Kota Yogya Beri Kontribusi Besar Penurunan Stunting di DIY
UMBULHARJO- Pemerintah Kota Yogyakarta berkomitmen untuk terus menurunkan prevalensi angka stunting. Termasuk untuk memberikan kontribusi penurunan stunting di DIY. Untuk itu Pemkot Yogyakarta menjalani penilaian kinerja aksi konvergensi penanggulangan stunting di DIY pada Kamis (13/4/2023) di Kantor Badan Kependudukan Dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Daerah Istimewa Yogyakarta.
Menurut Penjabat Walikota Yogyakarta Sumadi, prevalensi angka stunting Kota Yogyakarta tahun 2022 yakni 10,8 persen sudah memberikan kontribusi yang sangat besar untuk penurunan stunting di DIY. Meski demikian Pemkot Yogyakarta akan terus berupaya menurunkan angka stunting dengan berbagai aksi dan inovasi.
“Kita selalu melakukan upaya-upaya seperti inovasi. Kita ada Gandeng Gendong, ada gembrot itu adalah upaya-upaya bagaimana kita melakukan percepatan penurunan stunting di kota dan DIY. Saya kira untuk peran kota itu sudah sangat luar biasa,” kata Sumadi usai menjalani penilaian kinerja aksi konvergensi penanggulangan stunting di DIY.
Pemkot Yogyakarta mencatat prevalensi angka stunting di Kota Yogyakarta tahun 2022 yakni 10,8 persen. Sedangkan berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022 prevalensi angka stunting Kota Yogyakarta 13,8 persen. Angka itu sudah di bawah prevalensi stunting nasional yang ditargetkan 14 persen pada tahun 2024.
Dalam paparan penilaian kinerja penanggulangan stunting, Sumadi menyampaikan Pemkot Yogyakarta secara keseluruhan telah melaksanakan pelaporan pelaksanaan 8 aksi konvergensi penanggulangan stunting di web bangda. Upaya percepatan penurunan stunting dengan intervensi sensitif 70 persen di luar sektor kesehatan antara lain pengelolaan pendidikan usia dini, monitoring dan evaluasi stunting dan intervensi CSR stunting. Sedangkan intervensi spesifik 30 persen sektor kesehatan antara lain pemberian tablet tambah darah, pelayanan kesehatan gizi masyarakat dan pemberian vitamin A.
“Bagaimana kita mencoba untuk melakukan penurunan stunting. Kita berusaha meningkatkan kinerja penanggulangan stunting. Kita juga berinovasi bagaimana stunting di Yogya mengalami penurunan. Beberapa inovasi yang kita lakukan ada gembrot (Gemar makan berbahan protein) dan Bimo Kunting (bersatu terintegrasi mewujudkan Yogyakarta dengan keluarga yang unggul dan non stunting),” jelasnya.
Aksi konvergensi penanggulangan stunting antara lain aksi analisis situasi dengan menetapkan 20 lokus stunting pada tahun 2022 dan 25 lokus stunting tahun 2023. Aksi penyusunan rencana kegiatan yaitu aktivitas prioritas 2023 antara lain peningkatan koordinasi yang efektif dan efisien melalui Tim Percepatan Penurunan Stunting, intervensi by name by address stunting, kolaborasi dengan unsur non-pemerintah. Aksi 3-4 berupa rembug stunting dan perwal peran kemantren/kelurahan, aksi 5-6 pembinaan KPM dan manajemen data serta aksi 7 pengukuran dan publikasi data stunting.
Sementara itu Sekretaris BKKBN DIY, Zainal Arifin mengatakan penilaian kinerja aksi konvergensi penanggulangan stunting itu diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi kabupaten kota untuk meningkatkan kinerja di tahun berikutnya. Tujuan penilaian kinerja untuk mengukur tingkat kinerja pemerintah kabupaten dan kota dalam pelaksanaan aksi konvergensi penurunan stunting.
“Harapannya penilaian kinerja ini bisa meningkatkan kualitas pelaksanaan aksi konvergensi penanggulangan stunting. Menjadi motivasi bagi pemerintah provinsi, kabupaten kota dalam percepatan penurunan stunting dalam mencapai target penurunan stunting 14 persen pada tahun 2024,” pungkas Zainal.(Tri)