Mewujudkan Ekonomi Inklusif dari Sektor Pariwisata dan UMKM

Umbulharjo - Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Rilis Bank Indonesia, laju pertumbuhan ekonomi Kota Yogyakarta sejak tahun 2021 semasa pandemi covid-19 hingga tahun 2023, tercatat stabil berada di angka rata-rata 5,1 setara dengan pertumbuhan ekonomi DIY.

Penjabat Wali Kota Yogyakarta Singgih Raharjo pada Sabtu (13/1) lalu mengatakan, pertumbuhan ekonomi tersebut paling tinggi didukung dari sektor pariwisata. Di mana saat ini Pemkot sedang berupaya untuk beralih dari mass tourism yang mengedepankan banyaknya jumlah kunjungan, menjadi quality tourism yaitu meningkatkan lama tinggal wisatawan.

“Selama kurun waktu tahun 2023 jumlah kunjungan di Kota Yogya lebih dari 7 juta wisatawan. Tentu hal tersebut sangat berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Kota Yogya yang paling besar berasal dari sektor pariwisata, untuk itu peningkatan kualitas amenitas dan pelayanan publik menjadi fokus bersama untuk digarap,” ujarnya.

Foto: Pj Wali Kota Singgih Raharjo saat mengunjungi Bazar UMKM di PDIN pada Oktober 2023 lalu.

Menurutnya Kota Yogya yang luas wilayahnya terbatas tidak lagi akan membangun ruang besar, tapi pengembangan dan peningkatan fasilitas yang sudah ada memenuhi standar pelayanan, termasuk produk UMKM dan ekonomi kreatif. Sehingga quality tourism bisa tercapai dengan harapan belanja wisatawan terhadap produk dan layanan lokal meningkat, dengan tetap berpegang pada penghargaan nilai sosial budaya dan lingkungan masyarakat.

“Penduduk Kota Yogyakarta sejumlah 375 ribu yang tercatat di administrasi kependudukan, tapi yang berpenghidupan di Kota Yogya bisa dua kali lipat dari jumlah tersebut. Sebab aktivitas perekonomian dari sektor pariwisata baik akomodasi dan makan minum, transportasi, perdagangan banyak terjadi di Kota Yogya. Untuk itu peningkatan amenitas pariwisata menjadi satu hal penting yang dapat mendukung pertumbuhan ekonomi,” terangnya.

Foto: Kawasan pedestrian Jalan Malioboro saat libur lebaran 2023.

Singgih mengatakan pertumbuhan ekonomi yang menunjukan tren positif tersebut akan terus ditingkatkan, dengan harapan angka kemiskinan yang saat ini berada di angka 6 persen dan pengangguran 7 persen juga dapat semakin ditekan, serta dapat menciptakan ekonomi inklusif di Kota Yogya.

“Pembangunan ekonomi dengan pendekatan inklusif ada di dua sektor yaitu kepariwisataan dan pengembangan UMKM. Di mana semua pihak akan dilibatkan utamanya perempuan dan disabilitas yang masuk dalam kelompok rentan, agar punya akses dan kesempatan yang luas secara berkeadilan,” ungkapnya.

Pihaknya juga menambahkan saat ini Pemkot sedang menyusun Rancangan Awal Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Yogyakarta Tahun 2025-2045. Dengan visi Terwujudnya Kota Yogyakarta yang Unggul, Maju dan Berkelanjutan, yang nantinya akan diturunkan dalam beberapa misi termasuk di dalamnya soal pariwisata, sosial, ekonomi dan budaya.

Foto: Bazar UMKM di Balai Kota Yogyakarta pada Agustus 2023.

Sementara itu Kepala Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta Wahyu Hendratmoko mengatakan rata-rata wisatawan menghabiskan setidaknya Rp 2,2 juta per orang pada momen libur Nataru dengan rentan waktu mulai dari 16 Desember 2023 hingga 1 Januari 2024.

“Jumlah ini sangat meningkat drastis dari tahun sebelumnya. Dimana spending money yang sebelumnya masih dibawah Rp 2 juta yakni Rp 1,7 juta. Namun pada libur tahun baru 2023 kemarin jika diambil rata-rata, spending money wisatawan mencapai Rp 2,2 juta,”ungkapnya saat jumpa pers di Balai Kota beberapa waktu lalu.

Tak hanya itu, lanjut Wahyu, peningkatan juga terjadi pada length of stay. Di mana rata-rata wisatawan menginap selama 1,86 hari, yang juga melampaui dari target 1,7 hari. Hal tersebut terlihat dari banyaknya hotel yang banyak dipenuhi wisatawan hampir 90 persen di Kota Yogya.

"Dengan banyaknya jumlah wisatawan yang datang dan menghabiskan waktu lebih lama di Kota Yogya, menunjukkan kepercayaan wisatawan terjaga dengan baik. Ini menjadi hal positif yang bisa mendorong terciptanya quality tourism," katanya. (Jul)