Menuju 2023 Zero Sampah Anorganik, Kemantren Intensifkan Sosialisasi
Kotagede - Masyarakat Kota Yogyakarta harus bisa menciptakan peradaban baru dengan budaya baru. Budaya mengolah sampah rumah tangga untuk mencapai zero sampah anorganik. Dengan komitmen bersama antara masyarakat, stakeholder dan pemerintah, budaya tersebut akan terwujud.
Hal tersebut disampaikan oleh Wakil Ketua Bank Sampah Kota Yogyakarta, Joko Sularno pada acara Sarasehan Bank Sampah Kemantren Kotagede di Kantor Kemantren Kotagede pada Rabu (23/11).
Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta mencanangkan zero sampah anorganik. Untuk mewujudkannya Pemerintah akan melakukan pelarangan pembuangan sampah anorganik ke TPA. Oleh karena itu diperlukan upaya dari masyarakat memilah sampah dan berharap sampah dapat selesai di sumber sampah.
“Dengan perubahan atau kebijakan pelarangan TPA menampung sampah anorganik keluar, kita bisa memanfaatkan dan mengoptimalkan bank sampah yang ada di wilayah. Di Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta telah meluncurkan galeri daur ulang sampah, klinik bank sampah, dan website forum bank sampah Kota Yogyakarta. Galeri daur ulang sampah itu bisa kita manfaatkan, kita kirim hasil daur ulang kita yang baik, bagus dan berkualitas,” ujar Joko.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja Sugeng Darmanto mengatakan Mantri Pamong Praja (MPP) bertanggung jawab mengarahkan dan mendampingi pada masyarakat. “Nanti di 13 depo sampah se- kota akan dijaga Satpol PP selama 24 jam sehingga tidak ada lagi masyarakat yang nekat membuang sampah tanpa memilah atau masih ada sampah anorganiknya. Pemasalahan sampah merupakan tanggung jawab bersama, oleh karena itu sudah jadi kewajiban setiap rumah untuk mendukung gerakan olah dan pilih sampah,” tambah Sugeng.
Mantri Pamong Praja Kotagede, Komaru mengatakan program zero sampah anorganik pada tahun 2023 memerlukan dukungan penuh dari masyarakat, untuk itu kemantren akan melakukan sosialisasi intens melalui Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), RT, RW, forum bank sampah kemantren dan forum bank sampah kelurahan.
“Kemantren Kotagede telah memiliki program pengolahan sampah pengurangan sampah anorganik maupun organik. Yang anorganik kita mengoptimalkan bank sampah, mengoptimalkan pengelolaan. Yang organik dengan biopori, lodhong sisa dapur (losida) dan ember tumpuk. Masing- masing kelurahan, mewajibkan setiap rumah tangga mempunyai losida," ucap Komaru.
Ia berharap masyarkatnya berkomitmen mengelola dan memanfaatkan sampah dari sumbernya yaitu dari masing-masing rumah, sehingga tidak ada sampah anorganik yang dibuang di pembuangan sampah. Dengan demikian, jumlah sampah yang dibuang di TPA bisa berkurang. (Chi)