Kemantren Diminta Perhatikan Penanganan Kemiskinan, Stunting dan Sampah
WIROBRAJAN-Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo memimpin apel Aparatur Sipil Negara (ASN) Pemerintah Kota Yogyakarta di lingkup Kantor Kemantren Wirobrajan pada Senin (28/8/2023). Singgih berpesan mengenai tiga program strategis di Kota Yogyakarta agar menjadi perhatian yakni kemiskinan, stunting dan pengelolaan sampah. Wilayah kemantren dan kelurahan diminta untuk menangani ketiga program itu dengan baik.
“Tiga hal itu saya titip pesan betul. Ada kemiskinan, stunting dan sampah. Semoga kita akan terus bisa berkontribusi terhadap penanganan-penanganan tiga program strategis ini,” kata Singgih saat memimpin apel di Kantor Kemantren Wirobrajan.
Singgih menjelaskan penanganan kemiskinan dan stunting adalah program nasional yang harus didukung pemerintah provinsi, kota, kemantren dan kelurahan. Walaupun dari data kemiskinan di Kota Yogyakarta nomor 5 se-DIY dan penanganan stunting Kota Yogyakarta juara satu di level DIY, namun kedua program itu harus tetap ditangani dengan baik agar bisa turun. "Program ini saya ingin berpesan kepada pak mantri dan lurah untuk betul-betul ditangani dengan baik,” ujarnya.
Menurutnya dalam penanganan kemiskinan dan stunting yang dilakukan pertama adalah pendataan karena dengan data bisa bicara lebih tegas dan nyata untuk program-programnya. Di samping itu penanganan dimulai dari keluarga seperti sejak remaja diedukasi untuk konsumsi makanan dan hidup sehat, pendampingan ibu hamil serta asupan makanan bergizi seperti protein untuk mencegah stunting. Bahkan jika diperlukan ada program makanan tambahan.
“Saya kira pak mantri dan bapak ibu lurah bersama posyandu menggerakkan program-program yang bisa berkontribusi positif terhadap penurunan atau pengentasan stunting,” papar Singgih yang usai apel meninjau pelayanan di Puskesmas Wirobrajan di samping Kantor Kemantren Wirobrajan.
Selain itu Singgih mengingatkan agar program kegiatan pemerintah harus menjawab permasalahan yang ada. Salah satunya yang dihadapi saat ini terkait sampah karena volume sampah yang dibawa ke TPA Piyungan dibatasi sehingga masyarakat diharap mengelola sampah. Pemkot Yogyakarta sudah menggerakkan program Mbah Dirjo yaitu mengolah limbah dan sampah dengan biopori ala Jogja.
Meski demikian tumpukan sampah sembarangan yang masih muncul di jalan-jalan menjadi persoalan. Pihaknya sudah meminta sekda Pemkot Yogyakarta untuk menggerakan mantri pamong praja dan lurah untuk bisa menjaga lingkungannya.
“Tentang sampah saya nyuwun tulung di wilayah Kemantren Wirobrajan untuk bisa bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan. Yang lain juga kita lakukan dorongan para wilayah untuk bisa bertanggung jawab atas kebersihan lingkungan di wilayahnya masing-masing. Sekaligus mengedukasi ke warga supaya mengolah sampahnya dari rumah,” terang Singgih.
Sementara itu Mantri Pamong Praja Kemantren Wirobrajan Sarwanto mengatakan sampah di Kemantren Wirobrajan ini termasuk yang tidak begitu menonjol untuk tumpukan sampahnya. Hal itu karena kemantren bersama wilayah melakukan pemantauan setiap hari dan melakukan edukasi ke masyarakat. Termasuk melaporkan ke Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta setiap ada tumpukan sampah dan langsung diambil.
“Tidak ada sampai sampah berceceran, masyarakat sudah sadar untuk bisa mengelola memilah sampah dari sumbernya masing-masing. Tapi edukasi terus kita lakukan dengan segenap stakeholder untuk terus mengingatkan masyarakat bahwa sampah itu tanggung jawabnya dari sumber sampah,” jelas Sarwanto.
Sedangkan untuk penanganan stunting dia menyatakan Kemantren Wirobrajan sedang menyiapkan program orang tua asuh stunting dengan nama Segoro Bening yakni semangat gotong royong atasi bebas stunting. Sementara untuk penanganan kemiskinan, dia menyebut salah satunya melalui pemberdayaan masyarakat dengan pelatihan-pelatihan dan program Gandeng Gendong. Misalnya dari sisi kuliner Gandeng Gendong di wilayah Kemantren Wirobrajan yang termasuk favorit dipesan instansi tidak hanya pemkot tapi juga di DIY. (Tri)