Tangkal Hoax Pemilu, Bakesbangpol Bekali Milenial Kecakapan Digital

Pakualaman - Pada pemilihan umum serentak tahun 2024 diperkirakan sebanyak 60 persen pemilih merupakan anak muda pemilih pertama. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta terus tebarkan pemahaman demokrasi dan politik di kalangan kaum milenial dengan berbagai kegiatan.

Kepala Bidang Politik Dalam Negeri dan Organisasi Masyarakat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta, Widyastuti menyampaikan salah satu ketugasan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Yogyakarta tahun 2023 adalah memberikan pemahaman tentang demokrasi dan politik untuk kaum milenial, kaum disabilitas, masyarakat marjinal, kaum perempuan, tokoh masyarakat hingga kader partai politik.

“Tahun ini Kesbangpol punya berbagai macam program, seperti democracy  for all sasarannya anak muda pemilih pertama dan kaum milenial. Kemudian Building Demokrasi yaitu mengenalkan demokrasi untuk pelajar SMP dengan materi yang santai dan fun,” ujar Widyastuti saat ditemui tim WartaYK di Kantor Badan Kesbangpol Kota Yogya pada Rabu (10/1).

Dokumentasi kegiatan konsolidasi kader demokrasi kaum milenial

Selain itu, Widyastuti juga membeberkan bahwa pelajar SMP hingga SMA juga memahami demokrasi dengan cara mereka. Oleh karena itu, Kesbangpol Kota Yogya harus terus memperkuat para pelajar untuk tetap meningkatkan ketertarikan dan berada di jalur politik yang benar.

“Melalui program parlemen pelajar, kami mengatakan bahwa peran anak muda itu sangat diperlukan dan harus paham tentang politik karena baik atau buruk negara ini juga tergantung dari peran dan pilihan para pelajar. Harapannya, mereka sudah mempunyai gambaran dan memiliki idealisme untuk membuat negara ini semakin maju. Selain itu juga, kami sangat berharap kaum milenial tidak apatis kepada demokrasi dan politik di Indonesia,” harapnya.

Mengingat pemilu tahun 2019, banyak hoax yang merajalela melalui media digital. Oleh karena itu, Widyastuti selalu memberikan materi kecakapan digital di setiap pendidikan politik yang dilaksanakan. “Menangkal hoax itu tanggung jawab kita semua, dengan adanya wawasan cakap digital harapannya menjadi lebih cerdas dalam memilih berita, tidak mudah terpancing dengan suatu isu karena akan terus ada isu-isu  yang berpotensi memecah persatuan dan kesatuan negara,” tambahnya (Chi)