Lansia Panti Wreda Jadi Bridesmaid Nikah Bareng Restu Ibu

UMBULHARJO – Raut bahagia terpancar dari 22 penghuni Panti Wreda Budhi Dharma yang  menjadi bridesmaid untuk menyambut empat pasangan pengantin pada acara ‘Nikah Bareng Restu Ibu’ dalam rangka memperingati Hari Ibu dan Hari Keistimewaan Sosial Nasional (HKSN), Kamis (21/12). 

Dengan kehadiran para pengantin yang juga meminta doa restu kepada sejumlah simbah penghuni panti, mereka merasa ada yang peduli dan menyayangi. 

Nikah bareng restu ibu ini merupakan bentuk kepedulian Forum Ta’aruf Indonesia (Fortais) didukung Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Yogyakarta kepada penghuni Panti Wreda Budhi Dharma yang hingga saat ini terus bersemangat dalam menjalani kehidupan walaupun sebagian besar sudah tidak memiliki keluarga. 

Para lansia mengikuti prosesi empat pasang pernikahan yang digelar di Panti Wreda, Kamis (21/12).

Ketua Fortais Indonesia Ryan Budi Nuryanto mengatakan, beda dari prosesi pernikahan lainnya, dengan berbagai keterbatasan materil, acara diawali dengan arak-arakan kirab empat pasangan pengantin dan didampingi sebanyak 22 bridesmaid simbah putri yang melambangkan hari ibu yang diiringi lagu Kasih Ibu oleh Violin Calista Mufida dengan memainkan alat musik biola.

“Kami melibatkan seluruh penghuni Panti Wreda Budhi Dharma ini untuk mengenang dan mendalami cinta dan kasih sayang seorang ibu yang patut dihormati. Namun berbeda dari ibu lainnya, mereka yang di panti ini perlu dirangkul, sehingga ikut merasakan kebahagiaan menjadi seorang ibu di Hari Ibu ini,”ujarnya.

Dengan senyum kebahagiaan para pengantin berjalan perlahan-lahan menikmati suasana yang berlangsung menuju ke pelaminan untuk berdoa bersama dan melakukan prosesi sungkeman atau meminta doa restu perwakilan simbah putri penghuni Panti Wreda Budhi Dharma.

Sebelum melakukan ijab qobul para pengantin secara bersama meminta doa restu dari simbah panti.

Suasana haru, sedih dan bahagia sangat terasa. Bahkan tidak sedikit pengantin dan penghuni Panti Wreda Budhi Dharma meneteskan air matanya.

“Prosesi ini bisa terwujud karena ada gotong-royong dan dukungan dari berbagai pihak. Sehingga niatan untuk membantu masyarakat yang belum bisa menikah ini dilancarkan. Semoga pasangan yang dinikahkan akan menjalin sebuah keluarga yang bahagia dan terus menebar kebaikan,”ujar  Ryan saat diwawancarai disela acara.

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan prosesi ijab qobul. Dimana prosesi ini menambah keunikan tersendiri karena dilakukan di dalam ambulance yang dimaknai sebagai simbol darurat kemanusiaan dan kasih sayang terhadap dunia.

Suasana ijab qobul di ambulance yang berjalan dengan khitmah dan sakral.

Selain itu, keunikan lainnya terletak pada mahar yang diberikan yakni diantaranya berisikan madu ukuran 550 ml, sepasang cincin dengan berat 2 gram, dan perlengkapan alat sholat serta serah-serahan berupa bahan pangan dan semua yang diberikan selama prosesi pernikahan ini secara gratis tanpa dipungut biaya.

“Fasilitas ini diberikan secara gratis, mulai biaya nikah, mahar, busana, rias pengantin, pelaminan, dokumentasi hingga tasyakuran. Selain itu, mahar yang diberikan memiliki arti tersendiri seperti mahar madu dan uborampe lainnya berupa beras, cabe, garam, dan kecap, menandakan disetiap pernikahan diharapkan akan melewati manis, asam, pedas pahitnya sebuah rumah tangga yang baru untuk bisa dilalui bersama,”ungkapnya.

Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kota Yogyakarta Yunianto Dwisutono yang ikut menjadi saksi atas pernikahan ini, mengucapkan selamat kepada pasangan pengantin.

Asisten Pemerintahan dan Kesra Setda Kota Yogyakarta Yunianto Dwisutono saat memberikan sambutan.

Ia berharap para pasangan pengantin ini nanti, dapat merajut kehidupan keluarga bersama, sampai kakek nenek yang selalu sehat, mandiri dan sejahtera.

Pihaknya sangat mengapresiasi kegiatan ini. Dimana acara ini sangat membantu para pasangan yang selama ini ingin melangsungkan pernikahan resmi namun terkendala dengan urusan lain. 

“Semoga dengan mendapatkan bantuan seperti ini para pasangan dapat membangun kehidupan keluarga yang lebih baik lagi. Selain itu, dengan pernikahan ini, bersama kita bangun dan wujudkan generasi yang berkualitas melalui pembangunan keluarga yang bahagia, sejahtera lahir dan batin serta tercukupi segala aspek kebutuhan lainnya,”ungkapnya.

Senyum bahagia salah satu pasangan pengantin setelah SAH menjadi suami istri.

Salah satu pasangan pengantin Mulyantarsih dan Heru Sulisyanto warga Kemantren Gondokusuman mengungkapkan, sangat senang dan terbantu ada nikah gratis ini. “Terimakasih kami sangat terbantu dan tentu sangat menghemat biaya pernikahan mengikuti kegiatan ini. Selain itu, juga sebagai bentuk ibadah kami kepada sang pencipta. Semoga kami jadi keluarga sakina mawadah warohmah,”ujarnya.

Selain itu, dalam prosesi sungkem, pihaknya merasa terharu menjadi bagian kebahagiaan para penghuni Panti Wreda Budhi Dharma. “Kebetulan orang tua sudah tidak ada, dan kami meminta restu atau sungkem ke simbah panti disini. Kita merasakan berbagi kebahagiaan bersama para penghuni disini,”jelasnya.

Salah satu penghuni panti, Sri Astuti (73) saat ditemui di wisma Panti Wreda.

Saat ditemui di salah satu wisma di Panti Wreda Budhi Dharma, Sri Astuti (73) ini ikut terhibur dan merasakan kebahagiaan. Ia berharap, pada peringatan Hari Ibu ini, para generasi muda menjadi anak yang terus berbakti kepada orangtua mereka.

“Anak suami sudah meninggal karena kecelakaan. Dengan adanya kegiatan ini, saya ikut senang. Semoga pengantin selalu bahagia dan rukun sampai kakek nenek. Selain itu, di Hari Ibu ini menjadi pribadi wanita sangatlah berjasa. Dimana mereka yang memiliki banyak arti sebagai ibu untuk pembimbing, merawat, dan membantu kesuksesan suami, sehingga saya bangga menjadi perempuan,”katanya. (Hes)