Volume Sampah di TPS Berkurang, Edukasi Pemilahan Digencarkan
UMBULHARJO- Volume sampah di beberapa Tempat Pembuangan Sementara (TPS) atau depo dan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Nitikan di Kota Yogyakarta sudah berkurang sejak gerakan zero sampah anorganik diberlakukan Januari 2023. Namun kondisi di TPS/depo masih terdapat sampah anorganik nonresidu karena belum semua masyarakat memilah sampah. Untuk itu petugas TPS dan penggerobak mengajak masyarakat memilah sampah mengingat Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Piyungan hampir penuh.
Koordinator Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Nitikan, Klimin menyebut sampah rumah tangga yang masuk ke TPS sudah berkurang. Dia menjelaskan volume sampah di TPST Nitikan berkurang sekitar 500 kg/hari setelah ada gerakan zero sampah anorganik. Biasanya volume sampah di TPS Nitikan mencapai berkisar 3- 4 ton, kini menjadi sekitar 2,5- 3,5 ton yang diangkut dengan 3 truk sampah.
“Sementara ini sejak ada program zero sampah di Nitikan sudah ada dampaknya. Tapi masih harus dalam pengawasan, karena ada warga yang memilah dan belum memilah,” kata Klimin ditemui di TPST Nitikan, Rabu (11/1/2023).
Pihaknya telah mengatur pembuangan sampah dari masyarakat di TPST Nitikan sejak diberlakukan gerakan zero sampah anorganik. Area penampungan sampah organik dan sampah anorganik residu dipisahkan. Hal tersebut untuk memudahkan masyarakat dan pengelola TPST Nitikan dalam mengelola sampah. Para petugas di TPST Nitikan juga melakukan pemilahan sampah yang belum dipisahkan antara organik dan anorganik.
“Sudah kami berikan tanda, supaya lebih enak warga membuangnya. Sebelah sini sampah organik, sebelah utara sampah anorganik (residu),” ujarnya.
Klimin menuturkan sudah mengingatkan masyarakat untuk memilah sampah sebelum dibuang ke TPST Nitikan. Hanya sampah organik yang dibuang dan sampah anorganik dibawa ke bank sampah.
Hal serupa juga terjadi di TPS/depo di barat Stadion Mandala Krida masih ditemukan sampah anorganik non residu seperti botol plastik dan kardus bekas. Pengawas dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, Yohanes Sumardi mengatakan durasi untuk memenuhi truk sampah di depo Stadion Mandala Krida, lebih lama dibandingkan sebelum gerakan zero sampah anorganik, karena volumenya berkurang. Dalam sehari rata-rata ada 5 truk yang beroperasional di depo Mandala Krida.
“Sekarang durasinya lebih lama untuk mencapai (sampah) penuh satu truk. Misalnya biasanya hanya beberapa jam sekarang lebih lama karena volume sampah berkurang,” kata Sumardi di sela pengawasan di depo sampah barat Stadion Mandala Krida.
Dia menguatarakan masih ada sampah tercampur karena sampah dari masyarakat belum semuanya dipilah. Sesuai gerakan zero sampah anorganik, TPS/depo hanya menerima sampah organik dan sampah residu yakni sampah anorganik yang membutuhkan penanganan khusus untuk daur ulang dan tidak memiliki nilai jual seperti sampah popok, pembalut dan tisu.
“Di sini sudah ada pemilihan tapi belum maksimal karena dari penggerobak dari masyarakat masih ada yang campur. Makanya ini ada pengawasan, kita juga edukasi ke masyarakat kalau yang buang langsung harus pakai (plastik) transparan dan dipilah,” tambahnya.
Salah satu penggerobak sampah di depo barat Stadion Mandala Krida, Riyanto menyampaikan sebagian warga yang menjadi pelanggan sampah, sudah ada yang memilah sampah. Namun sebagian belum memilah karena beralasan tidak mendapatkan informasi gerakan zero sampah anorganik. Terutama pada anak-anak indekos yang tidak memiliki induk semang dan beberapa keluarga sehingga sampah masih bercampur.
“Dari pelanggan sudah ada yang melaksanakan pemilahan, sebagian yang lain belum juga karena ada beberapa kendala yang dialami pelanggan. Kami mengalami kesulitan untuk anak-anak kos, terutama yang tidak ada induk semangnya,” ucap Riyanto yang berharap ada sosialisasi dari wilayah kepada pemilik kos. (Tri)