Kandang Maggot Jogja Siap Olah Satu Ton Sampah Organik Per Hari
TEGALREJO- Pemerintah Kota Yogyakarta akan memaksimalkan pengolahan sampah organik yang sudah ada di masyarakat selama ini. Salah satunya di pusat pengolahan sampah organik dengan biokonversi maggot Kandang Maggot Jogja di Jalan Jambon V RT 61 RW 1 Kricak Tegalrejo Yogyakarta. Kandang Maggot Jogja itu dikelola masyarakat secara mandiri selama hampir dua tahun ini.
Menurut Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo keberadaan Kandang Maggot itu merupakan salah satu alternatif untuk pengolahan sampah organik. Pihaknya akan memaksimalkan kemampuan kapasitas Kandang Maggot yang bisa mengelola sampah organik mencapai 1 ton/hari. Terutama untuk mengolah sampah organik masyarakat di Kelurahan Kricak.
“Saya kira ini merupakan satu alternatif yang sangat luar biasa karena sudah dimulai pengolahan sampah organik dengan cara maggot. Ini ternyata sudah cukup lama dan kapasitasnya juga sangat besar yaitu satu ton per hari,” kata Singgih ditemui saat meninjau Kandang Maggot Jogja, Sabtu (5/8/2023).
Saat ini operasional Kadang Maggot Jogja belum bisa maksimal mengelola 1 ton sampah organik karena mengalami beberapa kendala. Singgih menyatakan ada beberapa kendala seperti mesin pencacah sampah yang rusak dan kendaraan pengangkut macet.
Oleh sebab itu Pemkot Yogyakarta melalui Kelurahan Kricak, Kemantren Tegalrejo dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta akan mengupayakan revitalisasi mesin pencacah yang rusak dan kendaraan pengangkut di Kandang Maggot Jogja agar pengolahan bisa maksimal.
“Saya kira ini yang perlu kemudian dilakukan revitalisasi supaya pengolahan sampah yang ada di sini bisa berjalan dengan maksimal. Karena kita tahu Yogya masih darurat sampah sehingga ini bisa memberikan manfaat kepada lingkungan, Di sini paling enggak satu ton per hari ini mungkin untuk satu kelurahan. Saya kira bisa menyelesaikan masalah sampah organik di level kelurahan,” jelas Singgih.
Maggot adalah larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens dalam bahasa Latin. Maggot dimanfaatkan untuk pakan ikan dan unggas. Dalam budidaya maggot membutuhkan pakan dari sampah organik makanan sisa seperti sayuran, ikan, buah-buahan, telur dan lainnya.
Sementara itu Pengelola Kandang Maggot Jogja Endang Rohjiani menyatakan membuka diri untuk mengolah sampah organik di Kandang Maggot Jogja karena TPA Piyungan tutup. Terutama prioritas sampah organik dari warga di Kelurahan Kricak. Kandang Maggot Jogja kini baru menampung sekitar 300 kilogram sampah organik dari masyarakat di RW 9 Kricak. Sebelumnya bisa mengelola sampah organik dari 13 RW di Kricak. Tapi ada kendala mesin pencacah penggeraknya rusak dan satu kendaraan roda tiga rusak sehingga aktivitas pengambilan sampah tidak bisa berjalan baik.
“Kami saat ini baru menggunakan mesin kecil yang kapasitasnya enggak bisa satu ton per hari. Jadi harapan kami sebetulnya ada bantuan untuk mesin besar dan itu penggeraknya bisa dibenahi sama tossa (kendaraan pengangkut). Kalau dua hal itu bisa diperbaiki, satu ton per hari kami siap tampung,” terang Endang yang juga penggiat Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA) DIY itu.
Dia menjelaskan maggot memiliki siklus 45 hari dari telur. Kemudian baby telur berusia 5 hari lalu masuk menjadi maggot di mana serapan sampah organik dimulai. Untuk 10 gram baby maggot serapan sampahnya sampai panen usia 18 sampai 21 hari itu bisa menyerap 50 sampai 80 kilogram. Hasilnya adalah maggot dengan protein tinggi 51 persen sehingga bisa digunakan untuk pakan ayam dan pakan ikan. Panen maggot dari Kandang Maggot Jogja disuplai ke peternak ikan lele dan pabrik pakan ternak. Selain itu dari sisa limbah budidaya maggot juga menghasilkan pupuk kompos.(Tri)