogyakarta yang tergabung dalam Kelompok Tani Rejo Utomo menyulap lahan mangkrak kumuh menjadi produktif. Para warga memanfaatkan lahan dengan menanam berbagai tanaman dan membuat kolam-kolam ikan.

Ketua RW 4 Blunyahrejo Slamet menuturkan awal mula lahan yang dimanfaatkan masyarakat itu adalah kebun kosong. Lahan itu milik perusahaan traktor di Kota Yogyakarta , Quick. Menurutnya dua orang yang diberikan tugas mengelola lahan itu tidak menanam padi lagi karena hasilnya tidak seimbang dengan biaya produksi. Akibatnya lahan mangkrak sekitar 2 tahun hingga menimbulkan kekumuhan karena menjadi tempat pembuangan sampah.

“Lahan ini dulu jadi pembuangan segala limbah (sampah) dari warga. Ada kasur, kaca, keramik, bekas teras rusak juga dibuang di sini. Saya terketuk waktu itu lalu saya tembusi pengelola dan pemilik lahan lewat orang yang diberikan mandat untuk ini. Saya harap diberikan izin untuk merawat supaya lingkungan kita, kekumuhan-nya hilang,” kata Slamet ditemui saat kunjungan Penjabat Walikota Yogyakarta Sumadi, di Kelompok Tani Rejo Utomo, Rabu (28/9/2022).

Lahan tersebut akhirnya dipinjampakaikan untuk pertanian warga selama perusahaan belum menggunakan lahan. Slamet yang tinggal tidak jauh dari lahan mangkrak itu mulai menata dan memanfaatkan lahan di bagian pinggir-pinggir dahulu sejak beberapa tahun lalu. Tanah urug kerja bakti dimasukan ke lahan yang kondisinya tanah ledok. Setelah terlihat rapi, beberapa warga ada yang mulai ikut memanfaatkan lahan untuk menanam dan  membuat kolam ikan untuk budidaya nila dan sebagian kecil lele secara swadaya. Berbagai tanaman yang ditanam di antaranya buah jeruk, jambu, cabai, serai, markisa, talas dan tanaman hias.

“Setelah itu ada yang mulai ikut buat kolam. Terus tanaman ada yang ikut mengerjakan,” ujar Slamet sekaligus Ketua Kelompok Tani Rejo Utomo.

Dia mengakui sampai saat ini hasil dari tanaman maupun kolam ikan belum sampai ke arah komersial. Apalagi untuk budidaya ikan dengan kolam baru berjalan belum lama ini. Namun jika ada warga sekitar yang tertarik maka langsung ke pengelola kolam untuk penjualannya. Meski demikian ia berharap tempat itu bisa menjadi edukasi tanaman bagi masyarakat maupun pelajar.  

“Kami tekankan ke warga yang mengelola misal sewaktu-waktu lahan diminta (pemilik) maka tidak boleh protes minta ganti rugi karena ini belum ada legalitas secara tertulis. Kami cuma mengantisipasi supaya lingkungan kita tidak kumuh,” tambahnya.

Sementara itu Penjabat Walikota Yogyakarta, Sumadi mengapresiasi masyarakat di Kampung Blunyahrejo telah memanfaatkan lahan yang ada untuk pertanian dan perikanan. Pihaknya juga mengucapkan terima kasih kepada perusahaan Traktor Quick yang membantu dengan lahannya dapat digunakan masyarakat Kelompok Tani Rejo Utomo. Meskipun ada rasa saling kepercayaan, diharapkan nantinya ada legalitas pemanfaatan lahan agar ada kepastian.

“Kota Yogyakarta luasannya kecil. Kami sekarang sedang melakukan inventarisasi  berkaitan aset-aset Pemkot yang belum dimanfaatkan. Kita hanya bisa mengoptimalkan lahan-lahan idle (menganggur) yang memang memang belum maksimal untuk dimanfaatkan,” terang Sumadi.

Pihaknya berharap kreativitas masyarakat terus ditingkatkan untuk memanfaatkan ruang-ruang maupun lahan yang agar bisa memberikan kontribusi. Misalnya memanfaatkan pekarangan dan lorong gang kampung untuk bertanam seperti di Klitren.

Sedangkan Kepala Bidang Pertanian  Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta, Eni Sulistyowati menambahkan selama ini lahan yang digunakan kelompok tani di Kota Yogyakarta terbatas. Untuk itu pertanian perkotaan diarahkan memanfaatkan ruang yang ada seperti dinding-dinding di jalan kampung dan pekarangan. Total ada sekitar 266 kelompok tani di Kota Yogyakarta.(Tri)