Libatkan Pakar Antisipasi Kasus Stunting di Kota Yogya

 


 

Gondokusuman - Pemerintah Kota Yogyakarta melaksanakan Audit Kasus Stunting yang  melibatkan tim pakar yakni dokter spesialis anak, spesialis Obstetri dan Ginekolog, psikolog dan ahli gizi. Kegiatan ini bertujuan untuk identifikasi risiko dan penyebab risiko pada  kelompok sasaran sehingga tidak terjadi kasus serupa pada kemudian hari. Audit Kasus Stunting dilaksanakan di Hotel De Laxston, Kamis (30/11)

 

Kepala Bidang Keluarga Berencana Dan Pembangunan Keluarga (KBPK) DP3AP2KB Kota Yogya, Herristanti menjelaskan keterlibatan tim pakar merupakan sebuah kolaborasi yang dilakukan dengan pemerintah sebagai upaya pencegahan terjadinya kasus serupa pada lain waktu dan turut memberikan rekomendasi bagi pemerintah Kota Yogyakarta untuk memberikan penanganan tepat sasaran pada setiap lokus stunting.

 

“Hasil audit kasus stunting tahun 2023 penyebab terjadinya stunting kurangnya pemenuhan makanan bergizi, praktek pola pengasuhan, social dan ekonomi, akses sanitasi dan air bersih, terbatasnya layanan kesehatan serta peran ayah dalam pengasuhan,” jelasnya.

 

Sementara kasus stunting berdasarkan determinan per sasaran AKS 2023 yaitu calon pengantin atau remaja, ibu hamil, ibu nifas dan bayi di bawah dua tahun (Baduta) atau Bayi di bawah lima tahun (Balita) dari 12 lokus ditemukan berbagai macam kasus, diantaranya anemia, terpaparnya asap rokok, kekurangan energi kronis (KEK), konsumsi gizi yang tidak adekuat, Pre Eklamsi, Obesitas, Hipertensi, Diabetes Melitus, usia saat hamil beresiko, ibu hamil masih usia remaja atau terlalu muda, trend pertumbuhan bayi yang tidak sesuai, malnutrisi hingga pola pengasuhan.

 

“Hasil dari temuan ini, akan kita rumuskan lagi perangkat daerah mana yang paling tepat dalam menangani kasus stunting ini sesuai tugas pokoknya masing-masing. Untuk saat ini memang perangkat daerah yang bekerja sama telah sesuai, namun tetap akan kita dorong untuk terus meningkatkan upaya-upaya pencegahan stunting,” tandas Herristanti.

 

Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota Yogyakarta Aman Yuriadijaya menyebutkan bahwa sebuah gerakan dalam hal ini upaya penanganan stunting, membutuhkan keterlibatan banyak pemangku kepentingan. Oleh karena itu, Pemerintah Kota Yogyakarta membutuhkan para ahli pakar dalam menciptakan proses bisnis yang menghasilkan rekomendasi-rekomendasi yang tepat sasaran.

 

“Dalam pembuatan proses bisnis harus dijelaskan tujuan utama, siapa yang menjadi prioritas, pendukung dan manajemen serta siapa yang memimpin proses bisnis ini,” tandasnya.

 

Menurutnya, masa kehidupan 1000 hari pertama bayi merupakan masa emas yang harus dioptimalkan sebaik-baiknya. Oleh karenanya Aman melanjutkan, perlu adanya kejelasan siapa yang bertanggung jawab dan memimpin dalam upaya penanganan kasus stunting.

 

“Misalnya ada anak yang telah masuk dalam kategori stunting dan harus dilakukan intervensi. Maka harus jelas bentuk intervensinya seperti apa dan siapa yang mampu melakukan intervensi terbesar untuk si anak agar anak lepas dari kategori stunting,” ujarnya.

 

Pihaknya berharap dengan adanya audit kasus stunting ini dapat menghasilkan rekomendasi terbaik untuk kedepannya agar tidak ada kasus yang sama dengan saat ini.

