Ciptakan Alat Deteksi Banjir, Arman Penjaga Warga Bantaran Sungai

Peran pemuda sangat sering dikaitkan dengan kemajuan suatu bangsa. Bahkan di Indonesia, peran pemuda dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sudah tidak diragukan lagi. Hal ini bahkan sudah terjadi sejak masa perjuangan sejarah kemerdekaan Indonesia.

Berbicara tentang anak muda pastinya melekat dengan istilah agen perubahan. Anak muda juga identik dengan kreativitas dan inovasi. Di masa muda kesempatan untuk berkarya dan mengembangkan karir sangatlah besar.

Seperti yang dilakukan Arman Susanto, pemuda asal kampung Suryowijayan, Gedongkiwo, Mantrijeron ini merancang alat pendeteksi dini banjir atau early warning system (ews) di Sungai Winongo. Alat ini dirancangnya untuk memudahkan masyarakat melakukan deteksi awal pada banjir.

Arman menceritakan alasan ia menciptakan alat tersebut karena di kampungnya sering terjadi peningkatan volume air sungai secara tiba-tiba, padahal di wilayah tersebut tidak sedang mengalami curah hujan yang tinggi.

"Terkadang tidak hujan tapi volume air naik, naiknya volume air ini akibat kiriman dari wilayah lain, sehingga kita kurang memperhatikan tingginya permukaan air pada saat itu," ujarnya ketika ditemui belum lama ini.

Arman mengaku alat ciptaanya ini terintegrasi dengan pengeras suara yang diletakkan di tengah perkampungan agar ketika sirine berbunyi, suara tersebut dapat terdengar oleh seluruh warga, khususnya di Kampung Suryowijayan RW 01 yang berada di bantaran sungai.

"Alarm ini memang sengaja di tempatkan di tengah perkampungan, agar informasi bahaya dapat terdengar oleh warga masyarakat, sehingga mereka dapat segera melakukan evakuasi ke tempat yang lebih aman dan meminimalisir jatuhnya korban jiwa," ujarnya.

Alat ini memiliki lima sensor pendeteksi banjir dengan ketinggian yang berbeda-beda, ketika volume air menyentuh sensor tersebut maka sensor tersebut akan mengirimkan sinyal ke sebuah kontroler.

Kemudian kontroler tersebut akan mengolah data menjadi sebuah informasi dalam bentuk alarm untuk memberikan peringatan dini naiknya volume air.

Alarm ini akan berbunyi setiap ketinggian air mencapai 50 sentimeter, 100 sentimeter, 150 sentimeter, 200 sentimeter, dan 220 sentimeter. Semakin tinggi luapan air, bunyi sirene semakin cepat.

“Alarm banjir Sungai Winongo ini berfungsi sejak tahun 2019, sejak saat itu alat ini sudah beberapa kali berfungsi dan terbukti cukup efektif sebagai peringatan dini banjir,” ujar Arman.

Untuk pendanaan pembuatan alat tersebut, Arman berkerjasama dengan pengurus kampung, selain itu ia juga dibantu para pemuda di kampung tersebut.

Arman menambahkan jika ia juga tengah mengembangkan alat pendeteksi banjir yang dipadukan dengan teknologi internet optik. Dengan teknologi internet optik tersebut alarm banjir ini akan lebih efektif memberikan informasi ketika bencana alam banjir.

Melalui temuannya ini, Arman meraih peringkat pertama dalam ajang lomba pemuda pelopor tahun 2022 bidang inovasi teknologi.

Pada kesempatan tersebut ia menceritakan pengalamannya selama mengikuti lomba pemuda pelopor hingga ia menjadi pemenang. Disampaikan Arman, pada Juli 2022 ia mendapat informasi adanya pemilihan pemuda pelopor tingkat Kota Yogyakarta.

Informasi tersebut ia dapatkan melalui group  kepemudaan yang ia ikuti di aplikasi pesan singkatnya. "Awalnya saya baca di group WhatsApp, lalu saya daftar," jelasnya.

Lomba ini juga diikuti puluhan peserta lain. Latar belakang pesertanya beragam dan di bagi menjadi beberapa bidang. Untuk bidang yang ia ikuti adalah bidang inovasi teknologi.

Selama proses seleksi berjalan dengan lancar, semua hal bisa ia paparkan secara jelas. Sejak awal Arman memang memilih bidang yang ia geluti.

