Pemkot Yogya Perluas Layanan Lansia Terintegrasi di Tiga Kelurahan
UMBULHARJO- Pemerintah Kota Yogyakarta mengembangkan Layanan Lansia Terintegrasi (LLT) tingkat kelurahan bagi masyarakat lanjut usia (lansia) secara lebih luas. Pada tahun 2023, Pemkot Yogyakarta mereplikasi LLT di tiga kelurahan. Pengembangan LLT itu menjadi salah satu upaya mewujudkan Yogyakarta menjadi Kota Ramah Lansia.
Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo mengatakan Pemkot Yogyakarta sedang menyusun rencana aksi daerah tentang penyelenggaraan kesejahteraan lansia Kota Yogyakarta di tahun 2023 sampai 2026. Arah kebijakan itu yakni akan mewujudkan kota ramah lansia dan LLT.
“Salah satu upaya mewujudkan kota ramah lansia adalah mewujudkan Layanan Lansia Terintegrasi. Ini sekaligus arah kebijakan yang kedua,” kata Singgih saat membuka FGD pengembangan konsep layanan lansia terintegrasi di Balai Kota Yogyakarta, pada Senin (11/9/2023)
LLT adalah layanan menyeluruh yang berfungsi untuk menghubungkan kebutuhan layanan lansia dengan penyedia layanan. LLT mencakup layanan kesehatan, sosial, ekonomi yang disesuaikan dengan kebutuhan lansia Layanan berupa yang sudah ada maupun yang sedang dikembangkan oleh penyedia layanan. Pada tahun 2022 Pemkot Yogyakarta menetapkan Kelurahan Wirogunan sebagai percontohan LLT berdasarkan Keputusan Wali Kota Yogyakarta nomor 248 tahun 2022 tentang penunjukan kelurahan pelaksanaan LLT.
“Dalam kepwal yang sama juga ditunjuk tiga kelurahan. Jadi tidak hanya satu kelurahan. Kita kembangkan di tiga kelurahan atau replikasi LLT di tahun 2023 di Kelurahan Gedongkiwo, Baciro dan Purbayan. Saya berharap kelurahan-kelurahan lainnya juga akan menerapkan konsep yang sama,” terangnya.
Singgih menyebut angka harapan hidup di Yogyakarta tahun 2022 adalah 74,83 tahun atau tertinggi di Indonesia. Proporsi penduduk lansia di Kota Yogyakarta tahun 2022 juga meningkat menjadi sekitar 15 persen. Menurutnya itu adalah hal yang positif karena artinya membawa peningkatan kualitas baik itu dari sisi kesehatan pendidikan, ketersediaan pangan kondisi lingkungan dan lain sebagainya. Namun kondisi lansia dari ekonomi dan sosial berbeda-beda sehingga ada yang mengalami keterbatasan untuk mengaksesnya.
“Maka LLT menawarkan solusi untuk masyarakat tersebut dan mendekatkan layanan kepada lansia. Kami harapkan dalam FGD bisa dibahas lebih secara detil, sehingga kota ramah lansia dan layanan lansia betul-betul bisa terealisir dengan baik,” ucap Singgih
Sementara itu Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Yogyakarta Agus Tri Haryono menyampaikan FGD membahas pengembangan konsep layanan lansia terintegrasi untuk tiga kelurahan yaitu Gedongkiwo, Baciro dan Purbayan. Arah konsep LLT untuk tiga kelurahan akan dikolaborasikan dengan komisi lansia di tingkat kelurahan. Adapun jumlah lansia di ketiga kelurahan tersebut berkisar 83 sampai 112 jiwa di setiap RW.
“Pemilihan tiga lokasi ini sebagai pilot project lanjutan, tidak hanya didasarkan pada jumlah populasi lansia. Tapi juga mempertimbangan kesiapan wilayah seperti sudah adanya berbagai kegiatan maupun pelayanan untuk lansia dan kesehatan lansia,” papar Agus.
Dia menjelaskan pola aktivitas lansia yang telah berlangsung di 3 kelurahan bervariasi yakni di bidang kesehatan, sosial, ekonomi serta edukasi dan kesenian. Pada bidang kesehatan antara lain skrining kesehatan, posyandu lansia, bidang sosial ekonomi ada aktivitas kunjungan lansia oleh kader, bantuan sosial untuk lansia pelatihan ecoprint khususnya di Baciro. Dalam bidang edukasi dan kesenian terdapat sekolah lansia khususnya di Purbayan yang merupakan kerja sama dari BKKBN. Terdapat juga penyuluhan kesehatan, pelatihan gamelan di Gedongkiwo.
“Jadi praktik-praktik baik yang sudah ada ini merupakan bagian dari aktivitas yang memang seharusnya dilakukan nantinya oleh layanan lansia terintegrasi. Ini menjadi modal awal yang diharapkan dapat menjadi pengungkit pengembangan layanan dan kolaborasi untuk memfasilitasi berbagai kebutuhan lansia,” tandasnya.(Tri)