Perbanyak Even Kenalkan Kotabaru Wisata Heritage Yogya
Gondokusuman-Drive in cinema yang merupakan bagian dari rangkaian event Kotabaru Heritage Festival menjadi penutup gelaran apik tersebut.
Pada acara ini masyarakat di ajak menonton film namun dengan cara yang berbeda, yakni dengan menggunakan becak tradisional atau becak kayuh.
Tak tanggung-tanggung 100 buah becak kayuh disiapkan untuk menyukseskan puncak acara yang dihelat di Stadion Kridosono tersebut.
Stadion ini pun disulap menjadi penuh lampu yang memberikan ambience teduh dan sunyi, walaupun lokasinya terletak di tengah Kota Yogya.
Beberapa film yang diputar antara lain 'Gegaraning Akrami' yang diproduksi sendiri oleh Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Yogyakarta dan film karya Fajar Martha Santosa yang berjudul 'Serangan Oemom!'.
Kepala Disbud Kota Yogyakarta, Yetti Martanti mengatakan konsep drive in cinema mengadaptasi gaya menonton film dari luar negeri yang sempat populer di masa lalu.
"Kalau di luar negeri drive in cinema menggunakan mobil. Disini kita modifikasi sesuai kearifan lokal yakni dengan menggunakan becak kayuh. Kami telah sediakan 100 becak kayuh," katanya Minggu (9/7/2023).
Apalagi, lanjutnya, menonton film dengan menggunakan becak kayuh ini sebelumnya belum pernah ada. "Jadi ini baru pertama di Indonesia. Semoga ini bisa menghadirkan sebuah pengalaman luar biasa bagi warga masyarakat, maupun para wisatawan," ungkapnya.
Selain menonton film, di area tersebut juga telah disediakan berbagai makanan dan minuman khas dari puluhan rintisan kelurahan budaya (RKB) yang ada di Kota Yogyakarta.
"Jadi masyarakat ataupun wisatawan dapat membeli dan minuman sembari menonton film ini," bebernya.
Yetti berharap event tersebut dapat meningkatkan daya saing Kota Yogyakarta melalui pemanfaatan potensi cagar budaya.
Malam semakin larut, suasana hangat pun semakin melekat. Ratusan becak kayuh telah berbaris rapi seolah tidak sabar menunggu pemutaran film dimulai.
Salah satu penonton film tersebut adalah Penjabat Walikota Yogyakarta, Singgih Raharjo. Orang nomor satu di Kota Yogyakarta ini melebur bersama ratusan penonton lainnya.
Menurut Singgih, Kotabaru Heritage Festival merupakan perhelatan extravaganza yang strategis, yang mampu mengkombinasikan dan mengoptimalkan konsep heritage, garden city, premium, dan nuansa malam hari.
Melalui gelaran ini, tambahnya, potensi Kotabaru hendaknya dapat direspon oleh para pelaku wisata untuk dapat bekerja sama dengan rumah-rumah bangunan warisan budaya maupun cagar budaya di Kotabaru untuk menjadi bagian dari paket wisata.
"Sebagai wujud kolaborasi, kerjasama, dan sinergi yang berkelanjutan bagi pembangunan Kota Yogyakarta," bebernya.
Pihaknya juga meminta kepada para pelaku wisata agar terus meraikan kawasan Kotabaru dengan berbagai event.
"Eventnya tidak harus besar yang penting sering, sehingga Kotabaru sebagai kawasan heritage bisa berjalan sepanjang tahun," katanya. (Han)