Penetapan Sumbu Filosofi Peluang Tercipta Quality Tourism di Kota Yogya

Gondokusuman - Setiap sudut di Kota Yogyakarta adalah destinasi, tinggal bagaimana kita membuat narasi dari berbagai sudut pandang yang ada, bisa dari sejarah, budaya, ataupun arsitektur dan tata kota.

Hal itu dikatakan Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo, dalam FGD Asosiasi Pariwisata bersama Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) di Fave Kotabaru pada Jumat (3/11).

Menurutnya dengan narasi yang diciptakan untuk menjadi sebuah destinasi wisata, akan mendukung terciptanya pariwisata berkualitas. Fokusnya tidak lagi bagaimana bisa mendatangkan wisatawan sebanyak-banyaknya, melainkan bagaimana membuat wisatawan terkesan dan menghabiskan waktu lebih lama di Kota Yogya.

“Quality tourism atau pariwisata berkualitas itu dibentuk dengan bagaimana menghadirkan kesan yang baik dan menarik kepada wisatawan selama berkunjung di Kota Yogya, mulai dari ketersediaan transportasinya, kelengkapan dan kejelasan informasi, merchandise, kuliner, akomodasi juga pelayanan yang diberikan pelaku usaha pariwisata,” jelasnya.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo, dalam FGD Asosiasi Pariwisata.

Pihaknya mengatakan, dengan ditetapkannya Sumbu Filosofi sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO akan semakin membuka peluang terciptanya quality tourism di Kota Yogyakarta, juga menambah kunjungan wisatawan mancanegara.

“Pemerintah bersama para pelaku usaha pariwisata juga masyarakat, harus mampu menangkap Sumbu Filosofi sebagai satu daya tarik luar biasa, untuk bersama-sama membawa pariwisata Kota Yogya mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat,” terangnya.

Singgih juga berpesan agar pelaku usaha pariwisata dapat semakin berperan dalam penanganan sampah, baik pengusaha hotel, restoran, ataupun agen perjalanan untuk ikut serta menekan produksi sampah dan mampu mengelolanya.

“Masalah sampah harus kita tangani bersama, termasuk edukasi ke wisatawan juga bagaimana kita bisa mengurangi produksi sampah dan memilahnya, sehingga sampah yang ada di depo itu benar-benar hanya residu saja, anorganik bisa ke bank sampah dan organik kita olah dengan biopori ataupun metode lainnya,” pesannya.

Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko dalam FGD Asosiasi Pariwisata.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko menyampaikan, sektor pariwisata menjadi agen of growth untuk pergerakan perekonomian Kota Yogya, yang semula berfokus pada quantity tourism kali ini bergerak pada quality tourism agar dapat menciptakan pariwisata berkelanjutan.

“Pariwisata berkelanjutan juga berkaitan dengan responsibility tourism destination, sehingga kita bertanggung jawab untuk memastikan agar semua pihak memberikan pelayanan terbaik kepada wisatawan, agar tercipta impresi yang baik selama mereka berada di Kota Yogya,” katanya.

Wahyu juga mengatakan, peran serta pelaku sektor pariwisata dalam penanganan sampah menjadi sangat penting, utamanya bagaimana bisa menciptakan solusi permanen pada setiap kegiatan yang dimiliki. (Jul)

FGD Asosiasi Pariwisata bersama Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI).