Hadapi Musim Hujan, KTB Cek Kesiapan Mitigasi Bencana
Umbulharjo - Sejumlah titik di wilayah Kota Yogyakarta sudah mulai turun hujan dengan intensitas dan waktu yang tidak terprediksi. Mitigasi bencana mulai digiatkan Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Yogyakarta. Salah satunya, berfungsinya Sistem Peringatan Dini atau Early Warning System (EWS) yang terletak di bantaran sungai yang melintasi Kota Yogyakarta.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Yogyakarta, Nur Hidayat, menuturkan wilayah Kota Yogyakarta telah memasuki musim pancaroba, beberapa kali terjadi hujan dengan intensitas yang tidak pasti. Menurutnya, masyarakat Kota Yogyakarta harus melaksanakan kesiapsiagaan kebencanaan dan peka terhadap situasi kondisi saat ini.
“Diharapkan warga selalu merespon komunikasi dan informasi. Mitigasi bencana juga perlu dilakukan terutama yang di wilayahnya rawan seperti pohon, talud dan rumah yang berpotensi roboh, saluran air juga harus dicek tidak mampet. Menjaga kebersihan dengan mengelola sampah dengan benar agar tidak menimbulkan banjir sampah,” ungkapnya saat ditemui di Kantornya, Kamis (23/11).
Pihaknya menyebut bahwa telah memberikan sarana dan prasarana peralatan pendukung penanganan bencana seperti gergaji mesin, pompa air, armada roda tiga, tali dan alat komunikasi radio handy talky.
“Kami telah memberikan arahan dan simulasi melalui forum Kampung Tangguh Bencana (KTB) di Kota Yogyakarta. Dan kami juga berharap anggota KTB melakukan pengecekan peralatan agar siap digunakan, termasuk potensi-potensi yang dimiliki wilayah seperti sarana-sarana pendukung penanganan kebencanaan, ada yang punya truck, ada yang jadi dokter supaya ikut merespon situasi yang ada dan meminimalisir kerugian yang diakibatkan dari bencana itu,” jelas Nur Hidayat.
Nur Hidayat mengungkapkan dalam mitigasi bencana alam terkait dengan banjir, Kota Yogyakarta telah memiliki 17 EWS di bantaran sungai. Terdapat di sepanjang bantaran Sungai Winongo empat EWS, Sungai Code ada delapan EWS dan Sungai Gajah Wong lima EWS.
“Kita punya pos yang berlokasi di Ngentak, Sinduharjo, Sleman yang dijadikan ujung tombak untuk mengantisipasi potensi bahaya akibat curah hujan yang tinggi. Jadi, kalau di pos terjadi peningkatan debit setinggi dua meter dari dasar sungai maka petugas di Pos Ngentak akan memberi sinyal kepada warga. Dengan begitu, masyarakat pun dapat mempersiapkan diri sebelum banjir tiba di Kota Yogyakarta, kurang lebih setengah jam dari pos di Ngentak," pungkasnya.
Selain meminta seluruh Kampung Tangguh Bencana (KTB) di Kota Yogyakarta melakukan pengecekan peralatan tanggap bencana, pihaknya juga berharap kerja sama dan kepekaan anggota KTB terhadap situasi dan kondisi di wilayah masing-masing.
“Kita kan memberikan warning, informasi kepada warga melalui EWS apabila hal itu terjadi (banjir) warga dengan tanggap mengevakuasi diri, menjauhi sungai dan berkumpul pada tempat posko evakuasi yang telah disepakati. Kemudian dengan adanya KTB yang sudah kita berikan sosialisasi dan simulasi bisa memanfaatkan pengetahuan itu dengan maksimal,” tambah Nur Hidayat.
Ketua KTB Cokrokusuman, Timotius Bayu Neba Asmara menjelaskan KTB Cokrokusuman merupakan salah satu KTB di Kelurahan Cokrodiningratan Kemantren Jetis yang berada di kawasan bantaran Sungai Code. Pihaknya mengungkapkan bahwa memasuki musim penghujan ini telah mempersiapkan timnya dalam upaya mitigasi bencana terutama banjir akibat luapan air sungai.
“Pertengahan bulan November ini kami telah melakukan simulasi bencana banjir dan uji coba EWS bersama-sama dengan warga. Kegiatan ini salah satu upaya penguatan tim serta memberikan pemahaman kepada warga agar jika terdapat peringatan dari EWS paham apa yang dilakukan dan tidak panik,” ungkapnya.
Selain melakukan simulasi bersama warga sekitar bantaran sungai, anggota tim KTB Cokrokusuman telah berkomitmen untuk terus memantau, tanggap dan merespon setiap informasi yang masuk terkait update situasi dan kondisi. Pengecekan alat pendukung terutama alat komunikasi radio handy talky selalu dilakukan untuk memastikan alat tersebut masih berfungsi dengan baik.
“Jadi, pernah ada cerita di utara sana dekat Merapi itu hujan deras sementara di Kota Yogya tidak dan tiba-tiba banjir, meluap dari sungai. Nah dari cerita itu, kami tim KTP belajar agar tidak terjadi hal-hal seperti itu lagi. Kemarin pertengahan tahun juga kita melakukan bersih-bersih sungai agar tidak terjadi luapan sampah,” cerita Bayu. (Chi)