Festival Jogja Kota 2023 Refleksi Lestarikan Budaya Rewang
GONDOKUSUMAN- Festival Jogja Kota (Festa) di Stadion Kridosono Yogyakarta yang digelar pada 3- 5 November 2023 resmi dibuka oleh Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo. Festa tahun ini mengusung tema Rewang yang diwujudkan dalam pagelaran seni budaya serta bursa kuliner dan kerajinan. Melalui kegiatan itu diharapkan semangat budaya rewang dapat terus dilestarikan.
Pembukaan Festa tahun 2023 ditandai dengan kegiatan napeni beras atau membersihkan beras dari kulit gabah maupun kerikil menggunakan tampah atau wadah ayaman bambu. Kemudian menuangkan beras ke alat pengukus terbuat dari anyaman bambu secara bersama-sama. Membersihkan beras dan mengukus beras adalah aktivitas yang biasa dilakukan masyarakat saat rewang.
“Rewang adalah budaya kita. Saling tolong menolong, saling membantu apabila tetangga maupun keluarga ada hajatan atau kerepotan. Maka tanpa diminta masyarakat akan saling membantu. Ini adalah salah satu budaya kita yang harus terus kita lestarikan,” kata Singgih saat membuka kegiatan Festa tahun 2023 di Stadion Kridosono pada Jumat (3/11/2023).
Pihaknya menegaskan banyak sekali budaya di Yogyakarta baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud. Budaya yang tidak berwujud seperti budaya rewang, menari. Sedangkan budaya yang berwujud adalah wayang. Singgih menuturkan DIY sudah diberikan amanah oleh Unesco yakni sumbu filosofi menjadi warisan budaya dunia. Oleh sebab itu pihaknya mengajak masyarakat untuk melestarikan budaya Yogyakarta dengan aktivitas-aktivitas budaya yang selama ini sudah dilakukan.
“Aktivitas budaya seperti menari, kuliner yang sekarang ini ada di sini (Festa) adalah refleksi dari pelestarian budaya dan pemanfaatan budaya untuk kesejahteraan masyarakat Kota Yogyakarta. Festival Jogja Kota dengan menghadirkan kawasan cagar budaya menjadi refleksi dari pelestarian budaya,” ucap Singgih.
Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta Yetti Martanti menyatakan kegiatan Festa bertujuan untuk memaksimalkan potensi keberadaan kebudayaan masyarakat perkotaan yang berkembang di sekitarnya. Berkembangnya seni budaya di masyarakat Kota Yogyakarta turut dipengaruhi oleh karakteristik Kawasan Cagar Budaya (KCB). Untuk itu Festa melibatkan seluruh kemantren yang diklasterisasi pada empat KCB di Kota Yogyakarta.
“Tema rewang merupakan tradisi khas masyarakat Jawa berwujud membantu pihak lain yang sedang memiliki hajatan seperti pernikahan, kelahiran, khitanan dan lainnya. Rewang bagian dari ciri khas kegotongroyongan masyarakat. Rewang juga merupakan bukti kesadaran membantu orang lain tanpa pamrih. Ekosistem itu perlu terus dipelihara karena akan menumbuhkan sikap simpati dan empati,” jelas Yetti.
Tema rewang itu dimaknai kemantren yang diklasterisasi dalam empat KCB. Masing-masing klasterisasi KCB itu berkolaborasi menampilkan pertunjukan sesuai dengan konsep rewang. KCB Kraton kolaborasi dari Kemantren Kraton, Ngampilan, Wirobrajan, Mantrijeron, Gedongtengen dan Tegalrejo akan menampilkan seni budaya berjudul Rewang Hajad Dalem. KCB Kotabaru kolaborasi Kemantren Gondokusuman, Jetis dan Danurejan mempersembahkan judul Dumadining Tugu Golong Giling.
Sedangkan KCB Kotagede kolaborasi Kemantren Kotagede dan Umbulharjo menampilkan Rewangan Rewang. KCB Pakualaman kolaborasi Kemantren Pakualaman, Gondomanan dan Mergangsan dengan judul Bali Rewang.
Selain itu setiap klaster KCB menampilkan produk-produk unggulan baik kuliner maupun produk kreatif yang dikemas dalam Warung Kota. Ada juga ada live cooking makanan khas Yogyakarta seperti apem. Produk kerajinan yang ditampilkan misalnya wayang dari botol air mineral bekas. Pada pembukaan Festa tahun 2023 juga dimeriahkan dengan penampilan sekitar 1.500 warga dari program Kampung Menari di Kota Yogyakarta. (Tri).