Rumah Pengasuhan Anak Wiloso Projo Berikan Kasih Sayang dan Pendidikan

Jetis - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta berkomitmen untuk terus mendorong Yogyakarta sebagai Kota Inklusi dan Kota Ramah Anak.  Melalui UPT Rumah Pengasuhan Anak Wiloso Projo, Pemkot Yogyakarta berupaya melindungi hak anak yang tidak mendapatkan pengasuhan yang baik dari orang tuanya. Pada tahun 2023, Panti Anak Wiloso Projo memiliki kuota 25 anak sedangkan yang telah terisi sebanyak 18 anak. 

Kegiatan utama yang berjalan di panti meliputi kegiatan asuhan, kegiatan sosial dan pendidikan. Kegiatan asuhan adalah kegiatan yang bersifat menghidupi, menyantuni, melindungi dan mengayomi anak asuh yang diberikan oleh pengelola atau pendamping. Kegiatan ini berupa pengadaan tempat tinggal dan pemenuhan kebutuhan hidup bagi anak asuhan. 

Kepala UPT Rumah Pengasuhan Anak Wiloso Projo, Ari Arif Purnawati menjelaskan UPT Rumah Pengasuhan Anak Wiloso Projo lembaga kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta melaksanakan penyantunan dan pengentasan anak terlantar di bawah naungan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta. Dengan tugas utamanya adalah memberikan pelayanan pengganti perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial.

Dokumentasi kegiatan Panti Anak Wiloso Projo

“Kami melayani anak-anak yang tidak mendapatkan pengasuhan baik dari orang tuanya. Anak-anak yang berada disini diantaranya adalah anak-anak yang orang tua atau keluarga besarnya penduduk Kota Yogyakarta yang dibuktikan dengan Kartu Keluarga, kemudian anak yang tidak mendapat pengasuhan terbaik atau anak tersebut ditelantarkan yang nantinya akan di verifikasi oleh tim Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta. Selain itu kami juga mendapatkan rekomendasi atau rujukan dari kepolisian dan Kementerian Agama Kota Yogyakarta,” jelasnya saat ditemui di UPT Rumah Pengasuhan Anak Wiloso Projo pada Rabu (12/1).

Selain diberikan tempat tinggal dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari, anak asuhan juga mendapatkan fasilitas pendidikan hingga jenjang Sekolah Menengah Atas atau Kejuruan dengan beasiswa dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta. Untuk saat ini, ada 18 anak asuhan dengan pendidikan SD sejumlah enam anak, pendidikan SMP tiga anak dan pendidikan tingkat SMA sejumlah 9 anak.

“Disini yang kami dampingi adalah anak usia sekolah dan disini tidak ada yang tidak sekolah, kami juga menyediakan sepeda untuk anak-anak sekolah. Mereka mendapatkan uang saku untuk SD sebesar Rp 150 ribu, SMP sebesar Rp 210 ribu dan untuk SMK sebesar Rp 260 ribu untuk satu bulan. Setelah anak lulus sekolah akan kami kembalikan ke orang tua atau terjun ke masyarakat mandiri. Bagi yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi kami dampingi dan mencarikan beasiswa untuk yang sulit mendapat pekerjaan kami bantu mencari lowongan juga, ” ungkapnya.

Dokumentasi kegiatan Panti Anak Wiloso Projo

Ari juga menjelaskan, di Panti Anak Wiloso Projo memiliki lima orang pendamping dan tiga orang pekerja sosial dari Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kota Yogyakarta untuk mendampingi kejiwaan anak asuhan. “Para pendamping ini menerima curhatan curhatan anak dan untuk menggali anak ini butuh apa secara kejiwaannya dan mereka sudah mempunyai ilmu. Seandainya kami tidak mampu, kami akan meminta tolong ke psikolog dari puskesmas, terutama Puskesmas Jetis. Jadi kami disini membenahi anak yang awalnya tidak tau aturan menjadi tau aturan dan yang tidak disiplin menjadi disiplin yang tidak tau agama dia jadi lebih mengerti agama,” jelasnya.

Selain kegiatan sekolah, anak asuhan juga dibekali beberapa kegiatan agar anak bisa semakin mandiri dan memiliki keterampilan. Untuk hari Rabu itu ada pembinaan rohani, hari Kamis malam setelah magrib anak anak berdoa dan membacakan surat yasin. Setiap hari Sabtu kegiatannya ada kegiatan olahraga dan keterampilan dan untuk hari Minggu kerja bakti membersihkan lingkungan. 

“Semua kegiatan disini tentu mengarahkan mereka agar tumbuh berkembang sesuai dengan perkembangan fisik dan mental anak-anak sebayanya. Harapannya kami bisa membantu dan membimbing mereka memiliki pribadi yang baik, mandiri dan memiliki keterampilan kerja, sehingga setelah mereka kembali ke lingkungan masyarakat dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat,” ujar Ari (Chi)