WORKSHOP RENCANA AKSI DAERAH KOTA BERKETAHANAN IKLIM DIBUKA WAWALI
Dampak perubahan lingkungan dan iklim tidak lagi dipandang semata sebagai persoalan lingkungan hidup, namun juga sangat terkait dengan strategi pembangunan yang berkelanjutan sehingga diperlukan rencana aksi pembangunan akomodatif agar berbagai ancaman perubahan lingkungan tidak berpengaruh pada stabilitas ekonomi, sosial, dan politik negara, regional serta global.
Hal ini disampaikan Wakil walikota Yogyakarta, H.Haryadi Suyuti saat membuka workshop rencana aksi daerah Yogyakarta sebagai kota yang berketahanan iklim, Kamis, (05/05) di hotel Melia Purosani Kota Yogyakarta. Dikatakan usaha-usaha memperbaiki lingkungan perkotaan telah dilaksanakan secara sungguh-sungguh oleh dan seluruh stake holder kota dalam beberapa tahun terakhir ini. Upaya upaya nyata ini menurut Haryadi juga telah mendapatkan perhatian dan dukungan dari semua pihak termasuk dunia internasional.
Haryadi berharap peserta workshop dapat mendiskusikan berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang konsep-konsep pengelolaan lingkungan hidup dan rencana aksi yang akomodatif dengan perubahan-perubahan iklim global serta daya dukung lingkungan dan masyarakatnya.
Stefan Koeberle , direktur Bank Dunia Indonesia menyampaikan terima kasihnya kepada walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto yang dinilai telah membangun relasi yang baik dengan Bank Dunia, BAPPENAS, BNPB untuk memolopori inisiatif kota yang berketahanan iklim di Yogyakarta.
Sebagai kota pendidikan dan kota budaya, Yogyakarta kembali menunjukkan kualitasnya dengan mengadakan sebuah aksi nyata dan terfokus untuk beradaptasi dengan perubahan iklim.
Sementara menurut Stefan, yang lain sibuk dengan perdebatan tentang perubahan iklim dan siapa yang harus dipersalahkan atas perubahan iklim tersebut. Yogyakarta telah menunjukkan inisiatif yang sangat baik dalam menggerakkan semua stake holder seperti pemerintah, aktivis lokal, pengusaha, akademisi untuk melakukan aksi nyata untuk iklim. "Pilihan program yang konkrit seperti gerakan tiga M, ruang terbuka hijau di tengah padatnya penghuni, perbaikan saluran air hujan, dan perbaikan kualitas air tanah bukan saja sebuah aksi yang bijaksana tetapi juga telah menjadikan aksi ini menjadi sebuah gerakan masyarakat," ujar Stefan.
Stefan mengatakan Bank Dunia akan terus memberikan dukungan untuk pembanguan kota melalui investasi tingkat kota dan juga melalui PNPM Perkotaan. Stefan berharap semua peserta yang ikut berpartisipasi dalam workshop dapat menggali gagasan gagasan untuk mengembangkan aksi dalam menata kembali pemukiman, penghematan nergi, efisiensi transpotasi perkotaan, dan agenda pembangunan kota yang lain.
Workshop belangsung dua hari (5-6 Mei) dan diikuti para pemerhati lingkungan baik dari akademisi dari perguruan tinggi, LSM, masyarakat ini nama City of Yogyakarta Climate Resilient Action menghadirkan beberapa pembicara antara lain Iwan Gunawan, Ph.D dari kantor The Bank Dunia Jakarta dengan makalah Climate Resilient Cities From Concept to Practical Action, Kelompok Kerja Sinergy dengan makalah Local Resilience Action Plan, Danang Soebagjono dari Pemerintah Kota Yogyakarta, dan Pecinta Tanah Air dengan makalah Climete Resilient City, Urban Sutainable Development. (@mix).