GUBERNUR DIY RESMIKAN TAHAP PERTAMA PENATAAN MALIOBORO : WAJAH MALIOBORO LEBIH CANTIK LAGI

Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X mengajak semua elemen masyarakat Malioboro Yogyakarta  untuk menerima dan mematuhi  perubahan wajah baru kawasan Malioboro  dengan saling memberi dan menerima secara lapang dada. Ajakan disampaikan Sri Sultan saat meresmikan penataan tahap pertama wajah kawasana Malioboro, Mingu,(12/08/2012) di ujung utara jalan Malioboro Yogyakarta.

Gubernur yang juga Raja Yogyakarta itu mengajak semua pihak yang berkepentingan di kawasan yang menjadi ikon Yogyakarta ini untuk handarbeni (merasa memiki)  dan menerima perubahan ini dengan legawa. “Dengan penataan wajah baru Malioboro ini saya berharap semua pihak bisa memahami, menerima dan mematuhi perubahan ini dengan saling memberi dan menerima secara legawa. Pedagang kaki Lima (PKL)  yang sudah diberi kehidupan yang lebih dari layak dari Malioboro ini hendaknya turut handarbeni dan jangan lagi mempersempit jalur lambat dengan kotak penyimpanan barang dagangannya,” harap Sultan.

Sultan mengatakan bahwa penataan kawasan Malioboro harus ada kesediaan untuk berbagi ruang dengan penuh empathi , melepaskan diri dari egoisme diri dengan berlapang dada terhadap kepentingan publik yang lebih besar. Tanpa keluasan pandangan dan penyadaran seperti itu, sungguh problematik untuk melakukan penataan yang memenuhi kepntingan untuk semua aktornya.  Pengembangan kawasan itnti Malioboro tidak dapat dilepaskan dari keseluranan usaha pengembangan  kota Yogyakarta, maka pengembangan kota harus menempatakan pemikiran anatar mempertahankan dan meremajakan secara komprehensif dan integratif bukan parsial.

Gubernur juga menambahkan acuan dasar pengembangan kawasan inti Malioboro harus diletakan. Acuan dasar itu, meliputi pengembangan area parkir, dan open space kawasan, pengembangan properti, tapak pejalan kaki dan penataan kawasan. “Pengembangannya harus berwawasan lingkungan, menjaga kualitas kenyamanan, mengurangi kemacetan lalulintas, membangunan sanitasi, dan  sarana yang dibutuhkan. Agar dengan demikian suasana semakin kota ramah bagi penghuninya,  dan pendatang. Karena memberikan ruang bagi terciptanya nilai-nilai manusiawi sebagai kota kota yang berskala manusia,” ujar Sultan.

Dikatakan, para perancang kota untuk memikirkan sebuah disain kawasan Malioboroyang  memadukan  disain antara toko dan kaki lima yang  harmonis dengan  beragam klaster disain yang khas. Disamping itu pemilihan jenis tanaman di Malioboro yang selalu menjadi perhatian publik  juga perlu diperhatikan karena selain berfungsi sebagai penyerap polusi udara, dari aspek filosofispun harus dipertimbangkan. (Rencananya Malioboro akan ditanami tanaman Kemuning.

Sementara itu Walikota Yogyakarta, H.Haryadi Suyuti berharap kawasan Yogyakarta khususnya Malioboro tetap menjadi ikon wisata utama Yogyakarta. Haryadi juga bersyukur karena selama ini Malioboro telah menjadi pusat budaya dan ekonomi serta menjadi tempat bertemunya berbagai kepentingan masyarakat sehingga wajah  Malioboro menggambarkan denyut kehidupan masyarakat yang sarat akan potensi dan kreasi. Malioboro merupakan representasi dari sebuah ruang publik yang bersifat terbuka toleran dan akrab.

Namun untuk memperthankan Malioboro sebagai kawasan wisata utama di Yogyakarta dan bahkan di Indonesia dan salah satu tujuan wisata yang sudah dikenal di manca negara, ditengah kompetisi industri wisata antar daerah dan negara yang saat ini  semakin hari semakin ketat  tentu memerlukan berbagi upaya pengembangan dan juga penataan Malioboro secara sungguh dan lebih memperhatikan kepada kepentingan dan pemberdayaan masyarakat.

Haryadi mengatakan dinamika pengembangan kondisi Malioboro mengarah pada permasalahan yang berkaitan dengan kebersihan, kemacetan, kesemrawutan dan ketidaknyamanan.  Untuk mengatasi masalah ini Pemerintah Kota Yogyakarta bekerja sama dengan  seluruh komponen masyarakat Malioboro  melakukan penataan  dengan mengacu pada visi    Kawasan Malioboro yang bersih, tertib dan  aman.

Haryadi menjelaskan tahap pertama pengembangan dan penataan Malioboro adalah ingin menjadikan Malioboro sebagai kawasan yang lebih ramah bagi pejalan kaki. “ Mulai dari ujung utara hingga simpang empat jalan Dagen ditata dengan memperhatikan konsep vertikal dan horisontal,” ujar Haryadi.

Dijelaskan, konsep vertikal ini meyangkut papan reklame yang melintang. Pemkot Yogyakarta  akan berkoordinasi dengan masyarakat untuk mengurangi papan reklame yang melintang, agar tidak menghalangi penglihatan dari utara ke selatan atau sebaliknya. Sedangkan konsep Horisontal  yaitu dengan dibongkarnya pot-pot tanaman, sehingga kawasan Malioboro tampak terkesan lebih luas dalam memberikan akses  bagi pejalan kaki.  Untuk mengatasi kemacetan, akan dilakukan pembatasan kecepatan bagi semua jenis kendaraan bermotor yang melintas di Malioboro. Maksimal 30 kilo meter perjam. Sedangkan, konsep ramah lingkungan diwujudkan dengan penanaman pohon perindang dan pergola tanaman . Instalasi seni luar ruang yang selama ini sering dipajang tetap dipertahankan  sehingga unsur seni, budaya, lingkungan dan sejarah dapat teramuh  dengan indah.  Harapannya Wajah Malioboro akan semakin cantik semakin dikenang.

Berkaitan dengan revitalisasi wajah baru Malioboro,  Haryadi menanti masukkan, evaluasi dan ide segar dari semua pihak untuk melengkapi pengembangan dan penataan kawasan  Malioboro yang lebih komprehensp lagi. Dukungan masyarakat dan komunitas Malioboro dalam hal penciptaan tingkah laku sikap sadar wisata dan handarbeni Malioboro menjadi modal sosial yang sangat diharapkan untuk dapat menggerakkan wisatawan berkunjung ke  Malioboro.

Peluncuran Wajah Baru Malioboro tahap pertama ini ditandai dengan pelepasan selubung plang bertuliskan “Sejak 1755 MALIOBORO Kawasan Jalan-jalan,” yang sebelumnya bertuliskan jalan Malioboro dengan dua aksara Melayu dan Jawa.  Peluncuran ditandai pula penyiraman rumput taman di ujung jalan Malioboro oleh Sri Sultan, Walikota dan Wakilnya, dan  tamu undangan lainnya serta peninjauan bangunan heritage Kimia Farma. (@mix)