Kota Jogja Genjot Stok Darah Jelang Ramadan
Umbulharjo – Kota Jogja punya potensi surplus pada cakupan stok kantong darah dari beragam golongan, karena di hari dan jam kerja banyak yang domisili dari luar tapi melakukan donor darah di wilayah kota.
Hal itu dikatakan Kepala Seksi Pelayanan Kesehatan Khusus Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogyakarta, dr. Okto Heru Santosa pada Rabu (15/3) di Grha Pandawa Balai Kota, dalam kegiatan Donor Darah Memperingati Hari Kesehatan Dunia.
Okto menjelaskan, Kota Jogja bahkan tidak jarang mengirimkan kantong darah ke kabupaten lain di DIY dan luar provinsi, karena jumlahnya surplus dan memiliki langkah antisipatif untuk memastikan ketersediaan darah mencukupi kebutuhan masyarakat Kota Jogja.
“Karakter di Kota Jogja bagusnya itu banyak pendonor, cakupan jumlah kantong darah dari beragam golongan itu bisa tercakup, sempat turun saat pandemi Covid-19, sekarang sejak PPKM dicabut kita coba untuk dorong lagi,” jelasnya.
Menurutnya, kegiatan donor darah pada momen tertentu menjadi kesempatan untuk mengumpulkan calon pendonor, terutama untuk skrining potensi gologan darah yang jarang, karena tidak dipungkiri tidak semua orang yang datang lolos skrining.
“Kami dari Dinkes dalam satu tahun ada 3 acara donor darah, tapi secara keseluruhan di lingkup Pemkot Yogyakarta lebih dari itu, kerja sama dengan PMI Kota Yogyakarta, tujannya untuk memperbanyak calon relawan dan sebagai langkah antisipatif kekurangan stok darah,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Okto, kegiatan seperti ini merupakan upaya untuk mempersiapkan diri, saat ada kondisi kegawatdaruratan yang membutuhkan tranfusi darah, seperti operasi besar atau persalinan, agar bisa ditangani dengan cepat.
“Kebanyakan yang terjadi kebutuhan itu untuk persiapan operasi besar, kemudian pada proses kehamilan atau persalinan karena terjadinya pendarahan. Kemudian di bulan ramadan kami juga siapkan, biasanya jumlah pendonor menurun,” tambahnya.
Sejalan dengan itu, Plt Kepengurusan PMI Kota Yogyakarta Arif Noor Hartanto menyampaikan, biasanya di bulan ramadan pendonor sedikit, dan stok darah berkurang. Maka kegiatan ini merupakan upaya menjaga ketersediaan stok darah, sebagaimana kebutuhan masyarakat.
“Harapan kami donor darah menjadi pola dan bagian dari gaya hidup masyarakat, per 60 hari bisa mendonorkan darah secara rutin, sehingga ketersediaan kantong darah dapat terjaga,” ungkapnya.
Arif juga mengatakan bahwa pendonor adalah relawan bagi PMI, jadi peran aktif dari para pendonor menjadi bagian penting pada keberlanjutan layanan kemanusiaan PMI.
“Kami harap semakin banyak masyarakat yang memiliki kesediaan untuk mendonorkan darahnya secara periodik, untuk saling membantu masyarakat yang membutuhkan,” tutupnya. (Jul)