Dukung Gerakan Mbah Dirjo, PHRI Kerja Sama dengan Bank Sampah

Gondokusuman-Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendukung penuh gerakan mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja (Mbah Dirjo) yang dicanagkan Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta.

Ketua PHRI DIY, Deddy Pranowo Eryono mengatakan gerakan tersebut selaras dengan semangat PHRI DIY dalam  mengatasi masalah sampah.

Bahkan, lanjutnya, PHRI DIY telah melakukan pemilahan sampah jauh sebelum penampungan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Piyungan mengalami kelebihan kapasitas.

"Anggota PHRI DIY telah melakukan aktivitas memilah dan memilih sampah baik organik maupun nonorganik sesuai dengan standar prosedur operasi (SOP) serta sertifikasi hotel yang harus dipenuhi," ujarnya di SwissBel hotel, Senin (21/8/2023).

Tak sampai disitu, sebagian anggota PHRI juga mengelola sampah melalui bank sampah yang didirikan bersama masyarakat sekitar hotel. Dan sebagian lainnya bekerja sama dengan pihak swasta mengelola sampah untuk pakan ternak atau maggot.

"Salah satu contohnya ada di Prawirotaman. Hotel dan resto yang ada di kawasan Prawirotaman telah bekerjasama dengan bank sampah sekitar dalam mengelola sampah," bebernya.

Deddy mengungkapkan pihaknya juga terus melakukan edukasi kepada masyarakat terkait pengurangan sampah organik maupun anorganik. Salah satunya dengan memberikan diskon bagi pelanggan yang membawa tempat dan alat makan sendiri. 

"Diskon yang diberikan bisa mencapai 20 persen. Ini semua dilakukan guna menekan volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan," ujarnya.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta bersama PHRI DIY bersinergi tekan volume sampah di Kota Yogya.

Mendengar hal tersebut, Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo sangat mengapresiasi segala upaya yang telah dilakukan PHRI DIY dalam mengelola sampah. 

Menurutnya ada banyak cara yang bisa digunakan untuk mengelola sampah organik maupun anorganik. 

"Sampah organik dengan biopori atau Mbah Dirjo, itu menghasilkan kompos. Atau mungkin magot, kemudian magotnya bisa untuk pakan ikan atau burung," jelasnya.

Sementara untuk anorganik bisa bekerjasama dengan bank sampah sekitar. Hingga kini  pihaknya terus menggencarkan edukasi dengan melibatkan lurah dan Forum Bank Sampah. 

"Pemkot Yogyakarta terus berupaya untuk mengubah budaya masyarakat untuk memilah dan mengolah sampah di rumahnya masing-masing," tandasnya.(Han)