Nikah Bareng Malioboro dengan Mas Kawin Gudeg Kendil

 

Belasan pasangan calon pengantin mengikuti Nikah Bareng Malioboro yang diadakan oleh Forum Ta’aruf Indonesia (Fortais) DIY, Jumat (30/9) di Teras Malioboro 2 Yogyakarta. Kegiatan ini bertajuk Holopis Kuntul Baris yang diharapkan 15 Pengantin dapat membumikan Pancasila. 

Dalam kesempatan ini Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya menjadi saksi Nikah Bareng Malioboro. Ia mengatakan walaupun diterpa hujan seperti yang dialami sore hari ini, semua pasangan merasakan suatu perjuangan yang menghantarkan mereka sampai ke pernikahan. 

"Mudah-mudahan ini suatu akad nikah melalui perjuangan. Semoga semua pengantin menjadi Sakinah Mawaddah Warahmah, ini merupakan sebuah proses perjuangan. Selamat kepada para mempelai dan penggagas nikah bareng ini semoga selalu lancar dan mendapat berkah," jelas Aman. 

Ketua Fortais RM Ryan Budi Nuryanto mengatakan animo peserta yang mendaftar nikah bareng ini sangat luar bisa sehingga panitia tidak bisa mengakomodir semua pendaftar untuk mengikuti kegiatan ini. Untuk 15 pasang calon pengantin yang dapat mengikuti, mereka diberikan fasilitas gratis seperti busana, rias pengantin, dokumentasi, pelaminan, mahar dan sebagainya.

Ia berharap dengan kegiatan ini juga dapat terus membentuk keluarga dan generasi yang Pancasialis melalui pernikahan, karena sekarang ini eksistensi Pancasila di masyarakat umum mengalami penurunan.

''Kami Panitia benar-benar dikejutkan dan bersyukur dengan animo yang luar biasa dari ratusan calon pasangan pengantin yang mendaftar sejak berita ini tersebar di media sosial," ujarnya.

Sebelum dilakukannya prosesi akad, para pasangan diajak untuk kirab pengantin. Walapun dilanda hujan tak menghentikan semangat dan kegembiraan para penganten untuk tetap mengikuti prosesi Kirab. Mereka berjalan dari sisi Timur Teras 2 Malioboro menyusuri lorong-lorong kios Teras 2 Malioboro menuju Jalan Pendestrian. 

Mahar yang diberikan juga tak kalah unik yaitu cincin kawin dua gram, seperangkat alat sholat dan juga gudeg kendil, dimana gudeg sebagai ikon kuliner khas Jogja yang mendunia. "Kami menggelar acara di Malioboro karena untuk mengenalkan kepada masyarakat bahwa kawasan Malioboro kini telah tertata dan nyaman," ujarnya.

Puluhan pasangan yang belum bisa mengikuti acara pada tanggal 30 September ini akan menikah di Kota Yogyakarta pada bulan Oktober sesuai dengan tempat yang mereka inginkan. 

Sementara itu pasangan disabilitas Hestiningsih (44) dan Tri Waluyo (44) yang berangkat naik sepeda motor dari tempat asal di Boyolali menuju Jogja juga ikut dalam kesempatan tersebut.

"Sangat senang mengikuti acara ini, cukup terbantu dengan adanya nikah massal ini kami bisa segera menikah karena keterbatasan biaya. Terimakasih untuk panitia, semoga acara ini terus berlangsung," jelasnya. (Hes)