Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta di Paseduluran Segoro Amarto

Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta di Paseduluran Segoro Amarto

Sebuah Gagasan Walikota Jogja Pak Hazet untuk : Sadaya nyawiji rila gumreget ambangun diri lan nagari



Pengentasan kemiskinan hingga saat ini masih menjadi prioritas utama dalam program pembangunan jangka penjang, menengah maupun tahunan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta. Pada akhir 2009 angka kemiskinan di Kota Yogyakarta tercatat sebesar 68.998 jiwa atau sebesar 14,36% dari jumlah penduduk. Bagi Pemkot Yogyakarta penanggulangan kemiskinan menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan.

Kemiskinan tidak hanya berarti rendahnya pendapatan seseorang, tetapi juga menyangkut terbatasnya kesempatan untuk mencapai standar hidup yang layak, seperti kecukupan pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, keterlibatan dengan lingkungan social dan pengakuan masyarakat. “Saya sangat berharap adanya keterlibatan dan partisipasi semua pihak. Kebersamaan antara pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan untuk mengatasi masalah kemiskinan ini.”

Keseriusan Pemkot Yogyakarta diwujudkan dalam waktu dekat ini, dengan menelorkan program penanganan kemiskinan terpadu berlabel “Segoro Amarto” (Semangat Gotong Royong Agawe Majune Ngayogyakarta). Segoro Amarto akan melibatkan partisipasi semua pihak tersebut diwujudkan dalam bentuk penanggulangan kemiskinan yang bersifat inklusif, tidak mengklasifikasikan masyarakat miskin sebagai obyek, namun menjadi bagian dari subyek pembangunan yang mesti diberdayakan. Kebersamaan dalam Segoro Amarto dikonsepkan dalam proses pemberdayaan yang menghilangkan bentuk-bentuk stratifikasi social. Warga yang lebih berdaya dan lebih mampu diharapkan dapat menstimulasi warga yang kurang berdaya sesuai kemampuan untuk bersama bergerak maju mencapai kesejahteraan bersama.

“Saya juga akan terlibat langsung dalam Segoro Amarto kalau nanti kampung Golo akan jadi pilot project. Peran saya di kampung sebagai pengusaha, begitu juga warga lain yang berlatarbelakang akademisi, pemuka agama, pemuka masyarakat dan sebagainya. Banyak yang bisa dilakukan antar masyarakat sendiri. Sehingga model penanganan kemiskinan ini akan melibatkan seluruh masyarakat di wilayah bersangkutan.”

Segoro Amarto diterjemahkan sebagai gerakan bersama seluruh masyarakat untuk penanggulangan kemiskinan. Gerakan ini lebih menekankan pada perubahan nilai yang tercermin pada sikap, perilaku, gaya hidup, dan wujud kebersamaan dalam kehidupan menjadi lebih baik mencakup semua aspek fisik dan non fisik. Sebagai gerakan kultural untuk menumbuhkan nilai-nilai gotong royong, kepedulian, dan kemandirian di antara warga. “Paradigma penanggulangan kemiskinan kita balik. Bukan “aku menerima apa?” tapi “aku bisa memberi apa?” Dalam segro amarto dibangun jiwa kedisiplinan, kepedulian social, gotong royong, dan kemandirian. “Kita peduli, kita bekerjasama, kita berdaya”.

Pembangunan dapat berhasil jika semua komponen masyarakat dapat bersatu padu. Tidak ada yang namanya pembangunan itu sukses karena satu orang. Semua ini harus kita landasi dengan kebersamaan. Bahwa kita semua menjadi bagian dalam pembangunan.

Masyarakat Kota Yogyakarta harus menjadi satu kesatuan dalam membangun kota. Satu sisi ada yang menjadi pemimpim, motivator, pelaksana dan sisi lain juga bisa sebaliknya. Mari kita disengkuyung bersama sehingga menjadi ringan. Jauhkan semua sikap egoisme. Saya juga mengajak masyarakat Jogja untuk membangun daya cinta, dengan kekuatan cinta, maka pembangunan ini niscaya akan menjadi sangat indah. Kekuatan cinta akan dapat mewujudkan Kota Yogyakarta yang nyaman dan humanis.

Kemiskinan juga berkaitan erat dengan nilai karenanya perlu sharing dari berbagai ekonomi masyarakat untuk saling mengisi dengan berbagai potensinya. Dengan harapan akan membangun nilai saling kepedulian. Sadaya nyawiji rila gumreget ambangun diri lan nagari. Bersama bersatu ikhlas untuk membangun diri dan negara. Dengan harapan akan membangun nilai saling kepedulian.

Segoro amarto menggambarkan semangat yang menggelora terus menerus dan tidak kenal menyerah serta di dalamnya ada ketenangan. Amarto dalam kisah pewayangan adalah negara yang melambangkan kebaikan berupa sifat masyarakat dan pemimpin yang dapat diteladani. Secara totalitas filosofi segoro amarto dapat dimaknai sebagai semangat bersama untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik di lingkungannya, kampungnya, kelurahan, kota ataupun negara. Memiliki sifat dapat menampung semua permasalahan sebagaimana menerima limpahan air yang sangat kotor dari daratan. Segoro amarto sebagai tempat hidup dan menghidupi (sumberdaya alam dengan segala kekayaannya) dan merupakana sarana interaksi dan transformasi antara bangsa dan budaya.

Saya berharap Segoro amarta dapat menjadi gerakan yang dapat menjadi ruh seluruh lapisan masyarakat untuk dapat bersama-sama menanggulangi kemiskinan. Bertujuan mendorong pembangunan masyarakat dengan mengedepankan jiwa kepedulian social, gotong royong, kemandirian, serta nilai-nilai luhur yang berkembang di masyarakat. Dengan begitu juga diharapkan dapat memajukan keadilan social masyarakat menjadikan kehidupan lebih nyaman sejahtera dan mandiri.

Segoro Amarto merupakan sebuah gerakan dengan substansi paseduluran dengan basis pelaksanaan di tingkat RW yang melibatkan seluruh komponen warga. Sehingga mekanisme pelaksaanaannya berada di tingkat masyarakat dan dilakukan oleh kelompok-kelompok swadaya masyarakat yang memiliki tekat, tantangan dan kebutuhan yang sama dengan basis RW. Kelompok tersebut melibatkan seluruh komponen yang ada dalam mayarakat seperti intelektual, pemuka masyarakat, tokoh agama, masyarakat miskin dll yang memiliki kepedulian terhadap upaya penanggulangan kemiskinan dan upaya-upaya lain menuju masyarakat madani. Pilot Project program ini telah diterapkan di 3 kelurahan yaitu Kricak, Tegalpanggung, dan Sorosutan. Pilot project Segoro Amarto telah diujicobakan selama dua tahun di 3 kelurahan tersebut. Dari hasil evaluasi ternyata penurunan kemiskinannya lebih cepat daripada 42 kelurahan yang lain. (ism)

Ayo kedepankan kata kita daripada aku. Kita berdaya kita bisa !!

Dimuat di Majalah Ayodya Edisi Khusus 2010 diterbitkan Pemkot Yogyakarta