Usia Bukan Halangan, Buruh Gendong Semangat Mengaji di Bulan Ramadan (seri 1)

Tempat peristirahatan buruh gendong Sentong Endong-Endong yang disediakan Pemerintah Kota Yogyakarta di Pasar Beringharjo tampak ramai setiap Jumat siang. Ibu-ibu buruh gendong berkumpul belajar mengaji atau membaca Al-Quran di sela-sela aktivitasnya di Pasar Beringharjo. Apalagi di bulan Ramadan, meskipun berpuasa dan sebagian berusia senja, mereka tetap semangat meluangkan waktu untuk mengaji.

Suara bismillahirrahmanirrahim dan bacaan Al-Fatihah, terdengar sesekali saat mendekati Sentong Endong-Endong yang berada di lantai 2 blok F Pasar Beringharjo. “La kho la.. la nga la..,” ucap salah satu buruh gendong membaca deretan huruf hijaiyah di buku belajar membaca Al-Quran.

Para ibu buruh gendong duduk lesehan beralaskan tikar membaca Al-Quran maupun buku belajar membaca Al-Quran di atas meja dihadapan empat pengajar. Sejumlah buruh gendong lainnya duduk menunggu giliran belajar mengaji. Mereka datang silih berganti. Usai mengaji, buruh gendong melanjutkan aktivitas mengangkut barang maupun menunggu pengguna jasa mereka.

Sulami, salah satu buruh gendong yang mengikuti kegiatan buruh gendong Beringharjo mengaji mengaku senang bisa belajar mengaji bersama. Apalagi waktu kecil, dirinya baru belajar mengaji sampai Iqro jilid 4. Tak heran dia semangat mengikuti kegiatan itu sejak sebelum pandemi Covid-19 hingga kini.

“Alhamdulilah senang. Gimana yang belum bisa (ngaji), bisa mengikuti sedikit demi sedikit yang ngajari sabar,” kata Sulami ditemui usai mengaji di Sentong Endong-Endong Pasar Beringharjo pada Jumat (31/3/2023).

Bagi Sulami, tidak masalah dirinya meninggalkan waktu bekerjanya sebagai buruh gendong untuk mengaji. Jika ada pelanggan, warga Kulonprogo itu menjawab akan mengaji dahulu dan pelanggan pun memberikan waktu. Baginya belajar mengaji bisa menambah amalan ibadah sebagai umat Islam, terutama di bulan Ramadan.

“Mikire sekali-kalilah. Mikir e buat besok di sana (akhirat). Tidak setiap hari cari uang, sekali-sekali cari amal juga,” imbuh Sulami yang menggeluti buruh gendong Pasar Beringharjo sejak akhir 2012.

Hal senada disampaikan Sutinah, buruh gendong yang dipercaya menjadi Ketua Paguyuban Buruh Gendong Pasar Beringharjo. Dia senang karena tidak mungkin belajar mengaji di rumah lantaran selalu ada kesibukan dan kegiatan itu menambah semangat beribadah. Sutinah menuturkan awalnya banyak buruh gendong berusia sepuh yang belum bisa mengaji Al-Quran, lalu diadakan kegiatan belajar mengaji di Sentong Endong-Endong.

“Jadi kita semua semangat untuk bisa ngaji. Walaupun tua tapi tetap semangat. Ini banyak (pesertanya). Kalau sebelum Ramadan, ada yang kegiatan panen jadi banyak (buruh gendong) libur. Ramadan banyak yang ke pasar sehingga lebih banyak (pesertanya),” terang Sutinah.

Dia menyebut ada sekitar 70 ibu buruh gendong yang mengikuti kegiatan mengaji itu. Total anggota paguyuban buruh gendong Pasar Beringharjo sekitar 210 orang. Diakuinya belum semua buruh gendong yang beragama Islam mengikuti belajar mengaji. Sebagian awalnya ada yang malu karena tidak bisa membaca Al-Quran. “Tapi lalu ada yang ayo-ayo coba ngaji dulu. Kalau tidak bisa, nanti belajar,” ujarnya.(Tri)