Rehabilitasi SDN Keputran 1 Yogya Perhatikan Unsur Cagar Budaya
Keraton - Salah satu bangunan cagar budaya di bidang pendidikan SD Negeri Keputran 1 Yogyakarta saat ini sedang dalam masa rehabilisasi. Bangunan yang sudah berdiri sejak tahun 1910 ini di rehabilisasi sejak tanggal 11 Agustus 2022 hingga 10 Desember 2022. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Bidang Warisan Budaya Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta Susilo Munandar, Kamis (1/10) di SD Negeri Keputran 1 Kota Yogyakarta.
"Ada enam kelas dan satu aula yang direhab seperti atap banyak yang bocor, plafon dan kayu juga mengalami kerusakan sehingga banyak yang harus direhab namun akan dikembalikan seperti semula tanpa adanya perbedaan, agar bangunan cagar budaya tetap asri dan tidak meninggalkan jejak sejarahnya," jelas Susilo.
Hingga tanggal 16 Oktober 2022 pekerjaan sudah mencapai 66 persen. Padahal target rehabilisasinya hanya 47 persen. Sehingga rehab bangunan SD Negeri 1 Kota Yogyakarta mengalami percepatan perbaikan sebanyak 18 persen.
Untuk biaya Susilo mengatakan, dana berasal dari Dana Keistimewaan (Danais) sebanyak Rp 799 Juta. Pihaknya juga mengatakan, selain SD Negeri Keputran 1 Yogyakarta bangunan pendidikan yang merupakan bangunan cagar budaya lainnya juga akan direhabilisasi. Yakni antara lain ada di tiga SD dan tiga SMP. Namun rehabilisasi akan dilaksankan pada tahun 2024.
Untuk tiga SD yang akan di rehabilisasi antara lain ada di SD Kintelan, SD Ungaran, dan SD Ngupasan. Selain itu ada rehab untuk bangunan pendidikan tingkat SMP yakni di SMP Negeri 1,6 dan 8 yang akan menjadi target rehabilisasi selanjutnya.
Dalam kesempatan tersebut Sekretaris Daerah Kota Yogyajart Aman Yuriadijaya yang meninjau rehabilisasi SD Negeri Keputran 1 Yogyakarta mengatakan, bangunan pendidikan di Kota Yogyakarta sebagian besar adalah bangunan cagar budaya sehingga kepentingan rehab yang didukung oleh Dinas Kebudayan Kota Yogyakarta sangat perlu dan terus dilakukan terutama juga menggandeng sektor terkait seperti Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kota Yogyakarta.
"Pelaksanaan kegiatan rehab ini sudah sesuai dengan harapan dan pekerjaanya sesuai dengan rencana. Saya berharap pihak sekolah maupun Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta dapat melakukan branding bangunan cagar budaya agar dapat menjadi bagian magnet budaya dan sumber daya pariwisata," ungkap Aman.
Aman juga mengatakan, dalam pembangunan ini diperlukan pengecekan secara teknis dan arkeologis untuk melihat bangunan cagar budayanya. Sehingga apa yang ada didalam bangunan tidak meninggalkan sejarahnya. Salah satu sejarahnya ada di dinding sekolah yang masih menggunakan 'gedeg' dengan usia 100 tahun.
Tidak hanya itu, atapnya pun masih sama menggunakan kayu yang lama yang mungkin usianya ratusan tahun. ''Oleh sebab itu, yang terpenting adalah dalam pembangunan ini ada keterkaitan atau integritas dari sektor pendidikan dan kebudayaan. Semoga rehab ini berjalan dengan optimal dan selesai sesuai target yang telah dibuat," ujarnya. (Hes)