Peta Lokasi Bank Sampah Bisa Diakses di JSS (seri 2-habis)
Untuk memudahkan masyarakat dalam mengelola sampah anorganik, maka diharapkan setiap rumah tangga menjadi nasabah bank sampah di wilayah masing-masing. Ada sekitar 516 bank sampah di Kota Yogyakarta. Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) telah memetakan sebaran lokasi bank sampah. Peta lokasi bank sampah di Kota Yogyakarta dapat diakses melalui aplikasi Jogja Smart Service (JSS) dan website https://lingkunganhidup.jogjakota.go.id/page/index/peta-sebaran-bank-sampah-di-kota-yogyakarta .
“Kami memiliki website dan termasuk di JSS titik-titik bank sampah di Kota Yogyakarta sudah terpetakan. Setidaknya satu RW ada satu bank sampah,” kata Kepala DLH Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto.
Pihaknya juga sudah berkomunikasi dengan forum bank sampah tingkat kota, kemantren dan kelurahan terkait gerakan zero sampah anorganik. Terutama terkait jenis-jenis sampah anorganik yang dapat disetorkan ke bank sampah. Mengingat ada beberapa bank sampah yang dapat mengelola sampah anorganik seperti plastik bekas kemasan produk seperti kopi dan sebagian bank sampah tidak mampu.
Sugeng mencontohkan sampah anorganik yang bisa dibawa ke bank sampah seperti kertas, kantong plastik kresek dan tutup botol. Menurutnya terkadang sebagian masyarakat menganggap sampah kemasan sachet seperti sampo adalah sampah residu. Tapi ada bank sampah yang bisa menggunakan sampah residu kemasan plastik tersebut untuk ecobrick dan sebagainya
“Kadang-kadang masyarakat ketika ada botol langsung dijual utuh. Tapi bagi kelompok bank sampah, tutup botol ada yang dibuat menjadi tas. Ini adalah suatu bentuk gerakan afirmasi dari masyarakat,” paparnya
Menurutnya penyetoran sampah anorganik ke bank sampah menjadi solusi bagi masyarakat yang tidak memiliki lahan. Termasuk menjadi wahana interaksi masyarakat untuk bertukar pikiran terkait pengelolaan sampah. Lewat bank sampah juga bisa meningkatkan kehidupan sosial di masyarakat. “Intinya ayo bareng-bareng memilah sampah. Kalau mau lebih detail, sampah anorganik pemilahannya yang diperbanyak,” ujar Sugeng.
Dia menyebut sebagai bentuk apresiasi bagi bank sampah, DLH Kota Yogyakarta membeli produk-produk dari bank sampah. Misalnya tas dari bahan plastik bekas dibeli sekitar Rp 200 ribu. Produk itu sebagai bentuk percontohan yang ditempatkan di galeri produk daur ulang sampah di Kantor DLH Kota Yogyakarta.
Dengan gerakan zero sampah anorganik, DLH Kota Yogyakarta akan menyiapkan tempat sampah terpilah di beberapa tempat publik. Sugeng menyatakan menyiapkan tempat sampah terpilah dengan warna berbeda-beda. Setiap warna akan diberi label sesuai jenis sampah yang bisa dibuang di tempat sampah itu. “Tempat sampah bisa kita siapkan seperti di ruang terbuka hijau publik. Kami siapkan tiga tempat sampah merah hijau kuning, silahkan dipilah sesuai dengan kondisi sampah,” imbuhnya.
Sedangkan sampah yang mengandung bahan berbahaya beracun (B3) seperti masker, batu baterai, obat-obatan, lampu bekas dan sampah elektronik dapat dibawa ke dropbox sampah B3. DLH Kota Yogyakarta menyediakan dropbox sampah B3 di beberapa lokasi yaitu di kompleks Kantor DLH Kota Yogyakarta, depo Mandala Krida, TPS Gedongkiwo, Depo Nitikan, Depo Utoroloyo dan kompleks Balai Kota Yogyakarta.
Pengelolaan sampah anorganik juga dilakukan di sektor seperti pasar, rumah sakit dan pelaku usaha. Sugeng menuturkan pemilahan sampah organik tidak hanya di rumah tangga, tapi juga pasar dan tempat-tempat wisata. “Jika gerakan ini menjadi suatu gerakan massif, maka sampah anorganik bisa zero atau habis di sumbernya. Harapannya itu,” ucap Sugeng.
Untuk mewujudkan gerakan zero sampah anorganik tentu tak mudah. Terutama mengubah budaya pengelolaan sampah dari sebelumnya hanya kumpul, angkut dan buang menjadi memilah, mengurangi, memanfaatkan dan mendaur ulang. Namun jika tidak ada aksi nyata mengelola sampah, pada saat nanti transisi TPA Piyungan tak mampu menampung lagi, tentu masyarakat akan lebih susah. Kolaborasi bersama masyarakat sangat dibutuhkan karena sampah tanggung jawab kita semua. Mari bersama kelola sampah, pilah sampah.(Tri)