Program 8000 Hari Pertama Kehidupan Strategi Kota Jogja Tekan Angka Stunting

Umbulharjo – Dalam rangka mempersiapkan generasi bangsa Indonesia yang unggul, Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) mengembangkan Program 8000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).

Dikatakan oleh Kepala Dinkes Kota Yogyakarta Emma Rahmi Aryani, dalam Perwal No 41 Th 2021 tentang Rencana Aksi Daerah Mempersiapkan Generasi Unggul melalui Program 8000 Hari Pertama Kehidupan Tahun 2021 hingga 2025, telah diuraikan mengenai strategi dan langkah Pemkot Yogyakarta untuk mencegah dan mengatasi stunting.

"Untuk mempersiapkan generasi sehat dan berkualitas kami kembangkan melalui program 8000 HPK, bukan lagi menggunakan 1000 HPK, karena ini merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah dan mengatasi stunting dalam jangka panjang," katanya saat ditemui di kantor Dinkes Kota Yogyakarta, Senin (11/1).

Lebih jauh Emma menjelaskan, 1000 Hari Pertama Kehidupan memang penting, tapi tidak cukup untuk mencegah stunting secara berkelanjutan. Seperti konsep 8000 HPK yang merupakan upaya sistematis dan intervensi sesuai siklus hidupnya. Mulai dari dalam kandungan, lahir, remaja, dan usia reproduksi.

"Program ini difokuskan pada pemenuhan layanan kesehatan Ibu, Bayi, Anak, Remaja, dan kelompok usia reproduksi dengan memperhatikan tahapan fisiologis dan psikologis dalam 8000 Hari Pertama Kehidupan. Jadi ketika anak lahir dalam keadaan sehat serta tumbuh dengan baik, dan didukung oleh pendidikan yang berkualitas, mereka akan menjadi generasi penerus yang unggul, sejalan dengan cita-cita bersama, membentuk sumber daya manusia unggul menuju Indonesia Maju 2045," jelasnya.

Menurut Emma, program 8000 HPK pada dasarnya mengutamakan bagaimana asupan gizi diperhatikan dan diintervensi secara sistematis dan berkesinambungan, untuk mencegah stunting dan mempersiapkan generasi unggul. Di mana program dimulai dari anak saat masih dalam kandungan hingga masa remaja akhir usia 19 tahun.

"Dari tahun ke tahun kasus stunting di Kota Jogja angka prevalensinya terus menurun, ini merupakan hasil yang baik di mana ke depan sinergi dan kerja sama lintas sektor serta OPD dalam pencegahan serta penanganan stunting dapat berjalan semakin optimal," ungkapnya.

Di sisi lain, Emma berpesan kepada masyarakat agar ikut serta berperan aktif dalam upaya pencegahan serta penanganan stunting di Kota Jogja. Seperti contohnya datang rutin ke Posyandu di masing-masing wilayah agar anak atau balita pertumbuhan dan perkembangannya dapat dipantau dengan baik.

"Harapannya tidak hanya Ibu yang memiliki balita saja yang rutin ke Posyandu, tapi juga untuk remaja, calon pengantin, dan Ibu hamil untuk memperluas pengetahuan mengenai bagaimana menjaga kesehatan reproduksi, mental, dan pola asuh sesuai dengan fase kehidupan yang sedang dijalani di layanan dan fasilitasi pada masing-masing wilayah, yang dikomandoi oleh Tim Percepatan Penurunan Stunting," tutupnya. (Jul)