PASEBANINGRAT HADIR MELENGKAPI MAKNA SEGO SEGAWE

Selama ini masyarakat Yogyakarta telah cukup mengenal “SEGO SEGAWE”. Sebuah akronim dari Sepeda Kanggo Sekolah Lan Nyambut Gawe (sepeda untuk bersekolah dan untuk bekerja). Sesungguhnya Sego Segawe memiliki makna yang begitu dalam sebagai sebuah spirit untuk mengajak masyarakat luas khususnya masyarakat Kota Yogyakarta untuk beralih menggunakan sepeda
sebagai sarana transportasi jarak pendek baik digunakan untuk ke sekolah, bekerja ataupun kegiatan lainnya. Spirit Sego Segawe juga bermakna jangka panjang dapat berimplikasi pada penurunan penggunaan kendaraan bermotor, mengurangi polusi, efisiensi energi, meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan lingkungan, hingga Yogyakarta menjadi kota yang lebih humanis.

Sego Segawe yang dicanangkan hampir dua tahun lalu bukanlah nama sebuah klub sepeda. Sego Segawe adalah sebuah komunitas dimana masyarakat yang bergabung di dalamnya mempunyai kesadaran bahwa sepeda mampu memberikan alternatife sebagai alat transportasi yang lebih murah dan menyehatkan.  Siapapun boleh bergabung dengan Sego Segawe, karena Sego Segawe bukan diklaim sebagai milik Pemerintah Kota Yogyakarta semata. Sego Segawe adalah milik seluruh masyarakat Yogyakarta.

Jumat, (18/06) Walikota melaunching klub sepeda karyawan Pemerintah Kota Yogyakarta. PASEBANINGRAT ( Paguyuban Sepeda Balaikota Ngayogyokarto Hadiningrat) menjadi nama yang diresmikan untuk mewadahi kegiatan olahraga bersepeda ini. Acara launching dilanjut dengan gowes bareng keliling kota yang diikuti oleh seribu PNS Pemkot Yogyakarta, juga partisipasi dari anggota komunitas sepeda di Kota Yogyakarta seperti Jogja Folding Bike serta masyarakat Kota Yogyakarta.

Walikota Yogyakarta Herry Zudianto membentangkan bendera start sekaligus memimpin rombongan pesepeda ini di barisan depan. Start dimulai dari halaman air mancur Balaikota pukul 07.00 WIB. Menyusuri jalan-jalan kota dan memasuki jalan-jalan perkampungan menempuh rute sejauh 4 kilometer para karyawan pesepeda ini tampak bersemangat mengayuh pedal. Sepanjang perjalanan barisan pesepeda yang hampir memenuhi setiap badan jalan sepanjang di jalur perkampungan selalu disambut dengan senyum warga kampung yang dilalui. Gerakan bersepeda tampak sekali mendapat respon positip dari warga-warga kampung di kota penuh toleransi ini. Rute memasuki jalan-jalan perkampungan sengaja dipilih untuk lebih mendekatkan aparat Pemkot Yogyakarta sebagai pelayan masyarakat terhadap warga masyarakat kota yang dilayaninya.

Kriing… kriing.. bel sepeda lipat tunggangan Pak Walikota pun berdenting menyapa setiap warga kampung yang berpapasan di jalan. Salam sapa khas ala Yogyakarta,”monggo…, nuwun sewu…, nderek langkung…., selalu disampaikan Pak Walikota pada setiap warga yang dijumpai. Sepeda pun ternyata mampu menjadi alat melepas batas social antara pejabat dan warga masyarakat. Suasana sangat cair, kehangatan dan keakraban Pak Walikota beserta jajarannya dengan warga masyarakat yang menjadi pengayomannya sungguh sangat terasa indah.

Memasuki garis finish di pintu gerbang Balaikota, barisan pesepeda yang memanjang hingga 1 kilometer ini langsung disambut oleh kru bagian protocol yang membagikan kupon doorprize. Sepuluh buah sepeda berupa MTB, sepeda lipat, dan roadbike siap menjadi buah tangan bagi para peserta. Di taman air mancur Balaikota sebagai tempat finish telah menanti santapan sederhana khas Yogyakarta berupa “sego kucing” dan air mineral. Segera saja mereka melepas dahaga dan mengganjal perut… lumayan mengganti energi yang hilang selama mengayuh pedal.

Pak Herry mengatakan, Kota yang berwawasan lingkungan menjadi bagian dari visi rencana pembangunan jangka panjang di Yogyakarta. Para pengambil kebijakan, birokrat dan seluruh PNS Pemkot Yogyakarta harus bisa menjadi panutan dalam proses pembangunan. “Sesuai visi tersebut kita harus bisa menjadi motivator bagi masyarakat dalam gerakan bersepeda sebagai moda transportasi jarak dekat. Bersepeda bukan karena takut ajakan Walikota, tapi bersepedalah karena melaksanakan program pembangunan sesuai tugas kita sebagai abdi dan pelayan masyarakat,” tegasnya.

Selain akan membuat tubuh kita menjadi lebih sehat dan bugar, dengan bersepeda juga merupakan bagian dari amalan hamba Tuhan yang harus menjaga kelestarian lingkungan. Kita akan berperan langsung dalam mengurangi dampak pemanasan global, polusi udara dan hemat penggunaan energi, pesan Pak Herry.

Mendukung lahirnya Pasebaningrat, ternyata Pemkot Yogyakarta juga telah menyiapkan sebuah Klinik Konsultasi Sepeda. Hadir melayani setiap hari Jumat minggu terakhir pukul 07.00 – 09.00 WIB di area Parkir Timur Koperasi Wiworo. Dipandu oleh 5 orang ahli/teknisi sepeda yang juga karyawan Pemkot Yogyakarta. Mereka adalah nama-nama yang sudah tidak asing lagi bagi para penggemar sepeda di Kota Yogyakarta. Nah.. bagi karyawan Pemkot yang bermasalah dengan sepedanya silakan mencoba…!! (ismawatiretno)