Kegiatan Bank Sampah Meningkat Dua Pekan Sekali

 

Gondokusuman - Upaya Pemerintah Kota Yogyakarta dalam mengatasi persoalan sampah melalui Gerakan Zero Sampah Anorganik terus dilakukan. Dengan mulai memaksimalkan peran bank sampah di wilayah. Harapannya aktivitas bank sampah di Kota Yogyakarta terus meningkat.

"Setidaknya untuk bank sampah kini semakin banyak sampah anorganik yang terkumpul di bank sampah. Tapi belum signifikan rekapitulasi jumlahnya, karena pelaporan dari fasilitas kelurahan belum masuk ke warga," ujar Kepala Seksi Pengembangan Sumberdaya Lingkungan Hidup, DLH Kota Yogyakarta, Christina Endang Setyowati saat diwawancarai diruang kerjanya, Kamis (13/1). 

Ia mengungkapkan, nantinya akan ada pembekalan untuk pengelola bank sampah dan fasilitator bank sampah terhadap penerapan zero sampah di tahun ini minimal dua kali seminggu. "Yang jelas dalam dokumentasi kegiatan selama dua minggu ini aktivitas bank sampah meningkat. Biasanya bank sampah buka transaksi satu bulan sekali, sekarang mulai membuka di setiap minggu," jelasnya.

Sejak bulan Desember 2022 Kota Yogyakarta memiliki 575 bank sampah dan akan terus bertambah jumlahnya. Kini masyarakat di tiap-tiap RW diharapkan mempunyai bank sampah.

Menurutnya, hal ini dapat menekan angka timbunan sampah anorganik di depo atau TPST di Kota Yogyakarta. "Masyarakat bisa menyalurkan sampah anorganik ke bank sampah. Dalam jumlah tertentu masyarakat bisa mendapatkan keuntungan dalam bentuk uang," ungkapnya.

Sementara itu Ketua Bank Sampah Guyub Rukun RW 18 Mangunnegaran Kelurahan Panembahan, Kemantren Kraton Yogyakarta Bambang Mursasongko Daruno mengatakan, semenjak adanya kewajiban untuk memilah sampah para warga dengan rutin menyetorkan hasil pemilahan sampah di rumah tangga ke bank sampah.

Selain itu, dengan meningkatnya nasabah yang ada, bank sampah di wilayahnya dibuka setiap dua minggu sekali yang awalnya hanya satu bulan sekali. "Untuk volume yang disetorkan ke bank sampah bertambah banyak karena adanya pemilahan itu," jelasnya.

Pihaknya mengatakan rata-rata yang disetorkan berupa botol bekas, besi, kardus, plastik, kawat bahkan alumunium. ''Sampai saat ini kami selalu memberikan sosialisasi ke warga agar bisa memilah antara sampah anorganik, organik, residu dan sampah B3. Sehingga ke depannya warga sudah terbiasa untuk memilah sampah," ujarnya.

Bahkan Daruno mengatakan dalam satu bulan sebanyak 15-20 warga bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah mulai dari Rp 35.000 hingga Rp 50.000 per bulan. (Hes)