Pemkot Dorong Modernisasi Lembaga Keuangan Syariah

Danurejan-Penjabat Wali Kota, Singgih Raharjo meresmikan Malioboro Business School yang diinisiasi oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) Beringharjo.

Pihaknya pun sangat menyambut baik dan mengapresiasi hadirnya sekolah tersebut. Menurutnya dengan adanya Malioboro Business School akan semakin banyak generasi muda dan pelaku usaha yang dapat mengambil manfaat dari pendidikan dan pelatihan yang diberikan.

"Sekolah ini diharapkan menjadi pusat edukasi dan pelatihan yang bermanfaat bagi anggota koperasi, masyarakat umum, dan pelaku usaha lokal," katanya di Kantor BMT Beringharjo, Selasa (20/12/2023).

Orang nomor satu di Kota Yogya ini juga mendorong agar BMT Baringharjo untuk terus melakukan moderenisasi, mengingat banyaknya manfaat yang bisa didapat para anggotanya ketika bergabung di koperasi.

"Misalnya, dengan memanfaatkan teknologi. Pencatatan dan pendataan tidak lagi menggunakan buku. Namun dengan memanfaatkan teknologi dan aplikasi," ujarnya.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta, Singgih Raharjo saat menerima cinderamata dari BMT Beringharjo usai meresmikan Malioboro Business School.

Sementara itu Ketua KSPPS BMT Beringharjo, Mursida Rambe menuturkan didalam Malioboro Business School para anggota diberikan literasi keuangan syariah. Saat membayar angsuran pinjaman, setiap anggota diberi pemahaman bahwa mereka tak dikenai bunga, tetapi tetap harus menyisihkan sebagian dana yang dibayarkan untuk keperluan infak, dengan besaran sesuai kemampuan. 

"Dana infak ini nantinya akan disalurkan untuk membantu para pedagang dan pelaku usaha lainnya," jelasnya.

Tidak hanya itu, para anggota juga diajari untuk menyisihkan sebagian dari uang yang dibayarkan untuk menabung, yang bisa diambil kapan saja saat dibutuhkan. Hal ini dilakukan untuk membiasakan mereka menabung, dan mengubah kebiasaan lama saat masih berurusan dengan rentenir.

"Dengan rentenir, para pedagang biasanya akan meminjam uang untuk kebutuhan modal usaha, kemudian kembali berutang, menambah pinjaman untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, anak sekolah, dan sebagainya," ujarnya.

Meskipun jasa keuangan yang ditawarkan sesuai prinsip ajaran Islam, layanan ini ditawarkan kepada siapa pun, tanpa memandang ras atau agama yang dianut. Terbukti, sebagian anggota adalah umat non-Muslim.

 "Sesuai dengan prinsip dan tujuan semula mendirikan BMT, kami memang ingin membantu kalangan pedagang kecil tanpa perlu mempersoalkan agama apa yang dianut," ujarnya.

Hingga saat ini jumlah anggota BMT Beringharjo mencapai 35.000 orang, sebagian besar berprofesi sebagai pedagang pasar tradisional, petani, dan peternak. (Han)