Pisahkan Truk Sampah Organik dan Residu di Depo
GONDOKUSUMAN- Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan berbagai hal untuk mendukung pemilahan sampah agar volume yang dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir(TPA) berkurang. Salah satunya memisahkan truk sampah organik dan residu di tiap depo atau tempat pembuangan sementara (TPS). Pemisahan truk sampah organik dan residu untuk memudahkan masyarakat yang membawa sampah ke depo/TPS.
“Di depo sekarang ada dua truk. Satu truk untuk sampah organik dan satu truk untuk sampah residu,” kata Sekretaris Daerah Pemkot Yogyakarta, Aman Yuriadijaya, di Kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogyakarta, belum lama ini.
Pihaknya menegaskan penyediaan dua truk sampah terpisah di depo itu adalah salah satu upaya mendukung pengelolaan sampah. Sarana truk pengangkut sampah juga sudah ditambah. Aman menyebut sudah menggelontorkan anggaran hampir Rp 25 miliar dalam APBD Perubahan 2022 ke DLH Kota Yogyakarta untuk pengadaan 20 unit truk. Sebagian besar truk compactor dan sebagian dump truck. Termasuk 3 truk compactor dan dump truck untuk Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta.
“Dengan truk compactor kita bisa mengepres sampah sehingga kadar air bisa turun, dan bobot sampah yang dibawa ke TPA Piyungan bisa berkurang. Ini juga salah satu keseriusan kita mengelola sampah,” terang Ketua Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta itu.
Aman mengakui pada seminggu awal gerakan zero sampah anorganik baru bisa mengurangi volume sampah sekitar 15 ton/hari. Oleh sebab itu sosialisasi dan edukasi gerakan zero sampah anorganik di basis wilayah terus berlangsung. Pihaknya menargetkan bisa mengurangi berkisar 20-30 persen dari sekitar 250 ton volume sampah dari Kota Yogyakarta yang dibawa ke TPA Piyungan.
“Mudah-mudahan akhir Januari ada penambahan signifikan dari sampah yang dikelola artinya sampah bisa turun. Targetnya yang dibawa ke Piyungan turun minimal 50 sampai 75 ton,” tambah Aman.
Aman menjelaskan target penurunan volume sampah berkisar 50- 75 ton itu mendasarkan pada persentase jenis sampah yang dibawa ke TPA Piyungan selama ini. Komposisi sampah organik sekitar 60 persen dan anorganik 40 persen. Namun menurut Aman, dari 40 persen sampah anorganik itu biasanya sekitar 10- 20 persen adalah sampah residu seperti sampah kemasan plastik, popok dan, pembalut wanita. Untuk itu ditargetkan pengurangan 20- 30 persen sampah dari gerakan zero sampah anorganik.
Meski demikian sesuai rencana, 3 bulan pertama gerakan zero sampah anorganik adalah proses membiasakan masyarakat mengelola sampah anorganik. Termasuk untuk menilai sejauh mana pengelolaan sampah dengan gerakan zero sampah anorganik. “Tapi ya tiga bulan waktu yang setidaknya untuk menilai bagaimana kondisi persampahan dengan gerakan zero sampah anorganik,” imbuhnya.
Sementara itu Kepala DLH Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto mengatakan upaya pemisahan truk sampah organik dan residu terus digalakan di depo dan TPS. Terutama di depo dan TPS yang lokasinya bisa menampung 2 truk. Beberapa TPS yang bisa menampung 2 truk sudah dibuat tulisan untuk truk sampah residu dan truk sampah organik.
“Proses berjalan di TPS yang bisa memuat dua truk atau lebih. Sudah kita tulis kendaraan residu dan organik. Yang sudah misalnya di TPS Tompeyan dan Pengok,” tandas Sugeng. (Tri)
Keterangan foto : TPS Tompeyan Kemantren Tegalrejo sudah menyediakan truk terpisah untuk sampah residu dan organik.