"Seleksi awal adalah seleksi makalah, seleksi makalah ini setiap peserta diwajibkan membuat makalah terkait dengan kepeloporannya, setelah itu ada tahap presentasi," bebernya.

Pada awalnya Arman tidak menyangka bahwa inovasinya bisa mengantarkannya menjadi juara pertama. Pemuda berusia 28 tahun ini berharap dapat terus memberikan yang terbaik bagi Indonesia, khususnya untuk Kota Yogyakarta.

“Saya harap upaya yang sudah saya lakukan bisa menjadi motivasi buat pemuda yang lain, semoga ke depannya segala sesuatu yang dilakukan, bisa bermanfaat bagi orang banyak,” ucap Arman.

Saatnya Anak Muda Tak Malu Bergelut dengan Lele

Selain Arman, pemuda inspiratif lainnnya adalah Alfian Rizky, peraih juara dua lomba pemuda pelopor 2022 di bidang pangan ini memfokuskan masa mudanya untuk menekuni budidaya ikan lele, padahal dewasa ini sudah jarang sekali anak muda melakukan hal tersebut.

Sama seperti Arman, motivasinya mengikuti lomba pemuda pelopor karena ia ingin menjadi  inspirasi bagi generasi muda bahwa anak muda bisa mandiri dengan cara wirausaha.

Pemuda asal Gondomanan ini memilih budidaya ikan lele karena menurutnya budidaya ikan lele mempunyai prospek yang menguntungkan dan potensial untuk dijalankan.

"Hal ini disebabkan karena terdapat beberapa kelebihan dan keunggulan ikan lele dibandingkan ikan air tawar lainnya, yakni pertumbuhannya cepat, perawatan lebih mudah, tahan terhadap kondisi air yang kurang baik dan penyakit," bebernya.

Sedangkan, untuk pangsa pasar ikan tersebut sangat luas karena nilai gizi tinggi dengan rasa gurih dan harga terjangkau sehingga diminati masyarakat.

Selain itu, usaha budidaya ikan lele dapat dilakukan dengan lahan yang terbatas atau hanya memanfaatkan pekarangan rumah.

Meski budidaya ikan lelenya ini baru dilakukan selama dua tahun, namun pemuda 31 tahun ini telah memiliki puluhan kolam ikan lele dengan hasil panen ribuan ekor ikan lele. "Panennya tiap tiga bulan, saat panen satu kolamnya ini berkisar 2000-3000 ekor ikan lele," bebernya.

Pada kesempatan tersebut Ia juga membagikan kiat sukses untuk berternak ikan lele di perkotaan, seperti pengadaan benih ikan lele, kepadatan tebaran, manajemen pengairan, pengendalian penyakit, dan sistem pemberian pakan.

"Untuk pengadaan benih usahakan membeli bibit dari pemijah Unit Pembibitan Rakyat (UPR) yang sudah bersertifikat. Sedangkan kepadatan tebaran lele, menggunakan sistem tebar padat dengan perhitungan setiap 1 m3 diisi 300 ekor bibit lele," katanya.

Sementara untuk manajemen pengairan, para peternak ikan lele harus menggunakan air yang selalu mengalir. Hal ini dilakukan karena proses tebar padat dapat meningkatkan tingginya kadar amoniak dalam kolam.

Oleh sebab itu, kata dia, dengan proses air mengalir secara terus menerus dapat mengendapkan dan mengumpulkan amoniak di dasar kolam.

“Hal ini dapat memudahkan petani untuk melakukan pembuangan amoniak dari dasar kolam secara bertahap setiap harinya,” jelasnya.

Dengan manajemen air yang sudah dilakukan, itu dapat meminimalisir adanya penyakit di ikan lele, diantaranya tidak adanya jamur dan bakteri pada ikan lele.

Untuk sistem pemberian pakan, sebaiknya menggunakan perhitungan bio massa, yakni jumlah ikan lele dikalikan berat rata-rata ikan lele per ekor dikali empat persen. Pemberian pakan dibagi menjadi dua siklus, pagi dan malam.

Diakhir wawancara Alfian berpesan untuk para pemuda agar jangan takut untuk memulai usaha di bidang peternakan.

"Kalau kita mau belajar kita pasti bisa, intinya konsisten, jangan pernah menyerah meski mengalami kerugian," bebernya.

Selamat Arman dan Alfian atas pencapaiannya. Semoga kalian bisa menginspirasi anak muda Indonesia khususnya anak muda Kota Yogyakarta untuk terus berkarya, kreatif, serta prestatif. (Han)