Asrama Korem 072 Saksi Bisu Serbuan Kotabaru (seri 2- selesai)
Peristiwa Serbuan Kotabaru terjadi di markas Tentara Jepang di Kotabaru Yogyakarta pada 7 Oktober 1945. Tepatnya di timur Stadion Kridosono Kotabaru. Bangunan-bangunan yang menjadi saksi bisu peristiwa Serbuan Kotabaru itu masih berdiri sampai sekarang. Hanya saja kini bangunan bekas markas Tentara Jepang itu difungsikan menjadi kompleks perumahan Asrama Militer Korem 072 Pamungkas.
Ketua RW 3 Kotabaru yang membawahi warga Asrama Korem 072 Pamungkas, Sutarto mengatakan di lokasi Serbuan Kotabaru terdapat 3 barak tentara, 1 bangunan untuk gudang senjata dan ruang tahanan. Bangunan 3 barak tentara itu kini dihuni sekitar 150 kepala keluarga yang pensiun maupun dinas di Korem 072 Pamungkas Yogyakarta.
“Tiga barak sekarang digunakan untuk dihuni warga RW 03 Kotabaru. Ditambah barak satu ini (dulu) untuk gudang-gudang senjata,” kata Sutarto didampingi sesepuh RW 03 Kotabaru, Sumarno, pada Jumat (4/11/2022).
Bangunan gudang senjata berada di sisi selatan dengan cat warna putih. Dalam bangunan itu terdapat 2 ruang yang dulu dipakai sebagai gudang penyimpanan senjata jepang. Saat ini 2 ruang itu difungsikan untuk gudang RW 3 Kotabaru dan ruang lainya untuk pertemuan RW. Pada bagian belakang bangunan gudang senjata, terdapat bangunan yang dulu difungsikan sebagai ruang tahanan. Sekarang ruang tahanan itu digunakan untuk salah satu penghuni asrama militer Korem 072 Pamungkas Yogyakarta.
Bangunan bekas barak tentara Jepang itu terbagi dalam ruang-ruang kamar seperti asrama. Bangunan menggunakan gaya arsitektur Eropa seperti bangunan-bangunan di kawasan Kotabaru. Bagian dinding bangunan tebal dan tinggi. Jendela berukuran besar dan sebagian kecil di bagian atas dinding. Dari berbagai literatur, belum diketahui kapan bangunan asrama bekas barak Tentara Jepang itu didirikan. Diperkirakan bangunan didirikan pada zaman Belanda. Bangunan asrama kompi Korem 072 Pamungkas itu telah ditetapkan sebagai bangunan cagar budaya. Kondisi bangunan masih utuh, tapi pada bagian atap sebagian rapuh.
“Bangunan seperti ini, untuk membangun atau mengubah tidak boleh oleh pihak dinas karena sudah dinyatakan cagar budaya. Terus terang warga hanya mengubah memperbaiki kalau ada genteng yang bocor. Bangunan lain tidak berani mengubah karena sudah aturan tersendiri,” terang Sutarto.
Selain itu dibangun Monumen Serbuan Kotabaru sebagai penanda peristiwa di lokasi Serbuan Kotabaru kompleks Asrama Militer Korem 072 Pamungkas Yogyakarta. Pada monumen itu terdapat tulisan “Tetenger ini didirikan untuk memperingati puncak pengambil alihan kekuasaan dari Pihak Jepang di Yogyakarta dengan serbuan bersenjata dan pertumpahan darah yang dikenal sebagai Pertempuran Kotabaru pada tanggal 7 Oktober 1945"
Terdapat simbol dua buah bambu runcing pada salah satu sisi monumen Serbuan Kotabaru. Sedangkan dua sisi lainnya tertera nama-nama para pejuang yang gugur dalam Pertempuran Kotabaru. Monumen itu ditandatangani oleh Raja Keraton Yogyakarta sekaligus Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Kini setiap tanggal 7 Oktober diperingati Serbuan Kotabaru dengan menggelar upacara di halaman sekitar monumen dan tabur bunga di makam pahlawan.
Kini perjuangan kita bukan berperang mengangkat senjata seperti para pahlawan yang gugur dalam Serbuan Kotabaru. Hari Pahlawan yang diperingati setiap 10 November menjadi momentum refleksi masyarakat untuk meneladani semangat dan nilai-nilai perjuangan para pahlawan. Semangat kebersamaan, rela berjuang dan berkorban untuk bangsa. Mari saatnya generasi penerus bangsa melanjutkan perjuangan para pahlawan dengan menjaga persatuan, kesatuan dan kebhinekaan. (Tri)