Teknik Biopori Bantu Habiskan Sampah dari Sumbernya

 


Gondokusuman - Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya menyerahkan bantuan alat pengolahan sampah organik dengan teknik biopori secara simbolis kepada Bank Sampah Anugerah 07 Kelurahan Klitren dan Bank Sampah Barokah RW 11 Kelurahan Sorosutan pada acara Bimbingan Teknis Pengolahan Sampah Organik Biopori di Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Selasa (31/01).

Pemerintah Kota Yogyakarta memberikan bantuan alat pengolahan sampah organik dengan teknik biopori kepada 13 Bank Sampah di Kota Yogyakarta. Tujuan diberikan alat pengolahan ini adalah agar masyarakat mengolah sampah organik dari rumah agar pembuangan sampah semakin sedikit. 

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto menyampaikan bank sampah yang ada di Kota Yogyakarta sangat berperan penting pada program zero sampah anorganik. Untuk terus mengurangi tingkat pembuangan sampah, maka pemerintah mengajak masyarakat mengolah sampah anorganik dari rumah.

"Nantinya, semua bank sampah akan mendapatkan bantuan pengolahan biopori ini namun masih bertahap, tidak bisa sekaligus. Tentu harapannya dengan pengolahan biopori ini, sampah habis di sumbernya," ujarnya.

Sementara itu, Aman Yuriadijaya menyampaikan pengolahan sampah di masing-masing rumah tangga adalah sebuah upaya membentuk budaya baru yang baik untuk lingkungan.

"Pengolahan sampah dan memilah sampah sebenarnya mengubah perilaku dari yang punya sampah langsung dibuang menjadi diolah dan dipilah, tentu ini akan menjadi budaya baru yang baik untuk lingkungan kita," jelas Aman.

Ketua Pokja Edukasi Forum Bank Sampah Kota, Linkasari menjelaskan pengolahan sampah dengan teknik biopori ini cukup sederhana yaitu dengan memasukan pipa berlubang sedalam 80 sampai 100 centimeter ke dalam tanah yang kemudian diisi dengan sampah organik dari sisa dapur atau tanaman.

"Teknik biopori ini memiliki banyak manfaat antara lain mengurangi sampah organik, mengurangi pengangkutan sampah ke TPA, menghasilkan pupuk organik atau kompos hingga menyuburkan tanah dan menjadi peresapan air," jelasnya.

Biopori dapat dimanfaat sebagai media pengomposan dengan cara memasukan sampah organik ke pipa berlubang yang sudah ditanam di tanah. Linkasari menjelaskan apabila sampah cukup banyak dapat didorong dengan tongkat tumpul, tetapi tidak boleh terlalu padat karena akan mengganggu proses peresapan air ke samping.

"Kedalaman lubang biopori 100 cm dengan diameter 10 cm dapat menampung 7,8 liter sampah dalam jangka waktu 15 sampai 30 hari, sementara sampah kebun berupa daun dan ranting bisa menjadi kompos dalam waktu 2 sampai 3 bulan," tambahnya