WALIKOTA PANCANG PATHOK SEKATEN TAHUN JUMAKIR
Pasar Malam Perayaan Sekaten (PMPS) tahun Jumakir 1946/2013 Masehi tidak lama lagi digelar. Rencananya PMPS akan diselenggarakan tanggal 21 Desember 2012 hingga 24 Januari 2013. Untuk mendukung pelaksanaannya, beberapa kegiatan telah dilakukan oleh panitia yang merupakan gabungan dari Pemerintah Kota Yogyakarta dan Keraton Yogyakarta, antara lain berziarah ke makam para Raja Mataram di Kotagede dan Imogiri Yogyakarta serta pemancangan pathok sebagai tanda dimulainya pembangunan sarana prasarana PMPS di Alun – Alun Utara Yogyakarta.
Pemancangan pathok ini dilakukan Walikota H. Haryadi Suyuti dn Wakil Walikota Yogyakarta Imam Priyono DP, Ketua Panitia Aman Yuriadhijaya, para Asisten Sekda Kota Yogyakarta, dan Romo Tirun sebagai perwakilan dari Kerabat Keraton Yoyakarta, serta beberapa anggota dewan dari Komisi terkait, Kamis (15/11/2012) pagi.
Upacara adat Wilujengan Pasang Pathok diwali dari rumah dinas camat Kraton menuju sisi barat ringin ( beringin ) kurung. Empat orang abdi dalem memikul ancak berisi pathok dan palu didahului dua prajurit pembawa panji. Walikota, Wakil Walikota, Kerabat Keraton dan tamu undangan berada persis dibelakang ancak. Selama perjalanan menuju titik pancang, kelompok sholawat Purbo Makuto, pimpinan Setyo Murti dari kelurahan Purbayan Kotagede mengumandangkan lagu-lagu pujian berbahasa Jawa. Usai pemancangan pathok di Alun – Alun Utara rombongan kembali ke Aula kecamatan Karaton untuk dilakukan pemotongan tumpeng oleh Walikota kemudian diserahkan kepada ketua panitia PMPS 2013 Aman Yuriadhijaya.
Kerabat Keraton Yogyakarta KRT. H. Jatiningrat atau dikenal dengan Romo Tirun Marwito menjelaskan makna dari simbol-simbol yang menyertai upacara Wiljengan Pasang Pathok , seperti tumpeng dan segala pernak pernikya. Menurut Romo Tirun tumpeng yang berbentuk kecurut menunjuk pada sebuah titik yakni kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. “ Semuanya itu adalah atas ridho dari yang maha kuasa,” ujar Romo Tirun. Romo Tirun juga menjelaskan arti pasang pathok yang menurutnya merupakan tanda ketekadan hati seseorang yang sudah dipathok pada satu tempat dan tidak berubah-ubah.
Romo Tirun juga berharap pelakasanaan PMPS tahun ini lebih mengutamakan sisi budayanya daripada perekonomiannya. “ Harapan kita (PMPS) selalu mengutamakan budayanya. Jangan terlalu mengarah pada masalah-masalah yang berkaitan dengan dagang. Semuanya harus ke arah pelestarian budaya. Sebab istimewanya Daerah Istimewa Yogyakarta itu terletak pada budayanya. Dan itu yang harus diuri-uri dan dipertahankan,” harap Romo Tirun. Romo Tirun juga sangat berharap acara-acara yang kan dipentaskan dapat melibatkan anak-anak, dengan harapan, anak-anak megetahui ada kegiatan budaya yang digelar di PMPS untuk memperingati hari lahirnya nabi Muhmmad SAW.
Hal senada juga disampaikan Walikota Yogyakarta H. Haryadi Suyuti bahwa aspek kebudayaan akan lebih mewarnai pelaksanaan PMPS tahun ini. Menurut Walikota unsur kebudayaan ini akan terlihat pada konten yang disajikan dan juga tema yang diusung.
Ditambahkan, untuk menyuguhkan suana budaya yang kental kepada masyarakat khususnya pada saat Sekaten dimana akan ditabuh dua buah perangkat gamelan, panitia akan bekerjasama dengan radio untuk menyiarkan secara lansung alunan bunyi gending hingga ke kawasan Malioboro. Harapannya masyarakat dapat lebih memahami hakekat perayaan Sekaten itu sendiri.
Walikota juga menambahkan, ada tiga aspek yang menjadi dasar pelaksanaan PMPS yakni aspek religi, budaya dan ekonomi. Untuk sisi ekonomi pelaksanaan PMPS kali ini akan dibuat lebih meriah dan sisi selatan dari arena PMPS akan lebih diramaikan lagi.
Seperti tahun sebelumnya, pelaksanaan PMPS tahun ini, pengunjung tidak dikenai biaya masuk alias gratis. (@mix)