Rasakan Manfaatnya, Gerakan Mbah Dirjo Makin Diminati Warga
Umbulharjo-Setelah diluncurkan pada 29 Juli 2023 lalu, hingga kini gerakan Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja atau Mbah Dirjo terus mendapat respon positif dari warga.
Salah satunya adalah Muhammad Taufik Nurrahman warga RT15 RW04 Kelurahan Kadipaten, Kemantren Kraton. Ia mengaku adanya gerakan Mbah Dirjo ini selain mampu mengurangi limbah rumah tangga, juga mampu merubah kebiasaannya dalam mengolah sampah.
"Sekarang saya jadi sudah terbiasa mengolah sampah rumah tangga secara mandiri," katanya saat ditemui belum lama ini.
Bahkan pada tanggal 2 September 2023 lalu, seluruh warga di RT tersebut melakukan kerja bakti membuat biopori reguler dengan volume 25 kg sebanyak 10 buah.
"Biopori ini bahannya dari ember bekas cat dengan volume 25 kg. Kami tempatkan di halaman rumah warga agar memudahkan warga yang akan membuang sampah organiknya," tandasnya.
Taufik berharap dengan upaya tersebut wilayah RT15 dapat menjadi pelopor dalam gerakan Mbah Dirjo.
"Selain itu dengan ini juga bisa menjadi contoh wilayah lain agar mendukung penuh gerakan Mbah Dirjo yang diinisiasi oleh Pemkot Yogya dalam upaya menekan sampah yang dibuang ke TPA Piyungan," bebernya.
Manfaat gerakan Mbah Dirjo juga dirasakan oleh Sri Nuryanti warga RT20 RW06 Kelurahan Rejowingangun, Kemantren Kotagede.
Menurutnya dengan adanya gerakan ini tentunya sangat bermanfaat sekali. Pasalnya sejak diluncurkannya Mbah Dirjo ia mampu mengelola limbah rumah tangga secara mandiri.
"Saya bikin bipori dan lodong sisa dapur (losida) di depan rumah saya, hasilnya tidak ada limbah organik rumah tangga yang kami buang ke depo," ujarnya.
Pada kesempatan tersebut Ibu dua anak ini juga mengajak seluruh masyarakat Kota Yogya untuk menyukseskan gerakan Mbah Dirjo agar volume sampah yang dibuang ke TPA Piyungan dapat terus ditekan.
Secara terpisah, Penjabat Wali Kota Yogya, Singgih Raharjo mengatakan data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogya per tanggal 4 September 2023 gerakan tersebut mampu mengurangi sampah organik hingga 64,7 ton.
Pengurangan hingga 64,7 ton tersebut, lanjutnya, berasal dari 16.863 titik pengolahan sampah organik rumah tangga yang tersebar di Kota Yogya.
"Metode pengolahannya tidak sebatas biopori saja, ada ember tumpuk dan juga losida," katanya.
Pihaknya menandaskan sejak di luncurkannya gerakan tersebut Forum Bank Sampah (FBS) Kota Yogya, baik itu di tingkat kemantren, kelurahan, serta semua anggota mengaku siap menjadi inisiator gerakan Mbah Dirjo di lingkungannya masing-masing.
"Terlebih saat ini di Kota Yogya telah terealisasi lebih kurang 658 bank sampah berbasis RW. Sekarang sudah 100 persen aktif semua," ujarnya.
Selain dari rumah tangga, beberapa Perangkat Daerah di lingkup Pemkot Yogya juga mampu mengurangi sampah organik dengan signifikan. Dari Perangkat Daerah tersebut mampu menghasilkan titik biopori sebanyak 6177 titik, sehingga total titik biopori yang ada di Kota Yogya sebanyak 23.046 titik biopori.
Perangkat Daerah ini contohnya adalah Dinas Perdagangan (Disdag) dan Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Yogya. Kedua instansi ini mampu mengurangi sampah organik hingga 14,4 ton.
"Untuk Disdag mampu mengurangi sampah hingga 8,256 ton, sementara Disdikpora Kota Yogya mencapai 6,171 ton," bebernya.
Perangkat Daerah lainnya adalah Dinas Pariwisata (Dinpar) yang mampu mengurangi sampah organik hingga 1,5 ton dan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Yogya mencapai 885 kg.
Singgih berharap seluruh masyarakat Kota Yogya dapat terus berkontribusi dan mendukung gerakan Mbah Dirjo.
"Karena gerakan ini tidak membutuhkan biaya yang mahal. Dengan peralatan sederhana dan sangat mudah diakses, setiap warga yang berdomisili di Kota Yogya diharapkan turut berkontribusi," pungkasnya. (Han)