PASAR SEPEDA TUNJUNGSARI PASAR SEPEDA TUA DENGAN FASILITAS MODEREN
Masyarakat pencinta sepeda Yogyakarta kini memiliki pasar sepeda yang cukup representatif. Pasar yang dikenal dengan nama Pasar Sepeda Tunjungsari ini resmi dibuka kembali oleh Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto, Jumat malam (28/10) setelah menjalani renovasi akibat bencana gempa tahun 2006 lalu.
Pasar sepeda yang berada diatas tanah seluas 1147 meter persegi, dengan luas bangunan 1243 meter persegi ini memiliki bangunan 2 lantai. Lantai pertama digunakan sebagai tempat jual beli sepeda. Sedangkan lantai dua digunakan para pencinta sepeda untuk beraktivitas. Pasar sepeda yang sekarang ini telah terisi 38 pedagang ini juga dilengkapi dengan beberapa fasilitas yakni salon sepeda untuk mempecantik sepeda dan klinik konsultasi bagi yang ingin berkonsultasi tentang dunia persepedaan. Selain itu, untuk melayani hasrat pencinta dan pedagang sepeda akan makan minum murah dan akses internet telah disiapkan pula warung angkringan dan hotspot.
Walikota Yogyakarta H. Herry Zudianto dalam sambutannya mengatakan setelah direnovasi - pasar sepeda Tunjungsari yang hancur akibat gempa tahun 2006 ini - diharapkan tidak lagi menjadi pasar yang jadul (red. jaman dulu) dan sepi lagi. Walikota berharap dengan hadirnya pasar yang lebih moderen ini para pencinta sepeda dapat berkumpul dan mendiskusikan tentang sepeda. Di tempat ini pula, para pencinta sepeda bisa saling tukar menukar informasi tentang dunia persepedaan. Walikota juga berharap pasar sepeda Tunjungsari yang terletak di jalan Manteri Supeno no. 46 Yogyakarta ini, menjadi sebuah ikon baru tentang sepeda di Yogyakarta dan makin hari banyak orang yang datang untuk bertransaksi di tempat itu.
Peresmian Pasar Sepeda Tunjungsari ditandai dengan bersepeda bersama Walikota Herry Zudianto, Dandim 0743 Yogyakarta Letkol Arh. Ananta Wira dan sekitar 300 pecinta sepeda dari berbagai paguyuban sepeda, mengitari jalan utama kota Yogyakarta dengan rute Pasar Tunjungsari, Pojok Beteng Timur, Jl. Brigjen Katamso, Jl Ruswo,, Alun alun Utara, Titik Nol KM, Jl. Senopati, Jl. Sultan Agung, Jl. Glagahsari, dan kembali Tunjung Sari.
Sementara itu, Kepala Dinas Pengelolaan Pasar Ahmad Fadli meenceritakan pasar Tinjungsari awalnya merupakan sebuah pasar umum yang dibangun sekitar tahun 1960. Pasar ini pernah mengalami perubahan fungsi menjadi pasar kelapa. “Baru tahun 1983 pasar Tunjungsari berubah jadi pasar khusus sepeda dan mulai berjaya hingga tahun 1993. Tahun 2006 roboh diterpa gempa. Dan kami menata kembali seperti sekarang ini dengan menyediakan beberapa fasilitas,” ujar Fadli. Ditambahkan, bagi warga masyarakat yang ingin menjual sepeda di Tunjungsari harus menunjukkan KTP untuk mengetahui dengan jelas identitas penjual sepeda. Pembeli sepeda juga akan mendapatkan faktur pembelian serta data diri penjual sepeda.
Pada kesempatan itu pula Ketua Paguyuban Sepeda Tunjungsari, Danang Palar Wijaya menjelaskan pasar Sepeda Tunjungsari rata-rata menjual sepeda onthel lama dengan harga paling mahal Rp. 27 juta. Namun demikian, ada pula sepeda yang harganya bisa terjangkau. (@mix)