Menelusuri Alat Pengirim Pesan Rahasia Zaman Perjuangan di Museum Sandi Kotabaru

 

Berlokasi di daerah Kotabaru Jalan Faridan M. Noto Nomor 21 Kotabaru, Kemantren Gondokusuman Yogyakarta, dimana lokasi ini penuh dengan atmosfer Indisnya. Museum Sandi Kota Yogyakarta menyimpan benda bersejarah tentang ilmu kriptografi dan bahkan merupakan satu-satunya museum sandi di Indonesia. Di sini, kita bisa belajar tentang sejarah ilmu persandian di dunia tanpa harus mengeluarkan uang sepeserpun alias gratis.

Kepala Museum Sandi Setyo Budi Prabowo saat ditemui mengatakan, museum ini merupakan saksi sejarah untuk mengenang jasa para pahlawan dalam mempertahankan Indonesia.

Bahkan pada zaman sebelum masehi, persandian memang digunakan sebagai pengamanan informasi. "Sebuah negara pasti menggunakan persandian untuk menjadi mengamankan informasi, terbukti dari zaman Mesir kuno sampai zaman Kemerdekaan dan saat ini, persandian tetap digunakan untuk informasi. Hanya saja berbeda tekniknya namun penggunaannya sama," jelasnya.

Museum Sandi di Kotabaru ini sebelumnya ditempatkan di basement Museum Perjuangan dan sudah berdiri sejak tahun 2008. Namun seiring berjalannya waktu, Museum Sandi pada tahun 2013 mendapat tempat yang selaras dengan sejarah berdirinya Republik Indonesia (RI) di wilayah Kotabaru.
 


Jika, ingin berkunjung ke Museum Sandi, warga lokal maupun wisatawan  tidak dipungut biaya. Dimana museum ini dibuka pukul 09.00-15.00 WIB. Bahkan mulai bulan Juni 2023 pengunjung bisa berkunjung hingga malam hari, agar masyarakat bisa menikmati suasana indis di Kotabaru saat malam hari. Selain itu, para pengunjung akan didampingi edukator museum yang menjelaskan fungsi dan keberadaan koleksi di museum disini.

"Museum sandi dibuka untuk umum siapapun boleh datang, mulai bulan Juni 2023 museum sandi sampai malam hari terutama di hari jumat. Kalau ada teman main ke Yogyakarta untuk berkunjung ke Museum Sandi bisa di sore dan malam hari dengan merasakan atmosfer indis Kotabaru," ujarnya.

Untuk koleksi di museum ini cukup banyak diantaranta koleksi sandi di zaman klasik sebelum masehi yang banyak digunakan oleh kerajaan-kerajaan. Selain itu adapun beberapa koleksi lainnya diantaranya koleksi mesin sandi mekanik, mesin sandi dari luar negeri, bahkan mesin sandi satu-satunya yang dibuat oleh orang Indonesia ada disini.

Untuk diketahui museum ini memiliki dua lantai dan sembilan ruang seperti ruang introduksi, ruang Agresi Militer I, Ruang Agresi Militer II, Ruang Merdeka, Ruang Nusantara, Ruang Edukasi, Ruang Tokoh, dan Ruang Sandi Global. Ruang-ruang ini menyimpan berbagai benda bersejarah mengenai persandian saat masa perang Kemerdekaan.

Saat ditemui, Sandi Setyo Budi Prabowo juga menceritakan bagaimana kondisi pada zaman dahulu saat memberikan informasi rahasia menggunakan sandi jika terjadi perang melalui suara atau morse.

"Inilah suasana dulu pengiriman berita saat terjadi Agresi Militer II, yang berlokasi di Sumatera Barat saat itu. Alat komunikasi menggunakan morse metode komunikasi dengan kawat dan pin yakni titik dan strip. Rumah ini merupakan markas kirim terima berita menggunakan morse saat zaman itu. Umar Said Nur yang merupakan seorang pengirim pesan rahasia yang sudah disandikan dan dikirim menggunakan morse supaya tidak terdeteksi musuh," jelasnya.

Lanjutnya, selain cara kerja pemberian informasi menggunakan morse, Setyo juga memperlihatkan benda/alat bersejarah yakni Mesin SR 64 yang dibuat pada tahun 1964 dan merupakan mesin sandi pertama yang dibuat oleh orang Indonesia untuk memberi pesan agar tidak diketahui musuh.

"Selanjutnya ini koleksi museum sandi yang cukup langka, salah satu mesin sandi koleksi asli produksi dalam negeri yaitu SR (Sandi Roebiono Kertopati) 64 menggunakan metode semi elektronik dengan menggunakan pin hil, dan ini masih uji coba di buat sebanyak 64 buah dan tinggal satu mesin sandi ini asli dibuat produksi Indonesia," ujarnya.

Ia berharap, dengan banyaknya nilai sejarah dan merupakan kawasan cagar budaya. Museum Sandi banyak diminati wisatawan dengan berbagai macam fasilitas publik yang ada, mulai dari pendidikan, fasilitas olahraga, rumah sakit, tempat beribadah, sampai kuliner.

"Kita tetap melestarikan gedung ini, harapannya gedung di sekitar Kotabaru juga dilestarikan. Selain itu, saya berharap kunjungan wisata nantinya juga tidak hanya museum saja namun ke tempat lain sekitar Kotabaru. Wisatawan datang ke Kota Yogyakarta tidak hanya ke Malioboro, namun ada alternatif lain yaitu Kotabaru, banyak hal menarik di Kotabaru. Wisatawan bisa hadir pada malam hari dengan menikmati atmosfer indis atau heritage di wilayah Kotabaru," katanya. (Hes)