Sandal Jepit Bekas Naik Kelas Jadi Boneka Anime
Jika kalian memiliki tumpukan sandal jepit yang rusak atau sudah tidak terpakai jangan coba-coba dibuang dulu ya. Warga Gedongkiwo khususnya Bank Sampah Pa-Q-One Art Production ini memiliki inovasi baru, dimana sandal jepit bekas dapat diubah menjadi barang baru seperti boneka anime ataupun mainan yang terbuat dari sandal bekas yang bisa menghasilkan cuan.
Berbeda dari bank sampah yang ada di Kota Yogyakarta, dimana biasanya bank sampah dimanfaatkan sebagai tempat untuk menjual dan menabung barang bekas yang bisa didaur ulang dan bisa dimanfaatkan.
Untuk Bank Sampah Pa-Q-One Art memilih mencari keunikan mereka dengan membuat inovasi melalui barang bekas apa yang tidak ternilai jika dijual pada pengepul. Dari sinilah Direktur Bank Sampah Pa-Q-One Art Production Widhyarprincessiastuty dan Seksi Pengembangan Budi Anggoro memiliki ide untuk mencoba membuat sandal jepit bekas yang memang tidak laku dijual dan dijadikan barang sangat tinggi nilai ekonominya.
"Kami lebih pada memanfaatkan barang, salah satunya sandal jepit. Bahkan bisa dicari di Kota Yogyakarta belum ada kreatifitas dan inovasi seperti kami saat ini, ini menjadi fokus kami. Karena masih banyak sampah seperti itu yang terbuang dan tidak dimanfaatkan," jelas Direktur Bank Sampah Pa-Q-One Art Production Widhyarprincessiastuty saat ditemui, Rabu (3/5).
Essy yang sering disapa mengatakan, adanya pemikiran untuk fokus terhadap pemanfaatan sandal jepit bekas ini sudah berawal sejak tahun 2017 seiring dengan dibukanya bank sampah Pa-Q-One Art Production.
Sama seperti bank sampah pada umumnya, bank sampah Pa-Q-One Art Production juga menerima barang bekas dari warga yang ingin menabung melalui barang bekas yang sudah dikumpulkan. Selain itu, pihaknya juga memberikan layanan workshop atau sosialisasi bagi warga yang ingin belajar membuat karya seni dari sandal jepit bekas.
"Beberapa tahun terakhir kami rutin melakukan workshop atau pelatihan membuat karya dari sandal bekas, terutama fokus kami terhadap anak-anak. Karena harapan kami, penggunaan daur ulang yang digunakan seperti kertas, bungkus makanan, bahkan celengan, anak-anak bisa tahu dari awal cara barang bekas dapat didaur ulang seperti apa prosesnya," ujarnya.
Ia berharap, ajakan membuat karya dari sandal jepit bekas sejak usia dini, diharapkan akan adanya bibit-bibit unggul yang ada di Kampung Gedongkiwo terutama pada pemanfaatan barang bekas seperti sandal jepit.
Sementara itu, Seksi Pengembangan Bank Sampah Pa-Q-One Art Production Budi Anggoro mengatakan, awal mula ide terbentuknya kreasi dari sandal jepit bekas ini berdasarkan banyaknya temuan barang bekas di sungai-sungai yang ada di Kota Yogyakarta tak terkecuali sandal jepit, dari situlah muncul ide kreasi sandal tersebut.
"Berawal dari sandal jepit bekas tidak laku dijual, dan banyak ditemukan di sungai-sungai termasuk di Sungai Winongo, ditambah dari kami suka karakter anime atau cosplay serta etnik maka kita coba buat. Basic kami juga tidak ada seni ukir tapi karena suka melihat film jadi mencoba dan bisa," ujarnya.
Sandal jepit bekas dipilih karena jika menggunakan bahan kayu, pihaknya mengatakan teksturnya keras dan memerlukan waktu yang lama. "Untuk prosesnya, kita lihat bentuknya dulu. Kita bukan recycle tapi upcycle dimana bentuk yang sudah ada kita jadikan bentuk yang baru," jelas Budi.
Walaupun stok yang tersedia di bank sampah tidak banyak, dikarenakan keterbatasan bahan yang ada. Namun pemesanan semakin hari semakin meningkat. Untuk pembuatan, pihaknya mengatakan menyesuaikan bahan bekas yang ada dan ide dari pembuatnya
Untuk harga Budi mengatakan, berkisar harga Rp 40 ribu hingga Rp 400 ribu tergantung dengan ukiran dan konsep. Semakin rumit dan tingkat kesulitan besar maka semakin harganya tinggi.
Pihaknya menambahkan, untuk pembuatannya menyesuaikan kerumitan karya yang dibuatnya. Jika karya yang dibuat berdiameter kecil maka memerlukan waktu 3 jam. Sebaliknya, semakin rumit dan berdiameter besar, maka memerlukan waktu satu minggu bahkan berbulan-bulan untuk menyelesaikannya.
Untuk itu, Budi mengajak warga Kota Yogyakarta yang sampai saat ini masih membuang sampah sembarangan terutama di sungai, bersama-sama membiasakan untuk pilah sampah dan memanfaatkan sampahnya agar dapat digunakan, bahkan bernilai tinggi.
"Masih banyak yang membuang sampah terutama pada malam hari. Mari kita olah sampah kita sendiri. Dimana Kota Yogyakarta punya jargon 'Olah Sampah Seko Ngomah' atau olah sampah dari rumah, maka kalau bisa itu dijadikan acuan buat kita untuk olah sampah di rumah. Bahkan jika ada pihak hotel yang ingin memberikan sandal bekas hotel, kami siap menerima," katanya.
Pihaknya juga mendukung dan senang dengan adanya program pemerintah yakni gerakan zero sampah yang sampai saat ini dapat mengurangi sampah sampai 60 Ton per hari. "Program ini sangat bagus, mari tingkatkan lagi olah sampah dari rumah. Bahkan yang tidak bisa diolah bikin ide, agar bisa kita olah dan bernilai tinggi," jelasnya.
Menarik bukan, jika tertarik dan ingin melihat dan belajar secara langsung bagaimana membuat kreasi dari sandal jepit bekas, anda bisa langsung datang ke Bank Sampah Pa-Q-One Art Production Jalan Gedongkiwo MJ 1/1031, Kelurahan Gedongkiwo, Kemantren Mantrijeron Yogyakarta. (Hes)