Kepesertaan KB di Kota Yogya Terus Meningkat

 

 

Mantrijeron - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus berkomitmen untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk dan angka kelahiran. Salah satu caranya adalah dengan menggalakkan Keluarga Berencana (KB) dengan Metode KB Jangka Panjang (MKJP). Kegiatan Bakti Sosial Pelayanan KB MKJP  sekaligus memperingati Hari Ulang Tahun Kota Yogyakarta ke-267 di PMB Poltekkes Kemenkes Yogyakarta, Rabu (4/10).

 

Dalam kegiatan Bakti Sosial Pelayanan KB MKJP diikuti oleh penerima KB  IUD dan implan sebanyak 21 akseptor, Metode Operasi Wanita (MOW) atau steril sebanyak 5 akseptor serta Metode Operasi Pria (MOP) atau vasektomi sebanyak 5 akseptor.

 

Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Yogyakarta, Sarmin menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi kepada seluruh stakeholder yang telah bekerja sama menggalakkan program KB MKJP di Kota Yogyakarta.

 

“Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh stakeholder dan seluruh pihak di wilayah yang telah menggerakan dan terus mendorong menyukseskan program KB MKJP di Kota Yogyakarta. Harapannya, kegiatan ini dapat memberikan manfaat untuk para peserta dengan dapat mengakses layanan KB secara gratis dan memperoleh edukasi tentang KB,” ujarnya.

 

Suasana pendaftaran KB MKJP di Poltekkes Kemenkes Yogyakarta

 

Sementara itu Kepala Bidang Keluarga Berencana Dan Pembangunan Keluarga (KBPK) DP3AP2KB Kota Yogya, Herristanti menjelaskan Kepesertaan KB Mengalami kenaikan pada bulan Agustus 2023 menjadi 60,86 persen dari Juli 2023 60,72 persen. Sedangkan Persentase unmet need mengalami penurunan sebesar 0,26 persen karena pada bulan Juli 2023 jumlah unmet need sebesar 17,70 persen dan pada bulan Agustus 2023 sebesar 17,44 persen.

 

“Unmet Need itu pasangan usia subur yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjaga jarak antar anak namun tapi tidak memakai kontrasepsi. Nah, ini yang menjadi target kami untuk terus didorong agar menggunakan kontrasepsi dan diusahakan untuk memilih MKJP dibandingkan KB tradisional ataupun metode jangka pendek,” ungkapnya.

 

Penurunan angka persentase unmet need dipengaruhi beberapa faktor. Herristanti menjelaskan penurunan angka tersebut tidak berbanding lurus dengan penggunaan KB jangka pendek maupun MKJP. Penurunan angka tersebut bisa disebabkan yang awalnya menjaga jarak kelahiran kemudian hamil atau yang tadinya tidak ingin memiliki anak lagi berubah pikiran ingin memiliki anak bahkan terjadi kehamilan tidak terencana.

 

Proses pemasangan KB Implan

 

Salah satu akseptor, Siti Nafiah (41) asal Gedongkiwo Kemantren Mantrijeron mengungkapkan telah menggunakan KB jangka pendek sejak 12 tahun yang lalu sejak anak keduanya. Menurutnya, KB Suntik kurang cocok untuknya karena harus suntik setiap tiga bulan sekali dan jadwal menstruasi tidak teratur serta berat badan yang menjadi tidak stabil.

 

“Kalau saya dua anak sudah cukup dan ini baru pertama kali pasang KB Implan, sebelumnya pakai suntik. Harapannya semoga ini lebih cocok untuk diri saya. Menurut saya KB Implan ini cukup efektif tiga sampai lima tahun dan ternyata saat dipasang juga tidak sakit,” ungkapnya. (Chi)