Forum Bank Sampah Penggerak Perubahan Perilaku Pengurangan Sampah di Masyarakat
Gedongtengen - Terhitung sejak akhir tahun 2022 hingga saat ini Forum Bank Sampah mampu mengurangi 50 persen atau sekitar 150 ton potensi sampah yang ada di Kota Yogyakarta.
Hal itu dikatakan Sekretaris Daerah yang juga Ketua Forum Bank Sampah (FBS) Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya, pada Selasa (24/10) di Royal Darmo saat lakukan Focus Group Discussion Forum Bank Sampah. Menurutnya FBS menjadi salah satu penggerak penting dalam pengurangan produksi sampah berbasis masyarakat yang menekankan pada perubahan perilaku.
"Melalui Gerakan Zero Sampah Anorganik atau GZSA dan juga Mengolah Limbah dan Sampah dengan Biopori Ala Jogja atau Mbah Dirjo, terbukti bisa mengurangi jumlah sampah yang diangkut ke TPA Piyungan dari 300 ton berkurang menjadi 150 ton. Ini satu kenyataan yang harus diapresiasi bahwa Forum Bank Sampah punya peran signifikan perihal mengurangi dan mengelola sampah di Kota Yogyakarta," jelasnya.
Pihaknya juga menyampaikan untuk semakin memperkuat peran Forum Bank Sampah, diperlukan keterlibatan masyarakat secara aktif untuk tidak henti-hentinya memilah sampah berdasarkan jenisnya sejak dari rumah atau sumbernya. Apalagi saat ini sudah terdapat Bank Sampah Induk yang menjadi pusat pengumpulan dan pendistribusian sampah dari seluruh Bank sampah di Kota Yogyakarta.
"Bank Sampah Induk difungsikan untuk pengelolaan sampah secara komprehensif dan terpadu, sehingga jejaring dalam pengelolaan dan pendistribusian sampah itu lebih luas dan mampu membantu menyelesaikan permasalahan sampah. Hal ini akan terus disosialisasikan ke 614 bank sampah berbasis RW yang ada di Kota Yogyakarta, agar bisa memanfaatkan Bank Sampah Induk dengan tetap menjalin kemitraan yang sudah ada," terangnya.
Senada dengan hal tersebut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta Sugeng Darmanto mengatakan, Bank Sampah Induk yang berlokasi di Jalan Kemasan Kotagede sudah diresmikan pada 10 Oktober lalu dan sudah melakukan pengangkutan sampah perdana kurang lebih sebanyak 130 kg sampah yang lebih difokuskan pada sampah residu plastik kemasan bersih, untuk kemudian disalurkan ke mitra yang akan mendaur ulang sampah tersebut.
"Secara teknis Bank Sampah Induk kurang lebih dua kali sebulan akan membuka lapak di titik kelurahan, untuk mengangkut sampah dari Bank Sampah yang menyetor, setelah itu beberapa ada yang dipilah dan diolah, sebagian yang lain langsung disalurkan atau didistribusikan ke mitra yang bekerja sama baik itu sampah organik, anorganik ataupun residu plastik kemasan kering," ujarnya.
Sugeng juga menyampaikan, dalam mengatasi masalah sampah pada dasarnya ada dua hal yaitu pengurangan dan penanganan, untuk itu seiring dengan berbagai cara penanganan sampah yang dilakukan di Kota Yogyakarta, kita semua harus tetap mengurangi berbagai kegiatan yang menimbulkan penambahan sampah.
"Seperti halnya Gerakan Zero Sampah Anorganik dan Mbah Dirjo yang harus selalu dilakukan penguatan, agar kita sebagai masyarakat mampu membiasakan diri dan berperilaku sadar sampah baik itu dalam pengurangannya juga pengelolaannya," tambahnya. (Jul)