NAHKODA BARU HUMAS KOTA

Pagi itu lagu Jogja Istimewa album Jogja Hip Hop Foundation belum juga dikumandangkan, namun orang Nomor satu di Bagian Humas ini telah sibuk dengan Agenda Walikota maupun  Wakil walikota untuk segera dibagitugaskan kepada stafnya. “ Agenda hari ini Bapak walikota Yogyakarta, ada penandatangan MOU dengan Astra Motor di Hotel Cakra Kembang jalan Kaliurang, Pak Haryadi dijadwalkan hadir untuk menandatangani Kerjasama ini secara langsung, mohon diliput, dan direlease untuk teman wartawan”, kata bapak tiga anak ini.

                Ignatius  Tri Hastono, S.Sos. MM. Kepala Bagian Humas dan  Informasi baru saja  dikukuhkan Walikota Yogyakarta beberapa minggu yang lalu.  Pria kelahiran Sleman, 23 Juli 1969 ini mengaku menikmati tugas di Humas Kota Yogyakarta. Baginya tugas dimanapun berada disitu pasti ada pengetahuan dan pengalaman yang baru. “Saya sangat menikmati tugas baru yang saya emban ini. Amanah ini akan saya jadikan sebagai sarana ibadah saya, untuk semangat melayani warga kota Yogyakarta, khususnya di bidang informasi”, kata suami dari Fransisca Puji Harjanti ini.

                Dikatakan bapak dari ananda Fransisca Larasati  (SMA 3 Yogyakarta ), Nicolas Bimandaru (SD Kanisius Wirobrajan), serta Daniel Danandaru (SD Pangudiluhur), sejak mengabdi di Pemerintah Kota Yogyakarta _dari masuk PNS tahun 1996 di Dinas Sosial_ pihaknya selalu mengedepankan loyalitas sebagai PNS, akan tetapi sesibuk apapun pekerjaan di kantor, keluarga tetap nomor satu. “ Ritme kerja saya sangat tidak tergantung dari jam kerja. Dari pertama kali di Dinas Sosial, apalagi diparingi (diberi) amanah menjadi Kepala Sub Seksi Perencanaan sampai jabatan di Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta sebagai Kepala Bidang Perparkiran harus  bersinggungan langsung dengan masyarakat.  Terlebih di Humas harus dituntut lebih berinteraksi dengan warga masyarakat khususnya di bidang informasi, saya rasa,  tinggal penyesuaian saja”, kata pria pecinta kuliner soto dan  jebolan Fisipol UGM dan Pasca Sarjana UMY ini.

                Melayani masyarakat adalah warisan dari ayahnya sebagai sesepuh di Gamol Jalan Wates Km. 8 Bale Catur Gamping Sleman Yogyakarta, yang kini menjadi rumahnya untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya agar kelak sesuai dengan harapan dan cita-cita dari pendahulunya. Kebiasaan ngobrol ngalor ngidul (obrolan ringan) di sawah dengan petani sekitar rumahnya, ternyata sebagai modal untuk momong warga Kota Yogyakarta untuk lebih diayomi. “ Kebiasaan atau hobi saya ngobrol di sawah ini ternyata membawa mafaat dengan pekerjaan saya. Karena keluh kesah warga atau apa yang diinginkan, bagi saya dapat dilihat dari warga masyarakat kelas bawah, apa yang mereka inginkan dari Pemerintah. Nah, hal ini sebagai modal saya untuk lebih semangat untuk melayani warga”, jelas bapak pecinta Pit Bull.

                Rutinitas kerja yang menuntut lebih banyak waktu diluar jam kerja tidak membuat halangan untuk bersama keluarga. Sepadat apapun jadwal pekerjaan tetap saja ada alasan (waktu) untuk keluarga. Dicontohkan bapak yang pernah membuat heboh kantor Dinas Sosial karena mematahkan anak kunci untuk membuka pintu, karena ulahnya jam kerja sedikit terganggu diawal. “ Sesibuk apapun pada pagi hari, saya ada kewajiban mengantar anak kesekolah, karena hal ini untuk menjaga kedekatan emosional kepada anak. Selain itu sesibuk apapun, kami menciptakan waktu untuk keluarga, bahkan saya masih bisa mengantar renang anak-anak. Di keluarga kami segala sesuatu kami diskusikan, terlebih anak pertama saya sudah mulai menginjak dewasa, hal ini kami lakukan agar tugas dan fungsi dikeluarga kami benar-benar berfungsi, sehingga semua menyadari betapa pentingnya waktu. Istri saya menyadari ritme kerja saya, untuk itu semua bisa berjalan sesuai dengan rencana. Apabila ada tugas yang sifatnya mendadak dan kepulangan lebih lambat, cepat-cepat saya memberitahu terlebih dahulu’’, katanya.

                Menurut Kelik (panggilan akrab Tri Hastono) tugas di Humas Kota Yogyakarta, selain memberikan informasi kepada warga masyarakat Kota Yogyakarta setransparan mungkin, juga harus dapat menggali informasi dari masyarakat itu sendiri, sehingga ada keseimbangan informasi.