Bakal Dibangun Taman Budaya, Pengembangan Embung Giwangan Dilanjutkan   

UMBULHARJO- Pengembangan pembangunan di Embung Giwangan Kota Yogyakarta akan dilanjutkan pada tahun 2023. Rencananya akan dibangun taman budaya di Embung Giwangan secara bertahap sesuai kemampuan anggaran. Pengembangan Embung Giwangan diharapkan bisa menjadi lokomotif pembangunan di wilayah selatan Yogyakarta.

“Pembangunan masih bertahap. Tergantung pendanaan. Pada tahun 2022 tidak ada pembangunan fisik, mulai tahun 2023 ada pembangunan lagi,” kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Pengelolaan Taman Budaya Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Retno Yuliani, Jumat (21/10/2022).

Dia menyampaikan rencananya pengembangan Taman Budaya Embung Giwangan akan dibangun menggunakan dana keistimewaan (Danais) DIY. Namun nominal dana keistimewaan untuk pembangunan Taman Budaya di Embung Giwangan itu belum bisa dipastikan karena masih dalam proses berita acara. Sedangkan tahun 2022 dari APBD Kota Yogyakarta menganggarkan pemeliharaan Embung Giwangan.

“Pada 2023 akan dibangun dengan danais ada panggung terbuka, ada entrance-nya (pintu masuk), penanda dan lain-lain,” ujarnya.

Menurutnya pembangunan embung dan fasilitas yang sudah ada saat ini baru mencapai berkisar 25-30 persen dari grand desain pembangunan Taman Budaya Embung Giwangan. Oleh sebab itu pembangunan masih membutuhkan waktu bertahap serta tergantung pendanaan dan kemampuan anggaran.

Embung Giwangan dibangun oleh Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat pada tahun 2019. Embung Giwangan dibangun pada lahan milik Pemerintah Kota Yogyakarta di Jalan Tegalturi. Embung Giwangan memiliki volume tampungan sekitar 9.210 meter kubik dan luas genangan sekitar 4,123 meter persegi. Fasilitas pendukung yang sudah tersedia di Embung Giwangan adalah, pagar pengaman mengitari embung, lampu-lampu, jogging track, toilet dan musala.

Selain berfungsi sebagai konservasi air, keberadaan embung juga bisa dimanfaatkan untuk tempat wisata maupun pengembangan lain. “Jadi memang sesuai tujuan kami sebenarnya pembangunan Embung Giwangan, secara makro sebagai lokomotif penggerak pembangunan di wilayah selatan,” tambah Retno.

Taman Budaya Embung Giwangan belum dibuka untuk publik, karena pembangunan belum tuntas. Namun beberapa kegiatan sudah dilaksanakan di kawasan Embung Giwangan. Retno menyebut selama menunggu tahap pembangunan selanjutnya, sebenarnya masyarakat sudah bisa memanfaatkan lokasi Embung Giwangan. Tapi harus mengajukan surat izin ke UPT Pengelolaan Taman Budaya Kota Yogyakarta.

“Sambil menunggu tahap pembangunan  berikutnya dari pada belum termanfaatkan, bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan, sebenarnya kami persilahkan. Tapi dengan pengajuan surat dulu ke kami, sehingga paling tidak terpantau pemanfaatannya,” paparnya.

Dia menyatakan saat ini masih menyusun peraturan terkait pemanfaatan Embung Giwangan. Selama belum ada tarif pemanfaatan, masyarakat dapat menggunakan secara gratis. Tapi mengajukan surat ke UPT Pengelola Taman Budaya Kota Yogyakarta dengan syarat dan ketentuan misalnya menjaga kebersihan dan keamanan ditanggung penyelenggara kegiatan. “Koordinasikan dulu acaranya seperti apa. Yang penting tetap sesuai tujuan semula pembangunan embung,” imbuh Retno.(Tri)