Biopori Berbasis Rumah Tangga, Strategi Kota Jogja Kelola Sampah Organik
Gondomanan – Dengan adanya Gerakan Zero Sampah Anorganik sejak akhir Desember 2022 sampai bulan April ini, volume sampah yang tadinya 290 ton berkurang hingga 74 ton per hari, targetnya di tahun 2023 dapat mengurangi volume sampah setidaknya 100 ton per hari.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) serta Pembina Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta, Sugeng Darmanto pada acara Sarasehan Forum Bank Sampah di Kantor Kemantren Gondomanan, pada Senin (8/5). Pihaknya mengatakan, untuk menekan timbunan sampah yang dibuang ke TPA Piyungan selain melalui Gerakan Zero Sampah Anorganik, juga dengan Biopori Berbasis Rumah Tangga.
“Target ke depan pengurangan sampah yang kita bawa ke TPA Piyungan, berkurang sekitar 100 ton per hari, setidaknya sampai akhir tahun ini bersama-sama kita bisa kejar target itu. Sampah anorganik sudah berkurang, dengan peran bank sampah di wilayah yang sangat masif, selanjutnya sampah organik yang harus kita kelola,” katanya.
Pengelolaan sampah organik, lanjut Sugeng, sudah mulai dilakukan di wilayah, melalui koordinasi fasilitator dari DLH dan bank sampah, dengan program Biopori Berbasis Rumah Tangga. Dengan harapan, cara ini dapat mendorong upaya percepatan pengurangan volume sampah di Kota Jogja.
Sejalan dengan itu, Sekretaris Derah (Sekda) sekaligus Ketua Forum Bank Sampah Kota Yogyakarta, Aman Yuriadijaya menyampaikan, penurunan volume sampah tidak lepas dari peran dan kontribusi bank sampah di setiap wilayah, yang melalui Gerakan Zero Sampah Anorganik, jumlahnya terus bertambah.
“Apresiasi yang sebesar-besarnya atas peran dan kontribusi bank sampah, dengan adanya pemilahan sampah anorganik, bank sampah punya andil besar dalam penurunan volume sampah di Kota Jogja, hal ini merupakan upaya yang tidak mudah,” ujarnya.
Setelah sampah anorganik, tambah Aman, selanjutnya sampah organik akan mulai kita kelola, serta mengkoordinasikan potensi kemana hasil pengolahan sampah organik akan didistribusikan ke pengguna akhir, seperti peternakan atau perkebunan.
“Kehadiran bank sampah pada hakikatnya tidak hanya soal ketahanan lingkungan, tapi juga merupakan media yang strategis untuk memperkuat ketahanan sosial masyarakat, melalui organisasinya yang menciptakan interaksi dan iklim yang kondusif, pada kehidupan masyarakat untuk kepentingan pembangunan,” terangnya. (Jul)