Peringatan Serbuan Kotabaru Gugah Nasionalisme Cintai Yogyakarta

Gondokusuman - Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-266 Kota Jogja di Monumen Serbuan Kotabaru dilaksanakan upacara Peringatan Serbuan Kotabaru 7 Oktober 1945 ke-77 Tahun 2022 dengan menyalakan api di Monumen Tugu peringatan Serbuan Kotabaru oleh Inspektur Upacara Wirawan Hario Yudo. Acara ini diselenggarakan oleh Dewan Harian Cabang (DHC) Badan Penerus Pembudayaan Kejuangan 45 Kota Yogyakarta di Lapangan Asrama Korem 072 Pamungkas pada Jumat (07/10).

Ketua Dewan Harian Cabang (DHC) Badan Penerus Pembudayaan Kejuangan 45 Kota Yogyakarta Letkol (purn) Djamin menjelaskan Serbuan Kotabaru yang pecah pada 7 Oktober 1945 merupakan salah satu bentuk perjuangan warga Yogyakarta menghadapi pendudukan Jepang pada 6-7 Oktober 1945. 

“Dengan bermodalkan bambu runcing dan kegigihan para pejuang, markas Jepang di Kotabaru berhasil dikuasai oleh ratusan pejuang pemuda dari berbagai penjuru kampung di Yogyakarta,” ujar Djamin.

Serbuan Kotabaru juga gerakan bersenjata rakyat Indonesia yang pertama kali setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Hal ini dilakukan sebagai upaya masyarakat untuk menegakkan dan membela Negara Indonesia yang telah diproklamasikan.

Djamin berharap dengan upacara Peringatan Serbuan Kotabaru 7 Oktober 1945 ke-77 menjadi pengingat untuk seluruh masyarakat agar meneladani semangat perjuangan masyarakat terdahulu. “Dengan kegigihan dan tekad yang kuat masyarakat terdahulu menjadi teladan generasi muda untuk terus bersemangat. Untuk pelajar harus belajar dengan sungguh-sungguh dan memperjuangkan cita-cita. Kepada para pekerja pun harus bekerja dengan baik dan menjalankan pekerjaan sesuai amanah,” tambahnya.

Hal serupa juga disampaikan oleh Staf Ahli Walikota Yogyakarta selaku Inspektur Upacara Wirawan Hario Yudo, Peringatan Peringatan Serbuan Kotabaru diharapkan dapat menggugah rasa nasionalisme, mencintai Kota Yogyakarta dan Negara Indonesia sebagai penghormatan atas perjuangan para pahlawan bangsa, yang telah dengan tulus ikhlas berkorban demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia.

“Jangan sampai nilai-nilai patriotisme, nasionalisme, jiwa gotong royong, kebersamaan dan nilai-nilai luhur yang dicontohkan para pejuang pendahulu terkikis oleh zaman. Jangan sampai generasi muda kita menjadi buta sejarah,” ujar Yudo.

Pada pertempuran yang sengit itu, terdapat 21 pejuang yang gugur. Untuk mengenang jasa mereka, diabadikan dalam sebuah prasasti di halaman bangunan bekas markas Jepang Kotabaru yang saat ini dikenal Lapangan Asrama Korem 072 atau Pamungkas. Mereka yang gugur dalam pertempuran antara lain Trimo, Djoewadi, Faridan M Noto, Soperano, Soenardjo, Mohammad Saleh, Djasman, Djohar Noerhadi, Bagong Ngadikan, Sabrinin, Amat Djazuli, Oemoem Kalipan, Atmosukarto, Sudjijono, I Dewan Nyoman Oka, Sarwoko, Soebarman, Mohammad Wardani, Soeroto, Abubakar Ali, dan Soepadi. Nama-nama tersebut kini abadi sebagai nama jalan di kawasan Kotabaru. (Chi)