 

Salah satu anggota Tim Pendamping Keluarga Patehan Kemantren Keraton Mustika Mulya Prasamawati mengaku kegiatan audit kasus stunting sangat diperlukan, dari evaluasi maka akan muncul analisa-analisa yang bisa menjadi masukan.

 

“Di tempat kami baru ada kasus ibu hamil dengan penyakit penyerta seperti hipertensi dan anemia, kedepannya ini akan menjadi fokus kami agar ibu hamil terhindar dari keluhan-keluhan ini,” ujarnya saat ditemui setelah acara audit kasus stunting. 

 

Berdasarkan data audit kasus stunting 2023 siklus 2 di enam kelurahan,  Kelurahan Panembahan, Kelurahan Patehan, Kelurahan Tahunan, Kelurahan Mujamuju, Kelurahan Prenggan dan Kelurahan Purbayan menyasar kepada 12 ibu hamil, sembilan baduta, tujuh batita dan dua catin.

 

Ahli pakar, dokter spesialis anak Muriana Novariani dan spesialis Obstetri dan Ginekolog Eugenius Phyowai Ganap sepakat dalam penanganan kasus stunting upaya pencegahan merupakan hal yang sangat penting. Beberapa kasus terdapat penyakit penyerta anemia dan hipertensi, oleh karena itu perlunya pengetahuan upaya pencegahan seperti tidak hamil usia dini di bawah 20 tahun  atau hamil usia tua lebih dari 35 tahun, mengkonsumsi penambah darah dan upaya terus menerus untuk melakukan treatment gizi seimbang.

 

“Kami menyarankan untuk menikah di atas 20 tahun, kalau sudah ngebet gimana? Tunda kehamilan setelah 20 tahun. Kondisi sebelum 20 tahun secara psikis dan fisik belum siap dan di atas 35 tahun kondisi fisik sudah mengalami penurunan. Setiap ingin hamil, kami sarankan untuk melakukan konsultasi terlebih dahulu, agar kita mengetahui kondisi tubuh kita atau jika ada penyakit bawaan sudah terdeteksi sejak dini untuk meminimalisir resiko-resiko di kemudian hari,” tandas Dokter Phyo.

 

Kasus yang cukup banyak ditemukan yaitu ibu hamil KEK dan anemia. Menurut Dokter Phyo anemia dan KEK memiliki pengaruh terjadinya stunting pada anak. “Jadi anemia itu adalah kadar hemoglobin (Hb) atau sel darah merah yang bersirkulasi di tubuh kita berkurang. Anemia atau Hb konsepnya itu kayak jumlah unit mobil yang mengantarkan nutrisi dan darah ke seluruh tubuh. Sementara kebutuhan ibu hamil meningkat karena dia harus menyuplai untuk janinnya yang berkembang di dalam kandungan dan menyuplai untuk dirinya sendiri serta menyuplai ke otaknya, Nah kalau unik mobil transport yang dipakai untuk mengantar nutrisi dan darah itu sedikit, otomatis suplai nutrisi dan oksigen yang di alirkan ke janinnya juga akan berkurang,” jelasnya.

Dokter Phyo juga menjelaskan kebutuhan energi ibu hamil per harinya sekitar 2200-2500 kalori tergantung kondisi ibu hamil. Pihaknya menegaskan bahwa kenaikan berat badan menjadi poin yang harus menjadi perhatian khusus karena harus disesuaikan dengan kondisi ibu. Menurutnya, hal paling utama yang harus dilakukan ibu hamil adalah memperhatikan gizi makanan yang dikonsumsi.

 

“Ada pasien saya yang  tidak percaya diri, hamil sudah 7 bulan perutnya nggak kelihatan, masih kecil. Saya selalu bilang, saya periksa dulu janinnya sehat sesuai perkembangannya 7 bulan. Jadi kita ngomong tenang aja Bu, jangan tertipu cover. Yang terpenting, kebutuhan nutrisi terpenuhi dan juga tidak boleh berlebihan artinya semua itu adalah masalah proporsionalitas makanan jadi harus pas dan utamakan protein hewani,” lanjutnya. (Chi)