Waspada Penyakit Kulit, Giatkan Monitoring Kelompok Ternak di Yogya
Umbulharjo - Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Pertanian dan Pangan (DPP) Kota Yogyakarta menghimbau para peternak untuk waspada penyakit kulit atau Lumpy Skin Disease (LSD) pada hewan ternaknya. Walaupun sampai saat ini masih belum ditemukan penyakit tersebut pada hewan ternak di Kota Yogyakarta.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Bidang Perikanan dan Kehewanan DPP Kota Yogyakarta Sri Panggarti yang mengatakan, selain penyakit LSD peternak juga diharapkan waspada Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Oleh karenanya DPP Kota Yogyakarta rutin melakukan monitoring di sejumlah titik peternakan di Kemantren Mantrijeron, Kemantren Tegalrejo, Kemantren Wirobrajan, Kemantren Umbulharjo dan Kemantren Kotagede. ''Kami rutin melakukan monitoring di tiga kelompok ternak dan di 16 peternak di Kota Yogyakarta dengan total 129 populasi sapi di lima Kemantren di Kota Yogyakarta," jelas Panggarti saat di wawancara di ruang kerjanya, Selasa (31/1).
Pihaknya menambahkan, penyakit ini sering menyerang sapi dan kerbau dengan beberapa gejala klinis seperti benjol-benjol (nodul) pada bagian kulit atau kepala dengan ukuran 2-5 cm. Selain itu, ditemukan benjolan di leher hingga seluruh badan termasuk alat reproduksi.
"Jumlah nodul bervariasi tergantung tingkat keparahan. Adapun gejala dimana sapi mengalami leleran pada mata dan hidung dan mengalami penurunan produksi susu di sapi/kerbau serta mengalami demam tinggi," katanya.
Lanjutnya, jika para peternak menemukan hewan ternak sapi/kerbau dengan gejala seperti di atas untuk segera melaporkan ke petugas DPP Kota Yogyakarta agar segera tertangani.
Menurutnya, perlu dilakukan vaksinasi kepada hewan yang dirasa berpotensi mengalami LSD dan PMK namun Panggarti mengatakan masih dalam proses koordinasi dengan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan (DPKP) DIY.
Ia berpesan kepada peternak untuk melakukan kontrol serangga (vektor), menjaga kebersihan kandang, memisahkan hewan yang dicurigai dan memantau secara keberlanjutan hewan yang dicurigai terkena LSD.
Selain itu juga perlu adanya pembatasan lalu lintas ternak ke peternak, tidak menjual ternak sakit maupun mendatangkan ternak sakit serta memastikan ada Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) terhadap ternak yang baru datang.
"Harapannya ternak sapi di Kota Yogyakarta bebas dari LSD dengan kegiatan monitoring dan surveilans dilakukan secara rutin dan berkesinambungan agar tidak ada angka penularan LSD ataupun PMK pada ternak di Kota Yogyakarta," ujarnya.
Sementara itu, pemilik peternak sapi di Kemantren Umbulharjo Panjono mengungkapkan, sapi yang dimilikinya rutin diberikan vitamin. Sehingga sapi yang dimilikinya hingga saat ini tidak mengalami penyakit seperti LSD ataupun PMK.
Selain itu, juga didukung oleh perhatian dari pemerintah dengan dilakukan monitoring secara langsung ke peternakan. "Kita memiliki delapan sapi yang hingga saat ini dengan keadaan sehat. Kita juga sering dimonitoring oleh DPP Kota Yogyakarta untuk mengontrol kesehatan ternak kami agar terhindar dari penyakit seperti LSD atau PMK," ujarnya. (Hes)